23
October

 

VOInews.id, Beijing:Presiden China Xi Jinping dan Presiden Rusia Vladimir Putin melakukan pertemuan bilateral sebelum memulai Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-16 BRICS di Kazan, Rusia. "Presiden Xi mengungkapkan kegembiraannya saat tiba di kota kuno Rusia, Kazan, untuk menghadiri KTT ke-16 BRICS XVI atas undangan Presiden Putin. Pada 22 Oktober sore hari waktu setempat, Presiden Xi Jinping menggelar pertemuan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di Kazan," demikian disebutkan dalam laman Kementerian Luar Negeri China yang diakses ANTARA di Beijing pada Rabu.

 

Pertemuan keduanya adalah pertemuan ketiga pada 2024. Kazan diketahui menjadi salah satu kota yang dilalui Jalur Teh Besar (Great Tea Road) sekitar 400 tahun lalu yang mengantarkan teh dari daerah Pegunungan Wuyi di China ke banyak rumah tangga di Rusia. "Melihat kembali perjalanan hubungan China-Rusia terus berlanjut meskipun dirintangi hujan dan angin. Kami telah mencapai banyak hal yang luar biasa dan menemukan cara yang tepat bagi dua negara besar yang bertetangga untuk hidup berdampingan dengan ciri non-aliansi, non-konfrontasi, dan tidak menargetkan pihak ketiga mana pun," ungkap Presiden Xi Jinping.

 

Di era baru, Presiden Xi menyebut, dirinya dan Presiden Putin selalu menaruh perhatian utama dan terus mengarahkan hubungan China-Rusia. Kedua negara juga bersikap dalam semangat hubungan bertetangga yang baik dan persahabatan jangka panjang, koordinasi strategis yang komprehensif, kerja sama yang saling menguntungkan serta terus memperdalam dan memperluas koordinasi strategis yang komprehensif dan kerja sama praktis yang menyeluruh.

 

"Hal ini telah menyuntikkan dorongan yang kuat ke dalam pengembangan, revitalisasi, dan modernisasi kedua negara kita, serta berkontribusi secara signifikan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat China dan Rusia serta menjaga keadilan dan kesetaraan internasional," tambah Presiden Xi. Presiden Xi menyebut saat ini dunia sedang menghadapi transformasi penting yang tidak muncul dalam satu abad yang lampau, yang mengakibatkan lanskap internasional berubah dengan cepat dan bergejolak. "Namun, saya yakin bahwa persahabatan yang mendalam dan langgeng antara China dan Rusia tidak akan berubah, demikian pula rasa tanggung jawab kita sebagai negara-negara besar bagi dunia dan bagi rakyat," ungkap Presiden Xi.

 

Mekanisme BRICS, menurut Presiden Xi, adalah "platform" paling penting di dunia untuk solidaritas dan kerja sama antara negara-negara yang sedang berkembang. "BRICS adalah pilar untuk mewujudkan dunia multipolar yang setara dan teratur serta globalisasi ekonomi yang inklusif dan menguntungkan secara universal," tambah Presiden Xi. KTT ke-16 BRICS, kata Presiden Xi adalah KTT pertama setelah perluasan pada 2023 dan membawa signifikansi besar untuk kemajuan kerja sama BRICS yang lebih besar. "China sangat mengapresiasi upaya Rusia sebagai Ketua BRICS. Saya berharap dapat melakukan diskusi mendalam dengan Presiden Putin dan para pemimpin negara lainnya tentang pengembangan mekanisme BRICS di masa mendatang untuk membangun konsensus di antara para pihak, mengirim pesan positif tentang solidaritas dan kerja sama, dan memajukan koordinasi strategis dan kerja sama praktis antara negara-negara BRICS di berbagai bidang," jelas Presiden Xi.

 

Harapannya, BRICS dapat dapat mengamankan lebih banyak peluang bagi negara-negara "Global South" dan memberikan kontribusi yang lebih besar untuk membangun komunitas dengan masa depan bersama bagi umat manusia. BRICS adalah kemitraan strategis multidisiplin yang berdiri di atas tiga pilar: politik dan keamanan, ekonomi dan keuangan, serta budaya dan hubungan kemanusiaan. BRICS didirikan pada 2009 dengan anggota Brasil, Rusia, India, dan China, serta Afrika Selatan yang bergabung pada 2011, yang kemudian akronim dibentuk dari huruf pertama negara anggota tersebut. Blok ini sekarang telah diperluas untuk mencakup Iran, Mesir, Ethiopia, dan Uni Emirat Arab yang bergabung pada Desember 2023, namun kelompok tersebut memutuskan untuk tetap menggunakan nama BRICS. Secara akumulasi, populasi penduduk BRICS mencakup 43 persen populasi dunia.

 

Adapun nilai perdagangannya mencapai 16 persen perdagangan global. BRICS juga menyumbang seperempat dari ekonomi global, mencakup seperlima dari perdagangan global. Kelompok ini juga tidak semata-mata mendiskusikan soal perekonomian. Selama periode 2009-2016, misalnya, mereka menyusun sikap bersama berbagai masalah regional, seperti perang di Libya, Suriah, dan Afghanistan serta program nuklir Iran. Kepresidenan BRICS Rusia berfokus pada penguatan multilateralisme untuk pembangunan dan keamanan global yang adil. Sebagai bagian dari kepresidenannya, Rusia menyelenggarakan lebih dari 200 acara politik, ekonomi, dan sosial.

 

 

ANtara

22
October

 

VOInews.id, Ankara:Gugurnya pemimpin Hamas, Yahya Sinwar, pekan lalu seharusnya dilihat sebagai peluang untuk "memulai fase negosiasi baru guna mencapai gencatan senjata di Gaza," kata Presiden Prancis Emmanuel Macron dalam pembicaraan telepon dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada Senin (21/10), menurut pernyataan resmi. Macron mendesak Netanyahu untuk melindungi infrastruktur sipil di Lebanon dan memprioritaskan keselamatan warga sipil sambil mengupayakan gencatan senjata. Ia juga mengecam serangan Israel terhadap UNIFIL, misi penjaga perdamaian PBB di Lebanon, yang melukai beberapa penjaga perdamaian dalam beberapa minggu terakhir.

 

Macron menekankan bahwa kematian Sinwar "harus menjadi kesempatan untuk memulai negosiasi baru menuju gencatan senjata di Gaza," tambah pernyataan itu. Sejak 23 September, Israel telah melakukan serangan udara besar-besaran di Lebanon yang diklaim menargetkan posisi-posisi Hizbullah, menandai eskalasi setelah setahun konflik lintas perbatasan dengan kelompok Lebanon tersebut di tengah serangan Israel yang terus berlangsung di Gaza. Otoritas kesehatan Lebanon melaporkan hampir 2.500 orang tewas dan lebih dari 11.500 terluka akibat serangan Israel sejak tahun lalu. Pada 1 Oktober, Israel memperluas konflik dengan melancarkan serangan darat ke Lebanon selatan. Israel terus melakukan serangan brutal di Gaza setelah serangan lintas batas oleh Hamas tahun lalu, meskipun ada resolusi Dewan Keamanan PBB yang menyerukan gencatan senjata segera.

 

Otoritas kesehatan setempat melaporkan lebih dari 42.600 orang tewas, sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak, dengan hampir 100.000 lainnya terluka. Operasi militer Israel telah menyebabkan hampir seluruh penduduk Gaza mengungsi, diperburuk oleh blokade yang sedang berlangsung, yang menyebabkan kekurangan pangan, air bersih, dan obat-obatan. Israel saat ini menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional terkait tindakannya di Gaza.

 

Sumber: Anadolu

21
October

 

VOinews.id, Amman:Yordania pada Minggu (20/10) mengutuk serangan udara mematikan oleh Israel yang menewaskan sedikitnya 87 orang di kota Beit Lahia, Gaza utara. Pesawat tempur Israel melancarkan serangan udara mematikan di kota tersebut pada Sabtu (19/10) malam, menghancurkan seluruh blok pemukiman. Pernyataan dari Kementerian Luar Negeri Yordania menegaskan kembali penolakan mutlaknya atas "pelanggaran terus-menerus Israel terhadap hukum kemanusiaan internasional serta semua nilai dan prinsip kemanusiaan." Yordania juga menekankan pentingnya “memastikan perlindungan terhadap warga sipil dan fasilitas kemanusiaan,” serta menyerukan kepada komunitas internasional dan Dewan Keamanan PBB untuk mengambil "langkah tegas guna menghentikan kejahatan perang terhadap warga Palestina di Gaza."

 

Tentara Israel terus melancarkan serangan besar-besaran yang kini memasuki hari ke-16 di Gaza utara di tengah pengepungan yang mencekik wilayah tersebut. Israel tetap melanjutkan serangan brutal di Gaza setelah terjadinya serangan lintas perbatasan oleh kelompok Palestina Hamas tahun lalu, meskipun ada resolusi Dewan Keamanan PBB yang menyerukan gencatan senjata segera. Lebih dari 42.600 orang telah tewas, sebagian besar di antaranya adalah perempuan dan anak-anak, dan hampir 99.800 lainnya terluka, menurut otoritas kesehatan setempat. Serangan Israel ini telah menyebabkan hampir seluruh penduduk Gaza mengungsi, di tengah blokade yang sedang berlangsung, yang mengakibatkan kekurangan parah akan pangan, air bersih, dan obat-obatan. Israel kini menghadapi gugatan genosida di Mahkamah Internasional atas tindakannya di Gaza.

 

Sumber: Anadolu

21
October

 

Voinews.id, Bogota:Jutaan warga Kuba bertahan hidup tanpa listrik akibat pemadaman listrik yang berkepanjangan di pembangkit utama di negara itu. Laporan menunjukkan bahwa kerusakan pada Pembangkit Listrik Antonio Guiteras di Matanzas pada Jumat (18/10) menyebabkan sebagian besar wilayah Kuba diselimuti kegelapan. Pihak berwenang mengumumkan bahwa setelah upaya keras, listrik telah mulai dipulihkan di beberapa daerah, termasuk di Ibu Kota Havana.

 

Namun, sekitar 80 persen wilayah negara itu masih belum dialiri, dan beberapa wilayah mengalami pemadaman listrik yang berlangsung lebih dari 30 jam. Gambar-gambar di media sosial menunjukkan Bandara Internasional Jose Marti di Havana diselimuti kegelapan. Sementara itu, pejabat bidang energi di bawah kepemimpinan Presiden Miguel Diaz-Canel, sedang mengevaluasi langkah-langkah untuk mengatasi pemadaman listrik.

 

Kuba sering menghadapi kekurangan listrik karena masalah pada pembangkit listrik, yang berasal dari pemeliharaan fasilitas yang tidak memadai, yang dibangun lebih dari 40 tahun lalu oleh Uni Soviet. Kementerian Energi dan Pertambangan Kuba mengatakan negara itu mengonsumsi 8 juta ton bahan bakar setiap tahunnya, dengan hanya 3 juta ton yang bersumber dari produksi dalam negeri. Embargo ekonomi telah memaksa Kuba untuk sangat bergantung pada Venezuela, Rusia, dan Meksiko untuk memenuhi kebutuhan energinya. Dalam beberapa tahun terakhir, Pemerintah Kuba telah mulai menyewa pembangkit listrik terapung untuk mengurangi pemadaman listrik dan meningkatkan kapasitas produksi. Diaz-Canel menulis di X bahwa upaya untuk mengatasi kekurangan listrik akan terus berlanjut hingga situasi membaik.

 

Sumber: Anadolu

Page 13 of 1215