Voinews.id, Ankara:Parlemen Turki pada Selasa menggelar sidang untuk membahas serangan Israel terhadap Lebanon dan perkembangan lainnya di kawasan tersebut. Pemerintah akan memberikan pengarahan kepada para anggota parlemen selama sidang tertutup di ibu kota Ankara, yang dipimpin oleh ketua Dewan Perwakilan Rakyat Numan Kurtulmus, yang mengatakan Menteri Luar Negeri Hakan Fidan dan Menteri Pertahanan Nasional Yasar Guler akan berbicara mengenai agenda tersebut. Kurtulmus, dalam pernyataan sebelum sidang tertutup dimulai mengatakan "kami akan memenuhi semua tanggung jawab kami untuk memadamkan api di kawasan ini."
"Sebagai Majelis Nasional Agung Turki, kami harus mengambil langkah maju yang tegas dalam persatuan dan solidaritas melawan kebijakan ekspansionis Israel di kawasan tersebut, yang kami lihat sebagai masalah keamanan nasional," tambah Kurtulmus. Israel telah melancarkan serangan udara besar-besaran di seluruh Lebanon terhadap apa yang mereka klaim sebagai target Hizbullah sejak 23 September, menewaskan lebih dari 1.250 orang, melukai 3.618 lainnya, dan membuat lebih dari 1,2 juta orang mengungsi.
Serangan udara tersebut merupakan eskalasi dalam perang lintas batas selama setahun antara Israel dan Hizbullah sejak dimulainya serangan brutal Tel Aviv di Jalur Gaza yang telah menewaskan hampir 42.000 orang, sebagian besar wanita dan anak-anak, sejak serangan Hamas tahun lalu. Setidaknya 2.083 orang telah tewas dan 9.869 lainnya terluka dalam serangan Israel di Lebanon, menurut otoritas Lebanon. Meskipun masyarakat internasional memperingatkan bahwa kawasan Timur Tengah berada di ambang perang regional di tengah serangan gencar Israel terhadap Gaza dan Lebanon, Tel Aviv tetap memperluas konflik dengan meluncurkan invasi darat ke Lebanon selatan pada 1 Oktober.
Anadolu
VOInews.id, Ankara:Parlemen Eropa pada Senin menggelar sidang untuk membahas agresi Israel ke Jalur Gaza yang pada 7 Oktober lalu genap berlangsung setahun. Dalam sidang tersebut, kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell mengakui hak Israel untuk "membela diri", meski ada batasan-batasan yang harus dipatuhi. Borrell lantas menyatakan prihatin atas semakin redupnya kemungkinan gencatan senjata tercapai serta melebarnya konflik kawasan.
Ia menyoroti ketiadaan solusi politik sebagai isu dasar yang melampaui peperangan dan bantuan kemanusiaan. Pejabat Uni Eropa tersebut menyatakan, solusi dua negara adalah yang paling diterima komunitas internasional dalam mengakhiri konflik Israel-Palestina. Ia pun mengkritik Pemerintah Israel yang menolak mendukung "satu-satunya solusi perdamaian" itu. Meski demikian, sejumlah anggota Parlemen Eropa yang berhaluan sayap-kanan tetap menuduh Borrell menyetarakan kelompok pejuang Hamas dengan Israel saat dirinya menyebut korban tewas agresi Israel di Gaza hampir menyentuh 41.000 orang. Borrell pun membantah pandangan bahwa semua kecaman terhadap Israel adalah antisemitisme.
Karena narasi pro-Israel mendominasi sidang, sejumlah anggota dewan pun bereaksi terhadap tiadanya sorotan atas puluhan ribu warga Palestina yang meninggal dan kejahatan tentara Israel terhadap rakyat sipil. Anggota dewan dari Belgia, Marc Botenga, mengkritik jalannya sidang yang terlalu fokus pada korban jiwa dari Israel dan mempertanyakan kapan Parlemen Eropa akan mengakui ribuan orang Palestina yang tewas di tangan Israel. Senada, Grzegorz Braun, anggota dewan dari Polandia, mengecam diamnya Uni Eropa atas retorika dan hasutan Israel terhadap rakyat Palestina. Ia mengatakan, Israel seharusnya dicap sebagai "teroris". Anggota dewan yang mewakili Spanyol, Estrella Galan Perez, menuduh kepala pemerintahan Israel Benjamin Netanyahu "mengutamakan kekuasaannya daripada kepentingan korban-korban dari Israel", sehingga menjadi "ancaman terbesar bagi Bumi".
Ia pun mendesak Uni Eropa bertindak lebih terhadap Netanyahu dan melakukan embargo senjata atas Israel. Sudah hampir 42.000 warga Gaza, yang sebagian besar wanita dan anak-anak, tewas dan hampir seratusan ribu lainnya terluka akibat agresi Israel yang berlangsung sejak 7 Oktober 2023 dan kini berpotensi memicu konflik kawasan. Serangan tersebut juga telah menyebabkan hampir seluruh penduduk Gaza menghadapi kelangkaan pangan, air bersih, dan obat-obatan yang akut akibat blokade Israel. Meski menghadapi persidangan Mahkamah Internasional (ICJ) atas kejahatan genosida, Israel terus melanjutkan agresinya di Jalur Gaza.
Sumber: Anadolu
VOinews.id, Johannesburg:Dalam memperingati satu tahun perang di Gaza, Afrika Selatan pada Senin (7/10) menyatakan negara tersebut tetap berkomitmen pada penyelesaian damai guna mengakhiri pendudukan di Palestina, menegakkan prinsip-prinsip hukum internasional, dan memajukan keadilan sosial. “Sebagai negara, kami akan terus memainkan peran dalam mendukung segala upaya membawa perdamaian ke kawasan Timur Tengah yang sedang bermasalah dan mengamankan solusi yang adil dan berkelanjutan untuk mengakhiri pendudukan di Palestina,” tulis Presiden Cyril Ramaphosa dalam buletin mingguannya. Ramaphosa juga menegaskan kembali seruan negaranya untuk menyegerakan gencatan senjata, guna mengakhiri penderitaan rakyat Gaza dan memungkinkan bantuan kemanusiaan mencapai mereka yang membutuhkan.
“Selain segera menghentikan serangan terhadap Gaza, ada kebutuhan mendesak berupa tindakan untuk mencegah kelaparan dan merebaknya penyakit di antara penduduk Gaza,” katanya. Presiden Afrika Selatan juga mengatakan bahwa sumber daya yang cukup perlu diarahkan ke Gaza untuk mulai membangun kembali infrastruktur, perumahan, layanan sosial, produksi pertanian, dan aktivitas ekonomi. Bulan lalu, dalam pidatonya di Majelis Umum PBB, Afrika Selatan menyerukan agar hukum internasional diterapkan secara konsisten dalam meminta pertanggungjawaban semua pihak yang melakukan kekejaman dalam konflik tersebut, baik itu Israel atau Hamas.
Ramaphosa juga menyatakan kekhawatiran mendalam tentang situasi yang semakin memburuk di Timur Tengah yang melibatkan Israel, Lebanon, dan Iran, dengan mengatakan hal itu mengancam akan menjerumuskan kawasan ke dalam perang di mana warga sipil “tak diragukan lagi menjadi korban terbesar dan paling menderita dalam konflik ini.” Dia mengatakan bulan ini negaranya akan mengajukan memorandum ke Mahkamah Internasional (ICJ) untuk memberikan fakta dan bukti bahwa Israel melakukan kejahatan genosida di Palestina. “Kami menyerukan agar Israel segera melaksanakan perintah sementara pengadilan yang dikeluarkan pada 26 Januari, 28 Maret 2024, dan 24 Mei 2024,” kata presiden. Afrika Selatan mengajukan gugatan di Mahkamah Internasional pada akhir 2023, menuduh Israel, yang telah mengebom Gaza sejak Oktober tahun lalu, gagal memenuhi komitmennya berdasarkan Konvensi Genosida 1948. Pengadilan pada Mei 2024 memerintahkan Israel untuk menghentikan serangannya di kota Rafah, Gaza selatan.
Tindakan itu merupakan yang ketiga kalinya bagi panel beranggotakan 15 hakim mengeluarkan perintah sementara untuk mengurangi jumlah korban jiwa dan meringankan penderitaan kemanusiaan di wilayah yang diblokade itu, di mana jumlah korban telah mendekati 42.000 jiwa. Beberapa negara telah bergabung dalam kasus ini, yang telah memulai dengar pendapat publik pada Januari 2024. Negara-negara itu termasuk Turki, Nikaragua, Palestina, Spanyol, Meksiko, Libya, dan Kolombia. Ramaphosa juga mengatakan jika pendudukan atas Palestina belum berakhir dan solusi yang adil serta berkelanjutan belum diperoleh guna melindungi hak-hak baik warga Israel maupun Palestina, maka kawasan itu akan tetap menjadi “titik api konflik dan perang yang potensial.”
Sumber: Anadolu
VOinews.id, Istanbul:Sekitar 250 ribu orang telah meninggalkan Lebanon menuju Suriah menyusul serangan intensif Israel, kata Filippo Grandi, Kepala Komisioner Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR) pada Senin. "Saya berada di perbatasan Suriah-Lebanon, di mana seperempat juta orang telah melintas sejak 23 September," kata Grandi di X. Otoritas setempat, Bulan Sabit Merah Suriah, PBB dan mitra bekerja sama terus menerus untuk memberikan respons yang manusiawi dan efisien terhadap gelombang pengungsian tersebut, tambahnya.
Pada Sabtu, Grandi tiba di wilayah itu untuk bertemu dengan beberapa pejabat, serta warga negara Suriah dan Lebanon, yang melarikan diri dari Lebanon karena serangan Israel. Grandi mengatakan bahwa ratusan ribu orang telah kehilangan harta benda atau mengungsi akibat serangan udara Israel. Israel telah melancarkan serangan udara besar-besaran ke seluruh Lebanon untuk menargetkan apa yang mereka sebut sebagai sasaran Hizbullah sejak 23 September, menewaskan 1.251 orang, melukai 3.618 orang lainnya, dan juga menyebabkan lebih dari 1,2 juta orang mengungsi. Meski ada peringatan internasional bahwa kawasan Timur Tengah berada di ambang perang regional akibat serangan tanpa henti Israel ke Gaza dan Lebanon, Tel Aviv memperluas konflik dengan meluncurkan invasi darat ke Lebanon selatan pada 1 Oktober.
Sumber: Anadolu-OANA