27
March

 

VOInews, Jakarta: Indonesia mengangkat keberhasilan peluncuran Surya Satelilite-1 (SS-1) yang diluncurkan pada 6 Januari 2023 yang lalu, dalam pertemuan sesi ke-62 Sub-Komite Hukum PBB Penggunaan Antariksa untuk Maksud Damai (LSC UNCOPUOS). SS-1 merupakan satelit nano pertama buatan mahasiswa Indonesia.

“Indonesia menyampaikan apresiasi kepada Badan Eksplorasi Luar Angkasa Jepang (JAXA) dan Kantor PBB urusan Antariksa (UNOOSA) atas dukungannya dalam peluncuran satelit ini,” kata Kuasa Usaha Sementara KBRI Wina A. Alfiano Tamala dalam pernyataan nasional pada forum tersebut, Kamis (23/3), melalui keterangan resmi KBRI Wina yang diterima di Jakarta, Senin (27/3).

SS-1 merupakan student satellite Indonesia pertama yang dikembangkan dan dilepaskan dengan dukungan KiboCube, sebuah modul percobaan Jepang, yang saat ini merupakan satu-satunya modul yang digunakan untuk meluncurkan satelit dari International Space Station. 

“SS-1 dilengkapi dengan Automatic Package Reporting System (APRS) yang akan berkomunikasi dua arah dengan bumi dengan frekuensi radio amatir,” kata Alviano Tamala.

Ia menyebut, saat ini, Indonesia telah memiliki satelit kecil seperti antara lain LAPAN-A-1, LAPAN-A-2 (Orari) dan LAPAN A-3. Ia mencontohkan, LAPAN-A-2 telah beroperasi sekitar 7 tahun dan berfungsi memonitor bumi, pelayaran, keperluan komunikasi dan riset, serta penanganan situasi darurat saat bencana. 

“Satelit ini juga digunakan untuk keperluan jaringan radio amatir sejumlah negara di garis katulistiwa,” katanya.

Ia menjelaskan, satelit nano dapat didesain untuk mengumpulkan data bencana alam dan alat komunikasi laboratorium, perusahaan dan radio amatir di wilayah Indonesia.

Selain itu, satelit juga diharapkan dapat dimanfaatkan untuk melacak posisi kendaraan, pendaki gunung, kapal nelayan dan hotspot kebakaran hutan.

“Sebagai negara kepulauan di garis katulistiwa, Indonesia memiliki kondisi geografis khusus sehingga perlu terus mengembangkan dan memanfaatkan teknologi satelit kecil. Teknologi tersebut berguna dalam menunjang konektivitas berbagai daerah dan penduduk Indonesia, khususnya di wilayah terpencil,” terangnya.

Dalam forum tersebut, Indonesia juga menggarisbawahi pentingnya pengaturan internasional pengoperasian satelit kecil, mengingat permintaan dan pengembangan satelit ini semakin meluas. Indonesia juga menyoroti semakin banyaknya satelit mikro dan mega konstelasi yang memenuhi orbit dan atmosfer.

“Perlu pembahasan mengenai jaminan akses dan penggunaan orbit serta spektrum secara rasional dan adil. Harus ada sebuah sistem untuk menghindari interference dan risiko tabrakan (collision),” kata Alviano.

Lebih lanjut, menurutnya, Indonesia juga memandang pentingnya fasilitasi dan registrasi satelit mega konstelasi.

“Masyarakat internasional juga perlu berkoordinasi untuk keterbukan informasi dan data mengenai space situational awareness activities,” sambungnya.

Sesi ke-62 Sub-Komite Hukum Sub-Komite Hukum PBB Penggunaan Antariksa untuk Maksud Damai berlangsung di Kantor PBB Wina, Austria, pada 20 – 31 Maret 2023, dan dihadiri seluruh negara anggota UCOPUOS, peninjau (observer) dan berbagai organisasi internasional.

Delegasi Indonesia terdiri dari Indonesian Space Agency Secretariat (INASA), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Kementerian Luar Negeri dan Kedutaan Besar RI di Wina.

24
March

 

VOInews, Jakarta: Direktur Informasi dan Media Kementerian Luar Negeri RI Hartyo Harkomoyo mengatakan saat ini kekuatan dunia telah bergeser bukan lagi dilihat dari kekuatan militer yang dimiliki namun dari kekuatan lunak seperti informasi. Menurutnya kekayaan informasi akan memberikan kekuatan untuk mempengaruhi opini dunia.

“Saya rasa peran media ini menjadi sangat vital, sangat sentral, dalam menyebarkan satu opini dan juga mempengaruhi pandangan-pandangan publik. Oleh karena itu kalau kita melihat siapa sih sekarang yang berperan dalam pergulatan internasional tentunya adalah media,” katanya dalam Diplomatic Forum dengan tema Soft Power Diplomacy dan Pemanfaatan Teknologi Media Baru, yang disiarkan pada Jumat (24/3) di Voice of Indonesia RRI.

Menurutnya media memainkan peran penting dalam mencerahkan masyarakat mengenai berbagai isu yang ada. Oleh karena itu, menurutnya, media harus dapat mendidik masyarakat dengan menghadirkan informasi yang benar.

“Yang harus bisa dilakukan oleh media itu adalah bagaimana bisa memberikan memberitakan menyampaikan informasi kepada masyarakat mendidik mencerdaskan dan juga memberikan informasi yang sahih, yang benar, yang membawa kebaikan,” katanya.

Sementara itu Direktur Teknologi dan Media Baru Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia (LPP RRI) Muhammad Sujai dalam kesempatan yang sama, menyatakan kesiapan RRI untuk terus menyebarkan informasi kepada masyarakat di era kemajuan global saat ini.

Ia mengatakan RRI memiliki berbagai platform yang dibutuhkan untuk dapat menjangkau masyarakat di berbagai penjuru, nasional dan internasional.

“Berita portal kita sangat mumpuni dengan konten dari seluruh satuan kerja yang ada di Indonesia. Kita juga punya mobile application yang bisa diakses melalui jaringan internet di mana saja. Kita juga punya radio streaming,” katanya.

Selain itu, menurutnya, RRI juga masih memiliki teknologi short wave yang memungkinkan RRI untuk menjangkau pendengar di luar negeri dan di daerah perbatasan.

“Jadi memang kita sangat kaya dan ini bisa dinikmati oleh seluruh pemirsa tidak hanya di Indonesia tapi juga masyarakat global. Sudah terbukti kita punya tracking analitiknya dari setiap media yang kita punya digital ini banyak juga saudara-saudara kita yang mengakses dari luar negeri jadi kita sudah ready,” katanya.

Kepala Voice of Indonesia RRI Soleman Yusuf, di sisi lain, menambahkan sebagai stasiun siaran luar negeri RRI, Voice of Indonesia memiliki kesempatan untuk mendorong soft power diplomacy, bukan hanya ke dalam namun juga ke luar negeri.

“Ada sembilan bahasa yang dilayani oleh Voice of Indonesia RRI, Mandarin, Jepang, Arab, Prancis, Inggris, Spanyol, Indonesia, Belanda dan Jerman, yang disampaikan ke dunia. Kita punya dua gelombang short wave, streaming dan aplikasi,” katanya.

Menurutnya, seluruh konten siaran Voice of Indonesia RRI merupakan bagian dari soft power diplomacy dalam upaya memperkuat citra positif bangsa Indonesia di luar negeri.

“Semua hal tersebut adalah bagian dari soft diplomasi termasuk kita menceritakan tentang kebudayaan Indonesia di Voice of Indonesia. Kita juga punya beberapa program yang khusus untuk bicara tentang bagaimana meningkatkan image positif bangsa Indonesia di mata dunia,” tambahnya.

Dirinya pun mendorong sinergi antara Voice of Indonesia RRI dengan Kementerian Luar Negeri untuk berkolaborasi guna memastikan penguatan diplomasi lapis kedua, melalui program dan jejaring yang dimiliki oleh Kementerian Luar Negeri melalui perwakilan Indonesia di luar negeri.

 

24
March

 

VOINews,Jakarta: Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada akhir pekan menguat seiring Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed mengindikasikan kebijakan moneter yang tidak terlalu agresif. Dilaporkan Antara rupiah pada Jumat pagi dibuka naik 176 poin atau 1,15 persen ke posisi 15.169 rupiah per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 15.345 rupiah per dolar AS.

Pengamat pasar uang Ariston Tjendra saat dihubungi ANTARA mengatakan, pasar sekarang berekspektasi mungkin suku bunga acuan AS tidak akan dinaikkan pada rapat berikutnya dan mungkin hanya naik satu kali lagi tahun ini. Menurut Ariston, krisis perbankan di AS yang sedang berlangsung menjadi faktor dari kebijakan yang tidak agresif tersebut. Tiga bank di Amerika Serikat (AS) ditutup, yakni Silicon Valley Bank (SVB), Silvergate Bank dan Signature Bank. (antara)

24
March

 

VOINews,Jakarta: Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin mengemukakan, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada usianya yang menginjak 75 tahun telah banyak berkontribusi untuk kesehatan di Indonesia. Budi Gunadi Kamis mengatakan, Indonesia bergabung dengan WHO pada 1950 saat kondisi harapan hidup masyarakat Indonesia rata-rata sekitar 40 tahun.

Saat ini rata-rata angka harapan hidup orang Indonesia naik menjadi 72 tahun. Menurut Budi gunadi menunjukkan kontribusi yang luar biasa dari WHO kepada masyarakat Indonesia. Menurut Budi Gunadi, WHO selalu mendampingi masyarakat dan Pemerintah Indonesia, memberikan ide-ide baru, memberi masukan untuk program-program kesehatan di Indonesia terutama bagi kesehatan masyarakat. (antara)