Pelangi Nada edisi kali ini, hadirkan sebuah lagu dari salah satu boyband yang hits pada era 1990an di Indonesia, Coboy.
Coboy terbentuk sejak tahun 1991. Nama boyband ini mulai dikenal sejak merilis singel pertamanya berjudul “Katakanlah”. Lagu ini bercerita tentang seorang pria yang ingin kekasihnya mengatakan apa keresahannya. Tetapi menurut sang pria, seharusnya rasa resah yang dimiliki kekasihnya itu tidak perlu ada, sebab ia memiliki rasa sayang dan cinta yang tulus untuknya. Maka dari itu ia meyakinkan sang kekasih dengan sekuat tenaga.Coboy diambil dari singkatan Cover Boy. Nama tersebut diambil karena seluruh anggotanya merupakan model laki-laki untuk sampul majalah remaja. Mereka adalah Ali Musthafa, Gilberth Pattiruhu, Ferry, dan Ponco Buwono.
berikut saya hadirkan lagu “Katakanlah”. Selamat mendengarkan......
15 hingga 21 Juli mendatang, Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia (Kemlu RI) dan pemerintah Provinsi Kalimantan Barat kembali mengadakan Festival banjar 2019 di Museum Nasional Indonesia dan Kawasan Car Free Day (CFD) Bundaran HoteI Indonesia, Jakarta Pusat.
Wakil Menteri Luar Negeri RI, A.M Fachir mengatakan Kementerian Luar Negeri RI (Kemlu) senantiasa mendukung, karena Festival Banjar merupakan langkah strategis dalam menampilkan citra dan potensi Kalimantan Selatan kepada masyarakat luas. Termasuk, para duta besar negara-negara sahabat dan turis asing. Selain mengenalkan kekayaan budaya Indonesia, pemerintah berharap upaya ini memiliki dampak ekonomi, khususnya terkait sektor pariwisata.
Festival Banjar kembali melibatkan 13 Kabupaten/Kota di Kalimantan Selatan dan mengangkat semua potensi khasanah seperti kuliner, kerajinan, kesenian, sumber daya alam, dan produk kerajinan. Selain menghadirkan kegiatan expo, Festival Banjar juga dirangkai dengan kegiatan silaturrahmi warga banjar yang bermukim Jakarta dan sekitarnya yang rutin diselenggarakan oleh Kerukunan Bubuhan Banjar (KBB) Jakarta Bogor Depok Tanggerang dan Bekasi (Jabodetabek).
Digelar pula Bazar dalam kegiatan festival Banjar 2019. Untuk kegiatan bazar, pihak pelaksana menghadirkan replika pasar terapung, yang merupakan karya seni rupa instalasi interaktif. Replika pasar terapung yang digelar di Museum Nasional, akan meluncurkan 41 buah jukung tambang sebagai ciri khas Banjar. Semua kabupaten akan memakai jukung seni rupa sebagai stan yang diisi kuliner khas, suvenir dan produk unggulan UMKM dari masing-masing daerah.
Puncak festival ini akan dilakukan di Car Free Day (CFD) dengan mengusung tema pasar terapung. Dalam festival ini, Fachir mengatakan, akan menampilkan perahu khas Banjarmasin bernama Jukung yang biasa dipakai di pasar terapung. Atmosfer saling bertukar barang (barter) di pasar terapung akan dapat dirasakan oleh masyarakat Jakarta nantinya. Perwakilan asing yang ada di Jakarta akan diundang ke Festival Banjar. Mereka akan mengayuh jukung di parade. Parade Festival Banjar 2019 ini akan diadakan pada 21 Juli 2019 dengan rute mulai dari Museum Nasional, Jalan Medan Merdeka Barat menuju Bundaran HI, Jl. MH Thamrin.
Detik.com
14 Juli kemarin, Pemerintah Kabupaten Bojonegoro menggelar pesta rakyat dengan tarian Thengul dan makan Sego Buwuhan. Menariknya, pesta rakyat ini menyajikan jumlah penari dan kuota makanan yang banyak. Dalam pesta rakyat Kabupaten Bojonegoro ini, sebanyak 2.050 orang menari Thengul di atas jembatan Sosrodilogo, Sungai Bengawan Solo, dan 26 ribu sego buwuhan tersaji untuk para pengunjung. Pesta rakyat Bojonegoro ini pun masuk catatan Museum Rekor Indonesia atau MURI. Sego Buwuhan mencatatkan diri dalam Museum Rekor Indonesia dalam hidangan terbanyak.
Sego Buwuhan merupakan makanan khas Bojonegoro. Sego Buwuhan terdiri atas dua kata. Dalam bahasa Jawa, Sego artinya ‘nasi’ dan buwuhan diambil dari kata buwuh yang dalam bahasa Jawa artinya ‘memberi atau menyumbang’. Buwuhan juga sering di ucapkan atau dibaca oleh orang Bojonegoro dengan “Buwohan”. Makanan ini sederhana, menunya adalah nasi yang di bungkus dengan daun jati. Lauk-pauknya tediri dari tumis pepaya muda, mi kuning, momoh tempe (tempe dimasak dengan bumbu khas daerah Bojonegoro), tewel (nangka muda) dan satai komo yang dipisah dan dibungkus daun jati. Satai komo adalah satai dari daging sapi yang dibumbu merah.
Sego Buwuhan lebih nikmat disajikan ketika nasinya masih hangat. Ketika kita membuka sego ini, langsung tercium aroma khas daun jati yang menambah selera makan. Rasa Sego Buwuhan juga sangat nikmat. Cocok disantap baik itu untuk menu sarapan pagi atau siang hari. Sego Buwuhan dahulu disajikan untuk acara hajatan, misalnya pernikahan, khitanan, dan kelahiran. Saat hajatan, Sego Buwuhan biasanya di bawa pulang dalam bentuk paket. Namun kini, sego Buwuhan tidak hanya bisa dinikmati saat hajatan saja, karena di Bojonegoro sudah banyak warung makanan yang menjajakan kuliner satu ini. Harganya juga cukup murah, sekitar Rp. 10.000 hingga Rp. 15.000 per porsi.
Lima mahasiswa Universitas Padjadjaran (Unpad), terdiri dari Muhamad Imam Muhajir (Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam), Ajar Faflul Abror (Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam), Regi Admar Yusup (Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam), Sandi Sudjatmiko (Fakultas Ilmu Sosial dan politik), dan Diani Citra Ayu (Fikom), berhasil mengembangkan produk pembasmi jentik nyamuk menggunakan bahan utama dari limbah kulit jeruk nipis. Kelima mahasiswa tersebut mengembangkan produk bernama Jentik Nyamuk Mati (Jemukti). Menurut Imam Muhajir, salah satu mahasiswa yang mengembangkan Jemukti, dipilihnya kulit jeruk nipis, karena melalui penelusuran literatur yang melaporkan bahwa kandungan metabolit sekunder yang aktif terhadap jentik nyamuk banyak terkandung dalam jeruk nipis.
Selain itu, dipilihnya jeruk nipis sebagai bahan utama karena penggunaannya yang meningkat. Hal itu dilihat dari para penjual sari jeruk nipis yang membuang kulitnya begitu saja.
Dengan begitu, selain ditujukan untuk mengurangi jumlah penyebaran penyakit demam berdarah dengue (DBD) di Indonesia, Jemukti juga diharapkan mampu mengurangi limbah kulit jeruk nipis. Jemukti berbentuk tablet dan berfungsi membasmi anak nyamuk atau jentik menggunakan teknologi effervescent. Teknologi ini membuat pengguna tidak perlu membubuhkan pembasmi jentik nyamuk ke genangan air, tetapi cukup dengan mencelupkan tablet tersebut dan secara otomatis akan larut dalam air. Teknologi granul effervescent yang ketika dimasukkan ke dalam air akan muncul gelembung yang membantu kelarutan produk dalam air.
Jemukti terbuat dari bahan alami berupa kulit jeruk nipis yang diklaim lebih aman dari produk pembasmi jentik nyamuk lain yang umumnya menggunakan produk sintetis. Hal itu membuat Jemukti lebih terjamin aman dan dampak negatifnya lebih minim jika air yang sudah dicampur produk itu ditelan oleh manusia. Bahan yang digunakan lebih aman karena dari ekstrak kulit jeruk, sedangkan produk pembasmi jentik nyamuk yang beredar di pasaran dari bahan sintetik yang mengandung organofosfat, sehingga berbahaya pada manusia. Antara.