Suprapto

Suprapto

04
October

Kain tenun asal Indonesia tampil di panggung dunia melalui peragaan busana Dior di Paris Fashion Week yang digelar Selasa, 29 September 2020 di Jardin de Tuileries, Paris, Prancis.

Dalam pagelaran ini, rumah mode Christian Dior kembali menghadirkan karya-karya terbaiknya, salah satunya  adalah kain tenun ikat khas Bali, yaitu Kain Endek. Dior menjadikannya sebagai koleksi Spring atau Summer 2021. Dari sekitar 86 koleksi busana yang ditampilkan, ada sembilan koleksi yang memakai kain Endek asal Bali ini. Busana tersebut diperagakan para model yang berjalan di atas cat walk.

Menurut tim Christian Dior, kain Endek Bali memiliki nilai kebudayaan yang sangat sesuai dengan hasil karya yang ingin mereka angkat. Tak sampai di situ, Artistic Director Dior menyatakan bahwa inspirasi Christian Dior menggunakan kain Endek Bali karena ingin mengangkat nilai kebudayaan serta craftsmanship Indonesia terutama dari para penenun perempuan. Pemerintah Provinsi Bali telah memberikan dukungan penggunaan kain Endek Bali kepada pihak Dior. Mereka pun meminta Dior agar bisa menghormati kain asal Indonesia itu.

Paris Fashion Week digelar pada 29 September 2020 hingga 6 Oktober 2020, dengan tetap memberlakukan protokol kesehatan dengan ketat, mulai dari pembatasan tamu yakni hanya 300 orang. Selain itu, para tamu juga diwajibkan memakai masker wajah dan diminta untuk melakukan pemeriksaan suhu tubuh.

01
October

VOI KOMENTAR Setiap tanggal 1 Oktober, bangsa Indonesia selalu memperingati Hari Kesaktian Pancasila. Peringatan hari 1 Oktober masih terus digaungkan walau masih terdapat sejumlah pertanyaan dan polemik seputar awal muasal kenapa tanggal tersebut disebut juga hari Kesaktian Pancasila. Terkait Hari Kesaktian Pancasila 1 Oktober, bangsa Indonesia tidak lepas dari apa yang terjadi sehari sebelumnya yaitu 30 September. Karena 30 September 1965 adalah kejadian bersejarah dan momentum bangsa Indonesia menatap ke depan, namun tidak lupa untuk melihat apa yang terjadi di dalam konflik dalam negeri yang dimulai sejak masa perang kemerdekaan pada September 1948 dan September 1965.

30 September bagi bangsa Indonesia tidak lepas dengan kata ‘Komunis’. Terkait hal tersebut, Anggota DPR sekaligus penulis buku-buku sejarah perjalanan bangsa Indonesia, Fadli Zon,  dalam sebuah diskusi di salah satu TV swasta nasional   mengatakan bahwa terdapat dua kali upaya Partai Komunis Indonesia -PKI melakukan kudeta pada 1948 dan 1965. Dalam masa tersebut, para petinggi TNI, Polisi, tokoh agama dan pemuka masyarakat serta para anggota organisasi keagamaan menjadi korban kekejaman para penganut faham komunis. Semua upaya itu tidak lain untuk menjadikan Indonesia berhaluan Komunis dalam bernegara menggantikan Pancasila.

Sementara itu, Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional  Letjen TNI (Purn) Agus Widjojo menyatakan, baik negara maupun PKI dan pihak-pihak lain yang terlibat dalam tindak kekerasan terkait Gerakan 30 September 1965 dan setelahnya harus saling memaafkan. Dia juga menegaskan bahwa rekonsiliasi adalah jalan terbaik untuk mengakhiri dan menyelesaikan persoalan kebangsaan terkait G-30 September.

Sejatinya, peristiwa pada tahun 1948 dan 1965 bagi para penganut paham komunis adalah sebuah gerakan untuk merubah Pancasila sebagai haluan dan dasar negara bangsa Indonesia.

Saat ini, isu PKI tidak lagi relevan untuk diangkat dalam dunia politik. Namun, perlu disadari bahwa paham komunis harus tetap diwaspadai bagi seluruh stakeholder bangsa Indonesia yang majemuk ini. Untuk itu, masyarakat Indonesia, khususnya kalangan milenial harus menjunjung tinggi dan menerapkan esensi yang terkandung dalam Pancasila yang telah dan akan terus menyatukan bangsa Indonesia. Tak kalah pentingnya, petinggi-petinggi negara dan tokoh-tokoh masyarakat harus menjadi panutan dalam menjalankan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.

Selamat Hari Kesaktian Pancasila, semoga bangsa Indonesia tetap bersatu!

01
October

Kerbau rawa merupakan spesies asli dan salah satu kekayaan plasma nutfah Sumatera Selatan dengan penyebarannya hanya meliputi Kecamatan Pampangan dan Kabupaten Banyuasin. Kecamatan Pampangan merupakan daerah yang menjadi sentra kerbau rawa di Sumatera Selatan dan ternak kerbaunya dikenal sebagai kerbau pampangan. Ternak kerbau ini sebagian besar diambil dagingnya dan hanya sebagian kecil yang dimanfaatkan sebagai ternak kerja. Selain dagingnya, hasil sampingan dari ternak kerbau ini adalah susu kerbau.

Masyarakat Pampang, Kabupaten Ogan Komering Ilir mengolah susu kerbau menjadi berbagai macam olahan, seperti gula puan, sagon puan, minyak kerbau, dan makanan dadih. Diantara makanan tersebut, Gula Puan menjadi olahan makanan yang paling disukai oleh masyarakat Sumatera Selatan. Puan berarti ’susu’ dalam bahasa daerah setempat. Gulo puan bisa diartikan ’gula susu’ sesuai bahan dasarnya, yaitu gula dan susu. Teksturnya lembut sedikit berpasir dengan warna coklat. Untuk membuatnya susu dicampur dengan gula, dengan perbandingan 5 liter susu dan 1 kilogram gula. Campuran tersebut dimasak dengan api kecil sambil diaduk. Setelah sekitar 5 jam, susu mengental hingga mengering dan membentuk gumpalan kecoklatan. Gulo puan bisa disantap langsung dan sangat cocok untuk teman minum kopi atau olesan roti dan pisang goreng.

dulunya Gula Puan hanya dikonsumsi oleh para Sultan di Kesultanan Melayu. Karenanya kuliner ini merupakan penganan istimewa, sehingga tidak mengherankan harganya sangatlah mahal. Kini Gula Puan sudah menjadi penganan khas masyarakat Palembang. Sayangnya, Gula Puan sudah sangat langka. Harganya pun cukup mahal mencapai Rp.100.000 per kilogram. Mahalnya Gula Puan ini membuat makanan ini menjadi berkelas. Untuk mendapatkannya pun sangat terbatas, karena tidak dijual bebas, hanya dijual di Pelataran Mesjid Agung Palembang. Dan hanya dijual  pada hari Jumat saja. Waktunya pun terbatas, jelang dilaksanakannya Sholat Jumat hingga berakhirnya sholat.

30
September

VOI KOMENTAR Ketegangan antara Azerbaijan dan Armenia semakin meningkat. Negara yang mempunyaisejarah konflik sejak puluhan tahun lalu itu terlibat Kembali dalam bentrokan bersenjata. Pada hari Munggu 27 September 2020 kedua militer masing masing negara dilaporkan saling serang di daerah perbatasan yang sejak lama menjadi Kawasan yang kritis persengketaan. Pejabat milter masing masing negara saling menuduh dan menyelahkan terjadinya tembak menembak dengan artileri berat, yang dilaporkan tewasnya seorang anak dan seorang perempuan di dekat Nagorny Karabakh, Nagorny Karabakh adalah Kawasan di perbatasan Azerbaijan dan Armenia yang diperselisihkan oleh kedua negara selama bertahun tahun. Sejarah mencatat konflik yang disebabkan perembutan Nagorny Karabakh berakar pada peristiwa tahun 1921. Ketika itu Uni Soviet menggabungkan Nagorny Karabakh menjadi bagian dari Azerbaijan,padahal penduduknya mayoritas adalah Armenia.

Bubarnya Uni Soviet sebagai dampak Perestroika pada tahun 1991 menjadi peluang bagi etnis Armenia untuk memisahkan Nagorny Karabakh dari Azerbaijan. Separatis Armenia yang didukung pemerintah Armenia mengambil wilayah itu dan mendeklarasikannya sebagai wilayah tersendiri yang sampai sekarang tidak diakui PBB.

Kisruh akhir akhir ini yang mulai terjadi bulan Juli 2020 menimbulkan kekhawatiran kembali meletusnya perang yang dapat mengakibatkan tewasnya warga sipil dalam jumlah besar, Da;a, perang pasca bubarnua Uni Soviet sedikitnya 30 ribu dari kedua etnis tewas, ribuan pendduk di perbatasan pun mengungsi. Wilayah Kaukasus yang dikenal subur dan indah itu hancur. Darahpun membanjir di tanah Kaukasus yang indah dan subur.

Dengan mediasi yang dilakukan Amerika Serikat, Rusia dan Perancis Azerbaijan dan Armenia melakukan gencatan senjata. Walaupun demikian sengketa wilayah sekitar Nagorny Karabakah menjadi faktor rentannya terjadi konflik sebagaimana yang Meletus bulan Juli lalu.   Pada 2016, juga terjadi bentrokan hebat yang mengakibatkan tewasnya 110 orang. 

Sebagaimana konflik yang terjadi di beberapa Kawasan di dunia ini, seperti misalnya Korea Utara dan Korea Selatan, serta perang di Suriah, perseteruan antara Azerbaijan dan Armenia juga melibatkan pihak asing. Turki merupakan negara yang mendukung Azerbaijan yang merupakan negara kaya minyak. Secara kesejarahan Armenia memiliki dendam turun temurun kepada Turki. Selama perang dunia pertama tercatat sedikitnya 1 setengah juga orang Armenia tewas dalam ekspansi oleh Turki yang Ketika itu di bawah Kesultanan Ottoman. Armenia sejak lama mengandalkan Rusia sebagai pendukungnya termasuk dalam dukungan militer serta peralatan perangnya. Campur tangan Turki selain karena faktor sejarah juga didorong kepentingan politik yaitu ingin menguatkan pengaruhnya di Kawasan Kaukasus itu.

Masyarakat internasional  memberikan perhatian kepada kisruh turun temurun Azerbaijan dan Armania. Secara ekonomis kekhawatiran muncul karena tidak jauh dari wilayah konflik terdapat jaringan pipa pipa minyak yang memasok bahan bakar minyak untuk berbagai negara di dunia. 

Sejarah menunjukkan bahwa perang atau konflik bersenjata tidak dapat menyelesaikan perselisihan. Perundingan untuk mencari perdamaian adalah jalan terbaik. Namun dalam konflik Azerbaijan dan Armenia dendam dan kebencian yang tertanam sejak puluhan tahun dapat menjadi penghalang terciptanya perdamaian. Apakan lagi ketika kepentingan politik dan ekonomis sudah memainkan perannya.