Arab Saudi sedang menjadi sorotan dunia, sejak kasus hilangnya Jamal Kashoggi, seorang jurnalis Saudi yang bekerja untuk media Amerika Serikat, Washington Post. Hal ini menjadi masalah bagi Saudi karena, Kashoggi hilang setelah masuk konsulat Arab Saudi di Istanbul,Turki tanggal 2 Oktober 2018.
Dunia mengeluarkan kecaman kepada pemerintah Saudi. Amerika Serikat bahkan sudah mengeluarkan ancaman untuk memberi sanksi bagi Arab Saudi. Negara lain, Jerman, Inggris, Perancis juga mengeluarkan mengecam kejadian itu. Negara-negara itu mendesak perlunya klarifikasi tentang apa yang sebenarnya terjadi.
Jerman bahkan sudah menyatakan akan membekukan penjualan senjata ke Arab Saudi. Sementara Kanada membatalkan penjualan senjata ke Saudi. Perlu dicatat, belakangan ini memang Saudi sedang bermasalah dengan Kanada. Pemerintah Saudi bahkan telah mengancam akan menarik para mahasiswa nya yang belajar di Kanada.
Turki, negara tempat kejadian perkara merasa perlu mengungkap kejadian ini. Presiden Recep Tayyip Erdogan konon akan membuka kasus ini di depan parlemen. Klaim Erdogan tidak sembarangan, karena Turki telah melakukan pemeriksaan forensik di tempat kejadian perkara.
Untuk mengklarifikasi masalah ini, pemerintah Saudi merasa perlu melakukan muhibah ke negara-negara sahabat. Salah satunya, Indonesia. Pemerintah Saudi mengutus Menteri Luar Negeri Adel al-Jubeir untuk bertemu dengan Presiden Joko Widodo di Bogor. Kunjungan itu selain membicarakan persoalan Kashoggi juga mendiskusikan tindak lanjut kunjungan Raja Salman ke Indonesia beberapa waktu lalu.
Di depan media massa, al Jubeir mengakui adanya pembunuhan di Konsulat Saudi di Istanbul, Turki. Ia juga mengakui tindakan tersebut sebagai kesalahan besar dan patut disesali. Meski demikian, sempat ada perbedaan tentang bagaimana Kashoggi meninggal dunia. Pihak pemerintah Saudi mengatakan Kashoggi tewas akibat perkelahian.
Presiden Joko Widodo menyampaikan keprihatinan atas terjadinya kasus itu. Presiden berharap penyelidikan
berlangsung transparan agar ditemukan siapa yang bertanggung jawab atas perkara ini dan mendapatkan hukuman yang setimpal.
Pelepasan sekitar 50 kilogram bibit aneka ikan di alur Kali Lamat Muntilan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, dan puluhan burung menandai puncak Gelar Budaya ke-7 2018 yang diselenggarakan lintas komunitas setempat, Sabtu. Salah satu Ketua Panitia Gelar Budaya ke-7, Sutikno menjelaskan, pelepasan satwa ini menandai upaya warga setempat untuk terus menerus memberikan perhatian tentang pentingnya masyarakat menjaga ekologi, memberikan perhatian kepada lingkungan. Ia menyebut beragam bibit ikan yang dilepas oleh masyarakat lintas komunitas di daerah itu, termasuk jajaran pimpinan kecamatan setempat, seperti mujair, bang, kura-kura, dan braskap.
Puluhan ekor burung juga dilepas dari alur sungai dekat dengan pemukiman warga Desa Pepe, Kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang itu, antara lain kutilang, perkutut, dan sulingan kampar.
Dalam rangkaian Gelar Budaya ke-7 dari 13 hingga 21 Oktober masyarakat kawasan itu juga melakukan aksi "Bersih Sungai Lamat" dan sarasehan bertema "Babad Sedulur Nglamat" dengan menghadirkan sejumlah narasumber. Selain itu, ada pula melukis dan pameran mural, lokakarya bank sampah, dolanan bocah, pameran tradisional, pameran edukasi dan pameran kuliner.
Pada puncak acara selama 20 dan 21 Oktober 2018 diselenggarakan pementasan kesenian oleh beberapa grup kesenian masyarakat setempat dan beberapa sekolah di Muntilan. Diselenggarakan pula arak-arakan gunungan dan tumpeng dari balai desa setempat ke tanah lapang yang telah didirikan panggung pementasan dengan puluhan stan pameran.
Gelar Budaya di Kabupaten Magelang ini dirintis oleh Museum Misi Muntilan sejak tujuh tahun lalu itu. Sutikno menjelaskan agenda tahunan berupa Gelar Budaya tersebut sangat penting untuk memperkuat semangat persaudaraan masyarakat dari berbagai komunitas di kawasan itu. Menurut Sutikno Gelar Budaya ini selain mengingatkan persaudaraan masyarakat, di antara sesama manusia, juga manusia dengan keutuhan alam ciptaan dan lingkungan sekitar ini. Gelar Budaya juga membangun semangat edukasi ekologi, terutama untuk kalangan anak-anak dan generasi muda. Warga setempat menjadikan Kali Lamat sebagai titik perjumpaan pembelajaran bersama tentang kesadaran terhadap ekologi. Aliran air Kali Lamat berhulu di kaki Gunung Merapi, sekitar 20 kilometer timur Muntilan, kota kecamatan terbesar di Kabupaten Magelang.
Semangat untuk membangkitkan Indonesia sebagai negara yang damai dengan karakter rukun, harmonis, toleran dan guyub harus dikuatkan dengan kembali menanamkan dan mengamalkan ideologi Pancasila sebagai dasar negara Indonesia. Demikian diungkapkan Guru Besar Psikologi Politik dari Universitas Indonesia, Profesor Doktor Hamdi Muluk pada Jumat (19/10) seperti dikutip tribunnews.com. Ia menjelaskan bangsa Indonesia harus kembali pada Pancasila karena Pancasila adalah rumusan yang paling maksimal yang sudah dibuat oleh para pendiri bangsa Indonesia. Hamdi Muluk menegaskan, harus dipahami bahwa negara ini didirikan oleh kelompok-kelompok yang berbeda atas suku, agama, ras, keturunan dan kepentingan macam-macam.
Hamdi Muluk mencontohkan pada saat para pendiri bangsa membuat rumusan Pancasila terutama sila ke-1, Ketuhanan Yang Maha Esa, Soekarno dalam pidatonya saat itu mempersilakan masyarakat untuk memeluk agama sesuai dengan pemahaman masing-masing. Hamdi Muluk menegaskan bangsa Indonesia semua saling menghormati. Menurutnya, semangat yang harus ditumbuhkan adalah tidak membawa agama ke politik. Hamdi Muluk menjelaskan ketika Pancasila didirikan, maka dengan sendirinya gagasan tentang negara agama, negara khilafah dan seterusnya dengan sendirinya sudah tertolak. Kalau bangsa Indonesia betul-betul menghayati kembali Pancasila maka perdebatan mengenai perbedaan itu tidak akan ada lagi. Ia mengingatkan, Pancasila itu sudah final, bahwa NKRI itu sudah final, bangsa Indonesia sudah ada prinsip Bhinneka Tunggal Ika dan menghormati kemanusiaan yang universal.
Sementara itu, anggota MPR RI Fraksi PAN Muhammad Syafrudin seperti dikutip detik.com Jumat (19/10) mengingatkan kembali nilai-nilai Pancasila dan pentingnya generasi muda memahami tata nilai kebangsaan, sehingga bangsa Indonesia tidak kehilangan semangat perjuangan dan tujuan bernegara. Muhammad Syafrudin menegaskan, meski Indonesia berbeda latar budaya, suku, dan agama, namun merupakan satu kesatuan yang utuh. Menurutnya, perbedaan bukan sebagai pemecah belah melainkan sebagai sebuah kekuatan persatuan. Ia berharap agar masyarakat menghindari berbagai informasi yang memprovokasi. Menurutnya rasa cinta Tanah Air, wawasan kebangsaan, memperkuat gotong royong, dan menjaga kerukunan dalam bingkai NKRI adalah yang paling penting.
Hari ini, 22 Oktober 2018, Bangsa Indonesia memperingati Hari Santri Nasional. Sejak dicanangkan oleh Presiden Joko WIdodo pada tahun 2015, pemerintah dan masyarakat secara khusus menyelenggarakan berbagai kegiatan untuk memperingati Hari Santri Nasional. Tema peringatan tahun ini adalah “Bersama Santri Damailah Negeri”. Puncak peringatan dilaksanakan di Bandung, pada Minggu Malam.
Tentu ada alasan kuat, mengapa secara khusus ditetapkan 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional.Hal ini tak lepas dari perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia yang diproklamasikan tanggal 17 Agustus 1945. Sejarah telah mencatat, dalam meraih dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia, para ulama, kiai, dan santri memiliki peran besar. Penetapan tanggal 22 Oktober didasarkan pada Resolusi Jihad yang disampaikan pendiri Nahdlatul Ulama Kiai Haji Hasyim Asy’ari di Surabaya pada tanggal 22 Oktober 1945. Hasyim Asy’ari menyerukan kepada para santrinya untuk ikut berjuang mencegah tentara Belanda kembali menguasai Indonesia melalui Netherlands Indies Civil Administration (NICA). Mengutip pernyataan Presiden Joko Widodo dalam acara Apel Akbar Santri Nusantara dalam rangka Hari Santri Nasional 2018 di Benteng Vastenburg Solo, Jawa Tengah, Sabtu malam, ditetapkannya Hari Santri Nasional merupakan penghormatan dan penghargaan negara, kepada para kiai, alim ulama, para santri dan seluruh komponen bangsa yang mengikuti teladannya.
Menjadi santri berarti mengikuti pendidikan agama Islam di pesantren. Menetap di tempat tersebut hingga pendidikannya selesai, telah menjadi pilihan sebagian putra-putri Indonesia. Ilmu yang ditransfer pun lebih berkembang. Bahasa Arab dan bahasa Inggris menjadi pelajaran wajib di banyak pesantren saat ini. Selain ajaran agama Islam, para santri diajarkan mengembangkan life skill dan mendapatkan pendidikan vokasi. Tujuannya, agar para santri juga dapat menjadi wirausaha yang profesional di berbagai bidang. Santri dan Pesantren terus mengembangkan perannya tidak hanya dalam mengajarkan agama Islam, namun juga sebagai lembaga sosial budaya dalam pembentukan masyarakat yang ideal. Pondok Pesantren memiliki potensi besar untuk menciptakan wirausaha baru dan menumbuhkan sektor industri kecil dan menengah.
Dengan ditetapkannya Hari Santri Nasional akan semakin memotivasi para santri untuk menguatkan keberadaannya. Seperti yang dilakukan para pendahulu mereka, berjuang dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Hari Santri Nasional diharapkan akan semakin menguatkan posisi para santri dalam perannya mengawal negeri, Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bersama Santri, Damailah Indonesia.