Akbar

Akbar

16
November

 

(voinews.id)- Indonesia di sela-sela KTT G20 menyerukan perdamaian dalam merespons konflik yang terjadi di Eropa saat ini, termasuk jatuhnya rudal di Polandia. Polandia menyebut roket buatan Rusia itu jatuh di sebuah desa dekat dengan perbatasan Ukraina pada Selasa (15/11), dan menewaskan dua orang.

“Indonesia senantiasa menyerukan agar pihak-pihak yang berseberangan saat ini untuk mengupayakan cara-cara damai,” kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Teuku Faizasyah ketika ditemui di sela-sela KTT G20 di Nusa Dua, Bali, pada Rabu. Seruan tersebut, kata Faizasyah, berangkat dari prinsip politik luar negeri bebas aktif Indonesia yang senantiasa konsisten mengharapkan kondisi internasional yang baik dan kondusif bagi negara-negara dunia.

Presiden Polandia Andrzej Duda mengatakan bahwa sejauh ini Polandia tidak memiliki bukti konklusif yang menunjukkan siapa yang menembakkan rudal yang menyebabkan ledakan di fasilitas pengeringan biji-bijian tersebut. Duda mengatakan bahwa kemungkinan besar Polandia akan mengupayakan konsultasi berdasarkan Pasal 4 aliansi militer NATO setelah ledakan itu. Duda berbicara setelah Perdana Menteri Mateusz Morawiecki mengatakan bahwa Polandia akan meningkatkan pengawasan wilayah udaranya setelah insiden tersebut.

“Kami memutuskan untuk meningkatkan kesiapan tempur unit terpilih angkatan bersenjata Polandia, dengan penekanan khusus pada wilayah udara,” ujar dia. Di lain pihak, Kementerian Pertahanan Rusia membantah bahwa rudal Rusia menghantam wilayah Polandia dan menggambarkan laporan itu sebagai "provokasi yang disengaja yang bertujuan untuk memanaskan situasi".

"Tidak ada serangan terhadap sasaran di dekat perbatasan negara Ukraina-Polandia yang dilakukan dengan alat penghancur Rusia,” kata Kemlu Rusia. Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan dia tidak memiliki informasi tentang ledakan di Polandia. Rusia menggempur kota-kota di seluruh Ukraina dengan rudal pada Selasa, dalam serangan yang menurut Kiev adalah gelombang serangan rudal terberat dalam hampir sembilan bulan perang. Beberapa rudal menghantam Lviv, yang berjarak kurang dari 80 kilometer dari perbatasan dengan Polandia.

 

antara

16
November

 

(voinews.id)- Serangkaian serangan rudal Rusia di Ukraina menyebabkan pemadaman listrik singkat di negara tetangga bekas Soviet, Moldova pada Selasa (15/11) dan seorang pejabat senior mengatakan mungkin ada pemadaman listrik lebih lanjut. Presiden Maia Sandu, seorang pengkritik lantang invasi Rusia, mengecam serangan terhadap infrastruktur Ukraina itu, seraya mengatakan serangan itu juga mempengaruhi sejumlah besar orang di luar negeri.

Para pejabat mengatakan listrik diputus ke Moldova pada sore hari setelah saluran yang memasok listrik dari Romania, tetangga Moldova, tidak berfungsi. Saluran itu dipulihkan satu jam kemudian. "Agresi Rusia terhadap Ukraina secara langsung mempengaruhi negara kami.

Risiko pemadaman listrik tetap tinggi," kata Wakil Perdana Menteri Andrei Spinu, pejabat yang bertanggung jawab untuk pembicaraan energi dengan Rusia, di saluran Telegram resmi pemerintah. "Setiap pengeboman Rusia terhadap pembangkit listrik Ukraina dapat menyebabkan terulangnya situasi ini dengan terputusnya saluran listrik."

Moldova telah memperingatkan kemungkinan pemotongan aliran listrik karena perselisihan harga dan pasokan dengan Rusia atas gas yang digunakan untuk mengisi bahan bakar stasiun termal yang menyediakan sebagian besar listrik negara bekas Soviet itu.

Sandu, yang telah menikmati dukungan kuat Uni Eropa sejak pemilihannya pada 2020, menulis di Telegram bahwa serangan Rusia "menempatkan nyawa puluhan ribu orang dalam bahaya". "Kami dengan tegas mengecam serangan- serangan baru ini -- yang terbesar terhadap Ukraina sejak awal perang."

 

antara

16
November

 

(voinews.id)- Sejumlah tamu negara dari anggota G20 dan negara undangan mulai tiba secara bergantian di Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai, Denpasar, Bali, Rabu, untuk menghadiri kegiatan tambahan KTT G20, yaitu menanam tanaman bakau dan menyaksikan proses konservasi hutan bakau.

Beberapa tamu negara yang telah tiba di lokasi dalam waktu 30 menit terakhir setelah Presiden Joko Widodo sebagai tuan rumah bersiap-siap menyambut kedatangan mereka, antara lain Utusan Khusus Perdana Menteri Fiji, Ratu Inoke Kubuabola, dan Menteri Luar Negeri Meksiko, Marcelo Ebrard.

Juga Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional, Kristalina Georgieva, Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, Presiden Afrika Selatan, Cyril Ramaphosa, Presiden Korea Selatan, Yoon Suk-yeol, Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, dan Perdana Menteri Spanyol, Pedro Sanchez Jokowi menyambut kedatangan para tamu negara di depan pendopo/wantilan yang menjadi bangunan pertama yang ditemui oleh para tamu negara di Tahura Ngurah Rai.

Usai bersalaman dan menyambut kedatangan para tamu negara itu, dia mengantar mereka ke area dalam wantilan untuk duduk dan bersantai.

Di area dalam wantilan, beberapa menteri Kabinet Indonesia Maju, di antaranya Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Pandjaitan, dan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya Bakar, terlihat membantu Jokowi mengantarkan para tamu negara itu ke tempat duduk.

Untuk kegiatan penanaman bakau dan proses konservasi hutan bakau di Tahura Ngurah Rai, para tamu negara kompak mengenakan kaos putih lengan panjang berkerah yang lengkap dengan logo G20 Indonesia. Beberapa dari mereka juga mengenakan topi putih berlogo G20 Indonesia.

Di lokasi, sembari menunggu kedatangan delegasi lainnya, para tamu negara saling berbincang. Georgieva, yang berdiri dikelilingi oleh sejumlah tamu negara, terlihat berbincang-bincang sambil menunggu acara dimulai. Sementara itu, Jokowi saat tidak ada tamu negara yang datang menemani mereka mengobrol.

Beberapa menit sebelum para tamu negara datang, Jokowi tiba lebih dulu mengecek langsung sejumlah bibit tanaman bakau di Tahura Ngurah Rai. Jokowi tiba di lokasi bersama rombongan para jurnalis asing, yang di antaranya merupakan wartawan Istana Kepresidenan sejumlah negara, dan wartawan Indonesia yang menjadi media resmi tuan rumah.

 

antara

16
November

 

 

(voinews.id)- Polandia tidak memiliki bukti yang konklusif tentang siapa yang menembakkan rudal yang menyebabkan ledakan di sebuah desa di dekat perbatasan Ukraina, kata presidennya pada Rabu. Presiden Andrzej Duda menambahkan bahwa Warsawa masih tetap tenang dalam menghadapi apa yang ia sebut sebagai insiden "satu kali". Dua orang tewas dalam ledakan di Przewodow, sekitar 6 kilometer (km) dari perbatasan Ukraina, kata petugas pemadam kebakaran. Laporan media menyebutkan bahwa serangan itu menghantam fasilitas pengeringan serealia. "Saat ini kami tidak memiliki bukti yang konklusif tentang siapa yang meluncurkan rudal ini.

kemungkinan besar itu adalah rudal buatan Rusia, tetapi ini semua masih dalam penyelidikan saat ini," kata Presiden Andrzej Duda kepada wartawan.

Kementerian luar negeri Polandia sebelumnya mengatakan roket buatan Rusia jatuh di desa tersebut. Duda mengatakan kemungkinan besar Polandia akan meminta konsultasi berdasarkan Pasal 4 aliansi militer NATO menyusul ledakan tersebut.

"Duta besar kami akan menghadiri pertemuan Dewan Atlantik Utara besok pukul 10.00 (waktu setempat) di markas NATO... kemungkinan besar duta besar akan meminta pengaktifan Pasal 4, atau konsultasi sekutu," katanya. Duda berbicara setelah Perdana Menteri Mateusz Morawiecki mengatakan bahwa Polandia akan meningkatkan pengawasan wilayah udara mereka menyusul insiden itu.

"Kami memutuskan untuk meningkatkan kesiapan tempur unit terpilih pasukan bersenjata Polandia, dengan fokus pada pemantauan wilayah udara," kata Morawiecki.

 

antara