Penyelenggaraan Trade Expo Indonesia (TEI) 2018 sukses meraih perolehan fantastis saat penutupan Minggu (28/10). Dalam keterangan tertulisnya, Menteri Perdagangan, Enggartisto Lukita mengatakan, transaksi TEI tahun 2018 ini sukses mencapai 8,45 miliar dolar AS atau setara hampir Rp127 triliun. Transaksi setelah penghitungan masih terus berjalan dan dipastikan hasilnya akan bertambah.
Enggartiasto menjelaskan, total nilai transaksi TEI 2018 terdiri dari transaksi investasi sebesar 5,55 miliar dolar AS, transaksi pariwisata sebesar 170,5 juta dolar AS, dan transaksi produk dengan total 2,73 miliar dolar AS. Transaksi produk tersebut terdiri atas, pembelian produk barang dan jasa, transaksi langsung saat pameran, misi dagang lokal, business matching dan Pameran Kuliner dan Pangan Nusantara.
Menteri Perdagangan menyatakan rasa bangga karena penyelenggaraan Trade Expo Indonesia tahun ini dapat melampaui target awal sebesar 1,5 miliar dolar AS. Enggartiasto mengungkapkan produk-produk yang banyak diminati para pembeli pada TEI kali ini terdiri dari produk-produk informasi dan teknologi, makanan olahan, produk-produk kimia, minyak kelapa sawit mentah (CPO), produk-produk perikanan, serta kertas dan produk kertas. Sedangkan, negara-negara dengan nilai transaksi perdagangan keseluruhan tertinggi adalah Arab Saudi, Jepang, Inggris, Mesir, dan Amerika Serikat.
TEI tahun ini juga mencatatkan jumlah pengunjung terbanyak. Hingga hari Minggu (28/10) tercatat sebanyak 28.155 orang dari 132 negara. Jumlah ini meningkat sebesar 1,6% dibandingkan tahun lalu.
Seperti tahun sebelumnya, pelaksanaan Pameran Pangan Nusa juga sekaligus dilangsungkan di arena TEI dan sukses menarik banyak pengunjung. Tahun ini Pameran Kuliner dan Pangan Nusantara mencatatkan transaksi yang signifikan sebesar 680 ribu dolar AS, termasuk MoU pembelian minuman anggur atau wine Bali senilai 10 ribu dolar AS.
Perolehan transaksi ini membuktikan bahwa produk-produk Indonesia semakin diakui kualitasnya secara luas dan disegani mengikuti selera pasar ekspor. Ini sesuai dengan tema yang diusung TEI tahun ini yaitu “Creating Products for Global Opportunities,” atau “Menciptakan Produk untuk Peluang Global.”
Kesuksesan Trade Expo Indonesia membuktikan bahwa produk-produk Indonesia juga terus diminati pembeli dari berbagai negara. Kecenderungan ini harus dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk meningkatkan ekspor terutama produk non migas. Hal ini penting untuk menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Tentu saja itu harus dibarengi dengan mengurangi impor hingga seminim mungkin.
Setiap bulan Oktober, Indonesia merayakannya sebagai bulan bahasa. Dipilihnya bulan Oktober sebagai bulan bahasa tidak lepas dari peristiwa sejarah yang terjadi pada 28 Oktober 1928. Saat itu pemuda dari seluruh Indonesia mengadakan Kongres Pemuda II di Jakarta pada tanggal 27-28 Oktober 1928. Pertrmuan tersebut menghasilkan keputusan yang dikenal sebagai Sumpah Pemuda. Salah satu isi Sumpah Pemuda adalah janji para pemuda Indonesia untuk menjunjung tinggi bahasa persatuan, yaitu bahasa Indonesia.
Patut dicermati di sini, bahwa Sumpah Pemuda dicetuskan jauh sebelum Indonesia merdeka. Namun, para pemuda dari seluruh Indonesia berani memutuskan untuk mengambil bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia dalam sambutannya di Pra Pembukaan Kongres Bahasa XI di Jakarta, Minggu, 28 Oktober 2018, mengatakan bahwaBahasa merupakan alat yang sangat vital untuk membangun persatuan dan kesatuan. Indonesia ditakdirkan memiliki satu bahasa yaitu bahasa Indonesia. Padahal, jika dilihat dari jumlah penuturnya saat itu, mestinya tidak bisa dipilih menjadi bahasa nasional. Tetapi dengan adanya kesadaran dan petunjuk dari Tuhan Yang Maha Kuasa, para perintis kemerdekaan Indonesia memilih bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia. Jika bukan karena kesadaran akan pentingnya persatuan, tidak mungkin mereka memutuskan Bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar nasional yang digunakan dalam pergaulan dan pemerintahan.
Bahasa Indonesia merupakan salah satu faktor penting yang memengaruhi perjalanan kehidupan bangsa Indonesia. Berbicara mengenai bahasa Indonesia sama dengan membahas identitas bangsa yang wajib dijunjung tinggi dan diutamakan, sebagaimana amanat Sumpah Pemuda 1928.
Para perintis kemerdekaan Indonesia telah menyadari akan pentingnya menjaga persatuan dan menyingkirkan sikap ego masing-masing daerah dengan mengadopsi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. Entah bagaimana jadinya jika saat itu masing-masing daerah mempertahankan ego nya dengan memaksakan bahasa lokal masing-masing menjadi bahasa nasional. Tentu Indonesia tidak akan pernah mempunyai bahasa persatuan.
Sikap itulah yang harus terus dijaga oleh masyarakat Indonesia pada saat ini. Seperti yang dikatakan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada pra Pembukaan Kongres Bahasa XI di Jakarta, bahwa Indonesia memiliki 3 aset terbesar yang apabila dijaga, akan memudahkan Indonesia untuk menjadi negara besar dan maju. Ketiga aset itu adalah kesatuan, kerukunan, dan persaudaraan. Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan adalah salah satu alat Indonesia guna mencapai cita-cita menjadi negara yang besar dan maju.
Saudara, Pemerintah Indonesia mengajak negara-negara Indo-Pasifik mewujudkan perdamaian dan stabilitas keamanan di kawasan. Hal itu disampaikan Menteri Luar Negari Retno Marsudi saat membuka Jakarta Geopolitical Forum II-JGF 2018 bertajuk Mapping The Future of Geopolitics yang diselenggarakan Lembaga Ketahanan Nasional-Lemhanas di Jakarta Selatan, Rabu (24/10). Ia mengatakan, kesejahteraan itu pasti akan terkait dengan masalah perdamaian. Menurut Retno, konsep yang dibangun mengenai Indo-Pasifik adalah menjanjikan situasi geopolitik yang saling menguntungkan dengan mengutamakan kolaborasi untuk kepentingan bersama, termasuk penciptaan pusat pertumbuhan baru. Ia menegaskan, kalau terjadi penyebaran pusat pertumbuhan ekonomi baru berarti akan terjadi peningkatan kesejahteraan.
Selain dengan negara-negara ASEAN, pihaknya juga sudah berbicara dengan negara-negara patner seperti Tiongkok , Rusia, Amerika Serikat, Jepang, Australia, India dan Korea. Apalagi sejarah memberikan pelajaran bahwa kerjasama akan selalu lebih baik dari pada hanya bersaing. Untuk itu, Retno berharap kedepan tatanan dunia jauh lebih baik mengingat kompleknya tantangan yang dihadapi. Tidak ada pilihan lain selain kerjasama di antara negara-negara di dunia. Lonjakan populasi penduduk dunia misalnya, kian mempertajam persaingan antarnegara dalam menjaga wilayah dan mengelola sumber daya alamnya. Kondisi ini juga diperparah dengan adanya konflik di sejumlah negara. Retno Marsudi menambahkan, adanya arus pengungsi dari negara yang dilanda perang ke wilayah negara lain secara langsung berdampak terhadap stabilitas politik sebuah kawasan sehingga berdampak pula terhadap situasi geopolitik dunia.
Dalam kesempatan itu, Retno juga menyebut pula perdamaian Palestina yang sangat berdampak global. Isu ini menjadi tolok ukur perdamaian dan stabilitas global di masa depan. Penyelesaian Palestina akan berdampak signifikan terhadap upaya komunitas internasional membangun situasi global yang lebih damai dan stabil secara politik atau bahkan ekonomi.
Sementara itu, Gubernur Lemhanas, Agus Wijoyo mengatakan, forum ini merupakan event dua tahunan yang diselenggarakan Lemhanas RI untuk berbagi informasi dalam menyikapi perkembangan geopolitik dunia. Diadakannya forum ini, menurut Agus Wijoyo, tidak lepas dari inisiasi Tiongkok yang menghidupkan kembali Belt and Road Initiatives, perang dagang antara Amerika Serikat dengan Tiongkok, dan pelemahan Uni Eropa yang ditandai dengan keluarnya Inggris atai Brexit. Forum ini memberikan kesempatan kepada praktisi, para professional dan akedemisi untuk bertukar pandangan tentang masa depan geopolitik. Ia mengharapkan hasil ini dapat berdampak pada ketahanan nasional. Agus menilai, saat ini batas-batas kedaulatan semakin pudar, terutama batas-batas kedaulatan informasi dan kebijakan.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) meresmikan pameran dagang terbesar di Indonesia berskala dunia, Trade Expo Indonesia (TEI) 2018 di ICE BSD, Tangerang Selatan, Rabu (24/10). Presiden Jokowi didampingi oleh Menko Bidang Perekonomian Darmin Nasution, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita, Kepala Badan Ekonomi Kreatif Triawan Munaf, dan Ketua Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Rosan Roeslani serta Gubernur Banten Wahidin Halim. Sejumlah duta besar negara sahabat dan pelaku bisnis juga hadir pada acara itu.
Dalam pidato pembukaannya, Presiden mengingatkan semua pihak pada neraca perdagangan Indonesia yang masih defisit. Presiden menyebut, current account deficit (CAD/defisit transaksi berjalan) Indonesia tercatat 17,3 miliar dolar AS. Menurut Presiden Jokowi angka yang besar ini harus segera diperbaiki dengan cara mendorong ekspor. Presiden Jokowi meminta kepada Kementerian Perdagangan dan para duta besar Indonesia di negara-negara non tradisional untuk memacu ekspor nasional.
Sebanyak 44 kontrak dagang dan investasi ditandatangani pada hari pertama penyelenggaraan Trade Expo Indonesia 2018. Nilai kontrak dagang tersebut adalah 5,19 miliar dolar AS yang terdiri dari transaksi perdagangan sebesar 513,97 juta dolar AS dan investasi sebesar 4,68 miliar dolar AS.
Selama penyelenggaraan TEI, diperkirakan terlaksana sekitar 68 penandatanganan kontrak dagang misi pembelian. Kontrak dagang tersebut berasal dari Korea Selatan, Australia, Arab Saudi, Belgia, Perancis/Austria, RRT, Belanda, Spanyol, Meksiko, Thailand, Chile, Singapura, Malaysia, Amerika Serikat, Filipina, Brasil, Inggris, Jerman, Mesir, Nigeria, Italia, Hong Kong, Taipei, Uni Emirat Arab, Irak, dan Jepang. Dalam hal ini, Kementerian Perdagangan menargetkan nilai transaksi selama TEI mampu mencapai 1,5 miliar dolar AS.
Trade Expo Indonesia 2018 yang berlangsung 24 hingga 28 Oktober ini menampilkan semua produk Indonesia dari berbagai bidang, antara lain, industri, pertambangan, pertanian dan kerajinan tangan. Produk kerajinan tangan di antaranya adalah produk-produk unggulan narapidana yang merupakan produk unggulan dari berbagai lembaga pemasyarakatan (Lapas) di Indonesia. Produk-produk tersebut antara lain furnitur dari kayu, berbagai barang dari bahan batik, bola kaki dan produk dari kulit.
Trade Expo Indonesia 2018 juga memamerkan produk hasil laut dan perikanan. Kegiatan promosi yang bertema ‘From Our Sea to the World’ atau ‘Dari Laut Kita ke Dunia’ ini diselenggarakan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan bekerjasama dengan Kementerian Perdagangan dan Kementerian Luar Negeri. Promosi ini melibatkan 20 peserta dari pelaku bisnis perikanan, Perum Perindo, PT Perikanan Nusantara, pelaku jasa kargo, serta pemerintah provinsi dan kabupaten.
Trade Expo Indonesia 2018 mengusung tema 'Creating Products for Global Opportunities' atau ‘Menciptakan Produk untuk Peluang Global’. Di keterangan resmi Kementerian Perdagangan, sampai dengan 23 Oktober 2018, telah terdaftar 8.313 buyers dari 124 negara.