21
October

 

VOInews.id, Jakarta:Raja Swedia Carl Gustaf menyampaikan ucapan selamat atas pelantikan Prabowo Subianto sebagai presiden ke-8 Republik Indonesia. "Saya sampaikan ucapan selamat yang tulus dan harapan terbaik saya untuk kesehatan dan kebahagiaan Presiden Prabowo serta kesejahteraan rakyat Indonesia," katanya. Hal itu disampaikan Raja Carl melalui pernyataan Kedutaan Besar Swedia di Jakarta di akun Instagram, Minggu. Sementara itu, Kedubes Norwegia di Jakarta juga menyampaikan hal serupa kepada Presiden Prabowo. "Selamat dan Sukses atas Pelantikan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka sebagai Presiden dan Wakil Presiden RI periode 2024-2029.

 

Selamat bekerja dan berkarya untuk masa depan yang lebih baik bagi negara Indonesia," demikian menurut pernyataan Kedubes Norwegia di Jakarta, Minggu. Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka mengucapkan sumpah jabatan sebagai Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia dengan masa bakti 2024-2029 dalam Sidang Paripurna MPR RI di Gedung Nusantara, Kompleks Parlemen, Jakarta, Minggu. Sebanyak 709 dari 732 anggota MPR RI menyaksikan prosesi pengucapan sumpah jabatan tersebut. Sidang Paripurna MPR RI juga dihadiri para tokoh nasional dan pimpinan partai politik.

 

Antara

17
October

 

VOinews.id, Jenewa:Perwakilan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di Lebanon, Abdul Nasir Abubakar, pada Rabu (16/10) memperingatkan bahwa risiko penyebaran kolera di Lebanon "sangat tinggi" karena adanya pergerakan pengungsi. Pernyataan itu muncul setelah Kementerian Kesehatan Lebanon mengonfirmasi kasus pertama kolera di Lebanon—negara yang menjadi target serangan Israel.

 

Dalam jumpa pers di Jenewa, Abubakar mengatakan bahwa kasus infeksi itu dilaporkan di sebuah daerah di Lebanon utara yang belum mendapatkan vaksinasi kolera. Di tengah pergerakan pengungsi ke utara, dia menyebut risiko penularan "sangat tinggi" karena penduduk selatan tidak memiliki kekebalan terhadap kolera dalam beberapa dekade terakhir. WHO, bersama Kementerian Kesehatan Lebanon dan para mitra, berupaya menjaga ketersediaan air dan sanitasi di daerah-daerah berisiko tinggi.

 

Dalam jumpa pers itu, Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus​​​​​​​ mengatakan bahwa pihaknya telah memulai upaya mitigasi untuk memperkuat pengawasan dan pelacakan kontak, termasuk pengambilan sampel air di seluruh Lebanon. Program vaksinasi oral dengan sasaran 350.000 orang di daerah-daerah berisiko tinggi juga telah diluncurkan oleh Kementerian Kesehatan. Namun, Tedros menyesalkan implementasi program tersebut terganggu oleh konflik. WHO telah memverifikasi 23 serangan terhadap fasilitas kesehatan di Lebanon yang menyebabkan 72 staf medis dan pasien tewas dan 43 lainnya luka-luka.

 

Sumber: Anadolu

17
October

 

VOInews.id, Ramallah:Palestina pada Rabu (16/10) mengecam pemisahan Gaza utara oleh militer Israel dari bagian lain wilayah Jalur Gaza sebagai "kejahatan perang." Juru bicara presiden, Nabil Abu Rudeineh menyampaikan pernyataan itu saat serangan Israel di Gaza utara memasuki hari ke-12 secara berturut-turut, demikian laporan kantor berita Palestina, WAFA. Abu Rudeineh mengecam rencana Israel untuk mengisolasi Gaza utara sebagai tindakan yang "tidak dapat diterima dan patut dikecam."

 

Dia menegaskan bahwa tindakan itu tidak akan membangun keamanan atau stabilitas bagi kawasan, dan bahwa "satu-satunya solusi adalah mewujudkan negara Palestina yang merdeka berdasarkan perbatasan 1967, dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya." Abu Rudeineh juga mengkritik operasi militer Israel yang melibatkan serangan tanpa henti di Gaza, sehingga memaksa ratusan ribu warga untuk mengungsi, dan penghancuran sebagian besar kamp pengungsi Jabalia.

 

Pejabat Palestina itu menekankan bahwa tindakan tersebut merupakan "kejahatan perang menurut hukum internasional." Pernyataan itu juga mengecam upaya untuk mengenyahkan Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA),, serta menuduh Israel berusaha melikuidasi masalah pengungsi Palestina. Selain itu, Abu Rudeineh menyalahkan Amerika Serikat karena melumpuhkan Dewan Keamanan PBB, dengan mengutip dukungan finansial dan militer Washington yang terus-menerus terhadap Israel sebagai pemicu "kekejaman" yang dilakukan terhadap warga Palestina.

 

Tentara Israel melancarkan operasi militer di Gaza utara pada 6 Oktober di tengah pengepungan ketat di wilayah tersebut, dengan alasan bahwa serangan itu bertujuan mencegah Hamas membangkitkan kembali kekuatannya di daerah tersebut. Warga Palestina membantah klaim Israel, dengan mengatakan bahwa serangan mematikan itu bertujuan memaksa mereka untuk meninggalkan daerah tersebut secara permanen. Sejak itu, lebih dari 342 orang tewas di tengah kehancuran besar di seluruh wilayah tersebut, menurut pihak berwenang Palestina. Ini menandai operasi darat ketiga yang dilakukan oleh militer Israel di kamp Jabalia sejak dimulainya genosida yang sedang berlangsung di Gaza pada 7 Oktober 2023.

 

Israel telah meluncurkan serangan brutal di Gaza menyusul serangan lintas batas kelompok perlawanan Hamas ke wilayah Israel tahun lalu. Serangan Israel di Gaza telah menewaskan lebih dari 42.400 orang, sebagian besar adalah wanita dan anak-anak, serta melukai lebih dari 99.000 lainnya. Konflik ini telah menyebar ke Lebanon, di mana Israel meluncurkan serangan mematikan di seluruh negara tersebut, menewaskan lebih dari 1.500 orang dan melukai lebih dari 4.500 lainnya sejak 23 September. Meskipun ada peringatan internasional bahwa Timur Tengah berada di ambang perang regional di tengah serangan Israel yang tanpa henti terhadap Gaza dan Lebanon, Tel Aviv memperluas konflik dengan melancarkan serangan darat ke Lebanon selatan pada 1 Oktober.

 

Sumber: Anadolu

16
October

 

VOInews.id, Washington:Dana Anak-Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF) mengutuk serangan Israel ke tenda-tenda pengungsi di halaman Rumah Sakit Syuhada Al Aqsa di Jalur Gaza pada Minggu, sebagai tragedi yang "mengguncang dunia". Di media sosial X pada Senin, UNICEF menyebutkan soal "laporan mengerikan tentang anak-anak yang terbunuh, terbakar, dan keluarga yang terusir keluar dari tenda-tenda yang dibombardir di Gaza."

 

"Hal ini mengguncang dunia hingga ke dasarnya," kata organisasi itu, menambahkan. Sedikitnya empat korban jiwa dan 40 korban luka-luka dilaporkan setelah Israel melancarkan serangan udara ke RS di Gaza tengah itu, sehingga belasan tenda pengungsi Palestina terbakar. Tim medis berhasil mengevakuasi sejumlah korban luka, termasuk wanita dan anak-anak, yang pakaiannya terbakar akibat serangan yang memicu ledakan hebat tersebut. "Serangan terhadap kamp pengungsi di Deir al-Balah dan RS Al Aqsa, yang dilaporkan membunuh 15 anak itu, lagi-lagi membuktikan bahwa tak ada tempat yang aman di Gaza," kata UNICEF.

 

"Kekerasan yang memalukan seperti itu terhadap anak-anak harus diakhiri sekarang juga," kata badan PBB itu, menegaskan. Hampir 42.400 warga Gaza—sebagian besar wanita dan anak-anak—telah kehilangan nyawa mereka dan hampir 100.000 lainnya terluka akibat agresi militer Israel sejak 7 Oktober 2023, yang kini berpotensi memicu konflik di kawasan yang lebih luas. Agresi tersebut juga telah membuat hampir seluruh penduduk Gaza menderita kelangkaan pangan, air bersih, dan obat-obatan yang parah akibat blokade Israel terhadap wilayah kantong Palestina itu. Rumah sakit, sekolah, dan tempat ibadah, yang dilindungi oleh hukum peperangan, tak luput dari serangan, yang membuktikan adanya kejahatan perang yang dilakukan oleh Israel. Meski mendapat tekanan dari masyarakat internasional lewat resolusi Dewan Keamanan PBB dan putusan Mahkamah Internasional tentang kejahatan genosida, Israel terus melanjutkan agresinya di Jalur Gaza.

 

Sumber: Anadolu

Page 14 of 1215