Babukung adalah sejenis tarian ritual adat kematian Suku Dayak Tomun di Lamandau, Kalimantan Tengah. Tarian ini menggunakan topeng dengan karakter hewan tertentu yang disebut Luha, sedangkan para penari disebut Bukung. Bukung-bukung ini datang dari desa tetangga atau kelompok masyarakat dengan tujuan menghibur keluarga yang berduka sambil menyerahkan bantuan. Melihat keunikan dan keeksotisan Babukung, Pemerintah Kabupaten Lamandau mengangkatnya menjadi salah satu agenda rutin festival budaya bernama Festival Babukung. Festival Babukung sudah digelar sejak tahun 2014.
Festival Babukung tahun ini akan digelar tanggal 17 hingga 19 Juli di Lamandau. Festival ini akan mengangkat dan mempromosikan budaya dan seni tari dalam bukung itu sendiri. Keistimewaan Festival Babukung dengan festival atau ritual kematian lainnya juga terletak pada rangkaian acara. Ada kegiatan-kegiatan lain yang akan diselenggarakan Pemerintah Daerah Lamandau selama acara berlangsung. Mulai dari karnaval topeng, bukung big sale, workshop pembuatan bukung, hingga lomba photography.
Target kunjungan pada kegiatan Festival Babukung Tahun 2019 untuk wisatawan mancanegara berjumlah 250 orang dan Wisatawan Nusantara 10.000 orang. Festival ini sendiri sudah dilaunching pada Press Conference Calender of Event Kalimantan Tengah, pada 18 Maret 2019 kemarin di Kementerian Pariwisata. Menariknya, pada tahun 2015 lalu, Pemerintah Kabupaten Lamandau menggelar event "Festival 1000 Bukung" dan mencatatkan festival ini sebagai penampilan penari topeng terbanyak pada museum rekor Indonesia.
Selain Danau Toba, ada tempat wisata lain di Sumatera Utara yang juga menarik untuk dikunjungi. Namanya Cagar Alam Dolok Tinggi Raja. Cagar alam Dolok Tinggi Raja di sumatera utara punya luas 167 hektar dan berada di Desa Dolok Merawa, Kecamatan Silau Kahean, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara. Dari luas seluruhnya, 4 hektare menjadi lokasi utama mata air panas bercampur belerang.
Sumber air panas ini dikelilingi endapan travertin atau batu kapur yang berada di ketinggian 450 meter di atas permukaan laut. Sumber air panas bernama Kawah Putih Tinggi Raja ini menjadi salah satu dari daya tarik wisata Cagar alam Dolok Tinggri Raja, selain Sungai Bah Balaklak dan air terjunnya, serta Danau Lapparan.
Sumber air panas yang mencapai suhu sekitar 90 derajat celcius dari Kawah Putih Tinggi Raja ini berasal dari bukit-bukit kecil yang ada di daerah tersebut. Aliran air panas mengalir diantara bebatuan kapur yang berundak-undak, sehingga menjadikan batuan tersebut menjadi putih bersih seperti salju. Sebagian orang menyebutnya dengan Salju Panas.
Ada dua tempat yang bisa di kunjungi di area obyek wisata ini. Yang pertama adalah bukit kapur yang dilalui oleh aliran air panas yang membuat bebatuan ini menjadi indah dipandang mata. Diatas bukit kapur juga terdapat sebuah kolam alam kecil yang mengeluarkan sumber air panas yang nampak bergelembung dari dasar kolam. Wisatawan dilarang mandi di area itu. Disana juga tampak aliran air panas yang melalui semak-semak pepohonan yang mengering dan berkumpul menjadi satu dan membentuk sebuah danau berwarna biru kehijauan yang amat cantik.
Tempat lainnya yang bisa anda kunjungi ketika ke kawah putih tinggi raja, ada dibawah tebing. Disana anda bisa berendam di airnya. Terdapat sebuah aliran sungai yang sejuk dan air terjun yang mengalir dari bukit di atas menjadikan tempat ini tujuan berendam setelah pengunjung menikmati keindahan air panas diatas. Sumber air panas ini dipercaya mengandung belerang yang baik bagi kesehatan kulit bila dipakai untuk mandi atau sekedar untuk membasuh anggota badan. Karena tak ada warung makanan di dalam cagar alam ini, anda disarankan membawa bekal makanan anda sendiri.
Voice of Indonesia, dari Indonesia untuk Dunia. Kali ini kami hadirkan lagu keroncong berjudul Tempat Lahirku.
Tanah kelahiran adalah tempat yang tak akan pernah terlupakan. Apalagi bila seseorang lahir dan dibesarkan di sana. Itulah yang diceritakan dalam lagu keroncong karya S. Darmanto ini. Lagu ini menggambarkan tempat lahir yang indah terletak di lereng gunung, diantara sawah dan ladang. Di sana pula sang ayah bekerja mencari penghidupan. Tanah kelahiran tidak akan pernah terlupakan.
inilah Panji Asmoro dengan lagu keroncong berjudul Tempat Lahirku.
Indonesia menjadi tuan rumah kompetisi barista bertajuk “ASEAN Barista Team Championship 2019” (ABTC19) yang akan berlangsung pada tanggal 25-27 Juli 2019 di JIExpo, Jakarta. Ketua Asosiasi Kopi Specialty Indonesia, Syafudin dalam konferensi pers kompetisi perdana ABTC19 mengatakan, akan ada lebih dari 60 barista ASEAN berkumpul di Jakarta. Hal ini menunjukkan dinamika industri kopi ASEAN dan juga minat kompetitif untuk meningkatkan keterampilan barista ASEAN.
melalui ajang tersebut, Syafrudin optimistis akan mampu mengangkat standar kualitas barista ASEAN, khususnya Indonesia ke tingkat dunia dan bersaing global sekaligus mempromosikan profesi-profesi yang berhubungan dengan dunia perkopian. Ajang itu juga akan dapat memajukan kopi nasional yang pada akhirnya meningkatkan kehidupan petani kopi. Syafudin menambahkan Indonesia memiliki berbagai ragam jenis kopi arabica dan robusta yang bervariasi, dan cukup terkenal dengan kualitasnya.
Indonesia adalah negara dengan letak geografis dan struktur tanah yang cocok bagi pertumbuhan kopi, baik arabica dan robusta. Kedua jenis kopi tersebut, masing-masing mempunyai cita rasa yang tidak dipunyai negara lain. Syafudin mengatakan banyak wilayah di Indonesia yang mengembangkan perkebunan kopi yang masing-masing hasil kopinya memiliki karakteristik unik dan berbeda-beda. Kompetisi perdana ABTC19 itu diselenggarakan oleh ASEAN Coffee Federation (ACF) bersama dengan Specialty Coffee Association of Indonesia (SCAI). Indonesia, diperkirakan akan menurunkan tim empat hingga lima tim, yang dibentuk dari para juara dari perlombaan yang berlangsung sebelumnya.