12
March

Duta Besar RI untuk Namibia Wisnu Edi Pratignyo dalam wawancara Program Ranah Diplomasi RRI VOI Selasa (12/3)

 

 

VOInews, Jakarta: Duta Besar RI di Windhoek Wisnu Edi Pratignyo mengungkapkan perlunya dukungan pelatihan untuk meningkatkan optimalisasi pengolahan sumber daya alam di Namibia. Wisnu mencontohkan dengan meningkatkan pelatihan masyarakat Namibia dapat menciptakan produk yang memiliki daya jual sehingga dapat meningkatkan perekonomian di negara tersebut.

 


"Misalnya saja mereka punya tanah liat, tetapi mereka tidak bisa memanfaatkan secara maksimal tanah liat untuk dibikin apa. Mereka hanya tahu untuk bikin batu-bata. Padahal bisa dibuat berbagai macam produk. Mereka punya batu-batuan gemstones. Itu juga mereka membutuhkan tenaga pelatihan, bagaimana mengolah batu-batuan itu lebih menarik untuk dijual nanti, diperdagangkan begitu. Jadi secara keseluruhan itulah yang dikerjakan oleh KBRI untuk memberikan bantuan," Ungkap Wisnu Edi kepada Voice of Indonesia (01/03).

 


Wisnu mengatakan Namibia memiliki kekayaan Migas namun masih kekurangan untuk tenaga ahlinya. Ia berinisiasi melalui Badan Usaha Milik memberikan pelatihan kepada beberapa tenaga kerja dari Namibia.

 


"Namibia ini punya migas, nah kita sudah dalam penjajakan tahap akhir. Yaitu kita memberikan pelatihan kepada beberapa tenaga Namibia untuk dilatih di Pertamina di Indonesia, di Training Centre, di Cirebon untuk drilling. Rencananya kalau jadi akan mulai start 1 April tahun ini untuk beberapa bulan," Kata Wisnu Edi Pratignyo.

 


Sebelumnya, Wisnu mengungkapkan, Indonesia telah memberikan pelatihan di sektor perikanan dan kelautan pada tahun 2023 lalu.

 

 

"Kita juga tahun 2023 kemarin kita memberikan pelatihan kepada salah satu institusi pendidikan di sini yaitu pendidikan perikanan dan kelautan yang disponsori oleh Kementerian Perhubungan RI, cukup besar nilainya USD 256.000, itu juga berupa pelatihan. Jadi memang Namibia menurut saya masih sangat membutuhkan pelatihan-pelatihan yang bisa kita supply, yang kita bisa berikan pada mereka, ini sangat penting ya,” jelasnya.

 


Namibia merupakan satu dari enam belas negara di Benua Afrika yang menjadi basis kantor perwakilan RI. Hubungan diplomatik Indonesia-Namibia terjalin sejak 13 Mei 1991, setahun pasca kemerdekaan negara bekas jajahan Jerman tersebut. Namibia memiliki sumberdaya alam dan mineral yang melimpah namun belum tergarap secara optimal. (VOI/Daniel)

05
March

Art Museum Kota Vienna, Austria.(Foto: AFP)

 

VOInews, Jakarta: Wakil Kepala Perwakilan RI di Vienna, Akio Alfiano Tamala optimis bahwa hubungan Indonesia-Austria semakin kokoh dilihat sudah tujuh puluh tahun hubungan diplomatik kedua negara.

 

“Mengenai bagaimana kedua negara, terutama dalam konteks 70 tahun ini saya optimis hubungan Indonesia dan Austria ke depan akan semakin dekat, semakin meningkat, dan kedua negara dapat mengambil manfaat tentunya dari hubungan yang baik tersebut," ujar Akio Alfiano kepada Voice of Indonesia, Selasa (5/3) di Jakarta.

 

Akio berpendapat hubungan diplomatic kedua negara semakin kuat dinilai dari berbagai faktor seperti kesamaan prinsip Non Blok yang dianut kedua negara.

 

"Saya menilai ada tiga sebenarnya modal yang bisa kita jadikan peluang untuk menigkatkan hubungan, terutama memang secara politis disampaikan tadi kedua negara memiliki kesamaan, netralitas sehingga sama-sama bisa duduk dengan posisi yang sama, pembicaraan untuk duduk dan berbicara mengenai masalah dunia juga akan lebih enak karena sudah memiliki prinsip yang sama", ungkapnya.

 

Selain itu, Akio menilai minat masyarakat Indonesia-Austria untuk mengenal budaya masing-masing juga menjadi modal hubungan bilateral yang semakin baik.

 

"hubungan people-to-people dan mereka juga intens melakukan promosi music, melalui music klasik tentunya di Indonesia," lanjut Akio.

 

Menurut Akio Alfiano, penjajakan kerjasama logistik di Pelabuhan Koper menjadi modal peningkatan capaian diplomatik lainnya, terutama dalam konteks perdagangan.

 

"Dan kemudian yang terakhir adalah itu pelabuhan Coper tadi kita harapkan dengan adanya pelabuhan itu, secara ekonomi juga hubungan kita akan lebih meningkat hubungan perdagangan kita dengan Austria,” ungkap Akio Alfiano.

 

Akio Alfiano Tamala menguraikan prospek kerjasama Indonesia dan Austria antara lain di bidang teknologi lingkungan hidup, hukum dan pariwisata.

 

“Mereka memiliki gedung pengolahan sampah di tengah kota yang tidak berbau, bersih, bahkan gedungnya unik, dibuat unik sehingga menjadi daya tarik turis untuk berfoto. Ini juga mungkin hal-hal yang bisa kita eksplor untuk pengembangan kerjasama, " ucapnya.

 

Selain itu, kerjasama di bidang hukum menurut Akio Alfiano Tamala dapat dilakukan mengingat Austria merupakan pelopor hukum konstitusi di dunia. Di bidang pariwisata, Indonesia maupun Austria merupakan destinasi wisata tingkat dunia dengan kekhasannya masing-masing. Tercatat, kurang lebih sekitar 40 juta total wisatawan yang berkunjung setiap tahunnya ke Austria.

 

“Dan saya rasa mungkin Indonesia bisa bertukar pikiran, bisa berdiskusi dengan Austria bagaimana meningkatkan pariwisatanya, managemen pariwisata, industri pariwisata, sehingga termasuk promosinya karena kita ketahui seperti contoh di Austria sini ada apa namanya kota Hallstatt contohnya yang dipromosikan sebagai dulu tempat syuting film Frozen umpamanya,” katanya.(VOI/Daniel)

13
March

 

VOInews.id- Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman terus mendorong penggunaan teknologi berupa alat dan mesin pertanian (alsintan) dalam mengakselerasi produksi beras nasional untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi produksi saat panen padi. “Kalau menggunakan teknologi, biaya turun 60 persen, produktivitas bisa dua kali lipat naik, losses-nya 10 persen, dan 10,2 persen kita bisa ambil," kata Mentan Amran dalam keterangan di Jakarta, Selasa.

 

Mentan menyampaikan panen raya sudah mulai berlangsung di berbagai wilayah, sehingga Kementerian Pertanian (Kementan) terus menggiatkan penggunaan alsintan, salah satunya untuk menekan kehilangan hasil (food losses) saat panen. “Kehilangan hasil saat panen bisa sangat besar bila tidak ditangani dengan baik,” ujar Amran. Amran menjelaskan terdapat beberapa tahapan pascapanen, mulai dari pemanenan, perontokan, pengangkutan, pengeringan, penggilingan, penyimpanan, dan pemasaran.

 

Titik kehilangan hasil terjadi pada tahapan pemanenan, penumpukan sementara panenan padi, dan perontokan untuk menghasilkan gabah. Dia menyebut salah satu alsintan yang efektif untuk menekan kehilangan hasil adalah combine harvester yang mampu menekan losses hingga 1-2 persen. “Mesin ini mampu memotong padi, merontokkan, dan membersihkan butiran gabah dari kotoran,” ujar Amran. Terpisah, Kepala Badan Standardisasi Instrumen Pertanian (BSIP) Fadjry Djufry mengungkapkan Kementan telah berinovasi menghasilkan Mini Combine Harverster (MICO) yang disesuaikan dengan lahan sawah Indonesia yang umumnya sempit dan berlumpur dalam. Fadjry menuturkan ukuran MICO memiliki panjang 260 cm, lebar 180 cm, dan tinggi 170 cm dengan bobot 800 kg.

 

Dengan lebar kerja 1,2 meter dan kapasitas kerja mesin 7-9 jam/ha. “Mini Combine Harvester dapat lebih mudah beroperasi dan bermanuver di petakan sawah yang tidak terlalu lebar,” katanya pula. Fadjry mengungkapkan teknologi alsintan tersebut telah dilisensi oleh perusahaan swasta, seperti PT Lambang Jaya, PT Adi Setia Utama Jaya, dan PT Sarandi Karya Nugraha. Artinya, Mini Combine Harvester telah diproduksi untuk diadopsi oleh petani. “Kami harapkan petani dapat menggunakan teknologi tepat guna, terutama untuk mengamankan hasil panen dari kehilangan hasil. Dengan demikian, hasil panen menjadi lebih optimal,” kata Fadjry pula.

 

Antara

12
March

Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Jayapura, Rudi A. Saragih. (Foto: ANTARA/Yudhi Efendi)

 

VOInews.id, Sentani: Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Jayapura, Papua menyatakan ekspor ikan dari Jayapura terus meningkat setiap tahun hingga mencapai 1.000 ton. Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Jayapura, Rudi A. Saragih mengatakan penguatan kelompok perikanan laut masih terus dilakukan.