Bangladesh masih tertarik membeli gerbong kereta api buatan Indonesia yang diproduksi Perseroan Terbatas Industri Kereta Api -PT INKA, setelah pada 2016 dan 2006 lalu sukses mengirim total 200 unit gerbong kereta api. Tahun ini sebanyak 250 gerbong kereta api kembali diekspor ke Bangladesh. Sebanyak 15 unit gerbong pertama dikirim melalui jalur laut dari Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, Jawa Timur, Minggu (20/1). Secara simbolis, pelepasan ekspor perdana gerbong kereta dilakukan oleh Menteri Perindustrian RI Airlangga Hartarto. Dalam sambutannya Airlangga Hartarto mengapresiasi PT INKA yang sukses memenangkan tender sehingga mampu ekspor kereta ke Bangladesh. Ia mengatakan, ini adalah bukti bahwa anak bangsa mampu bersaing dan kemampuannya diakui di dunia internasional.
Direktur Utama PT INKA, Budi Noviantoro, menyebutkan, 250 unit gerbong kereta untuk Bangladesh Railway terdiri atas 50 gerbong tipe Broad Gauge dan 200 gerbong tipe Meter Gauge. Kereta tipe Broad Gauge untuk track dengan lebar 1.676 milimeter, sedangkan kereta tipe Meter Gauge digunakan pada track dengan lebar 1.000 milimeter. Ia mengatakan, PT INKA sendiri merupakan pemenang tender dalam pengadaan kereta penumpang untuk Bangladesh Railway pada 2017, dengan total nilai kontrak sebesar 100,89 juta dolar Amerika Serikat.
Pada 2016, PT INKA telah mengekspor 150 unit gerbong dengan nilai kontrak senilai 72,39 juta dolar Amerika, dan 50 unit sebelumnya pada 2006 dengan nilai kontrak sebesar 13,8 juta dolar Amerika. Budi Noviantoro menambahkan, PT INKA tidak hanya mengekspor gerbong kereta, tetapi perusahaan itu juga mengekspor Power Generating Car dan gerbong barang ke Malaysia, Well Wagon ke Singapura, Ballast Hopper Wagon ke Thailand, lokomotif ke Filipina, dan Blizzard Center Sills ke Australia. Untuk order dari dalam negeri sendiri, PT INKA saat ini sedang menyelesaikan produksi 438 kereta pesanan PT Kereta ApiIndonesia -PT KAI. Yang sudah terkirim 288 unit kereta. PT KAI juga memesan 31 trainset Light Rail Transit, yang akan dikirim mulai pertengahan tahun ini.
Sektor pariwisata Indonesia berhasil mencatat prestasi gemilang di awal tahun 2019. Ya, pariwisata Indonesia meraih penghargaan ASEAN Tourism Awards 2019 yang diadakan ASEAN Tourism Forum (ATF) untuk empat kategori berbeda.
Keempat kategori itu adalah Community Based Tourism (pengembangan kepariwisataan berbasis komunitas) Homestay (fasilitas penginapan non-hotel), Spa (perawatan kecantikan dan kesehatan), dan Public Toilet (peturasan umum) . Penghargaan tersebut diterima langsung Menteri Pariwisata Republik Indonesia, Arief Yahya, di Ha Long Bay, Vietnam, pada Jumat (18/1) yang lalu.
Industri pariwisata memang semakin menjadi idola di Indonesia. Hal ini terlihat dari kinerja yang semakin meningkat setiap tahun. Grafiknya sangat kontras bila dibandingkan penghasil devisa lain, seperti minyak, gas, batu bara, dan kelapa sawit yang terus merosot.
Selain itu, pariwisata juga dianggap punya keunggulan karena mayoritas kegiatannya berada di sektor jasa.Menjadikannya komoditas yang paling berkelanjutan dan menyentuh hingga ke level paling bawah masyarakat.
Indonesia dengan kekayaan alamnya yang indah dan beragam, tentu saja menarik perhatian wisatawan mancanegara. Sektor pariwisata Indonesia sangat menjanjikan, karena menjadi penyumbang Produk Domestik Bruto (PDB), devisa, serta lapangan kerja paling besar secara mudah dan cepat.
Melesatnya sektor pariwisata tidak terlepas dari peningkatan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman). Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), kunjungan wisman ke Indonesia terus naik. Pada 2017, wisman yang berkunjung sebanyak 14,04 juta orang. Naik hampir 23 persen dari 2016.
Kemenangan yang diraih industri pariwisata Indonesia adalah berkat kerja keras semua pihak sehingga mampu mendongkrak indeks daya saing.Dari peringkat 70 dunia di tahun 2013, menjadi peringkat 42 besar di 2017.
Prestasi ini tentu saja semakin menambah kepercayaan diri industri pariwisata Indonesia. Diharapkan, industri pariwisata Indonesia semakin maju dan berkembang dan mampu menambah devisa negara.
Negara-negara anggota ASEAN telah sepakat untuk mendorong kerja sama berkelanjutan dalam upaya menciptakan stabilitas dan kesejahteraan di kawasan Asia Tenggara. Upaya itu dilakukan antara lain melalui pembangunan komunitas ASEAN dengan meningkatkan peran milenial.
Kesepakatan untuk mendorong kerja sama berkelanjutan itu dicapai oleh para menteri luar negeri ASEAN dalam pertemuan ASEAN Foreign Ministers Retreat (AMM Retreat) di Chiang Mai, Thailand pada Jumat(18/1) yang juga dihadiri oleh Menteri Luar Negeri Retno Marsudi.
Mengutip laporan Kantor Berita Antara, Menteri Luar Negeri Republik Indonesia Retno Marsudi mengatakan, dalam pertemuan AMM Retreat itu, para menlu negara ASEAN membahas program kerja dan prioritas ASEAN di bawah kepemimpinanThailand untuk tahun 2019, dengan tema "Memajukan Kemitraan untuk Keberlanjutan" (Advancing Partnership for Sustainability). AMM Retreat juga membahas berbagai isu terkait pembangunan berkelanjutan, perubahan iklim, dan konektivitas.
Dalam upaya menghadapi berbagai tantangan pembangunan berkelanjutan, para Menlu ASEAN sepakat untuk mendorong komplementaritas dan kerja sama lebih erat untuk mencapai Visi Komunitas ASEAN 2025 dan Agenda Pembangunan Berkelanjutan 2030.
Para Menlu ASEAN juga membahas proses Pembangunan Komunitas ASEAN, termasuk melalui upaya untuk meningkatkan pengetahuan di masyarakat mengenai ASEAN. Terkait hal itu, ASEAN akan membentuk Network of ASEAN Association guna meningkatkan kesadaran mengenai ASEAN di seluruh negara anggota, dengan melibatkan para akademisi dan organisasi masyarakat.
Selain itu, dalam pembahasan tentang Pembangunan Komunitas ASEAN, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menekankan pentingnya melibatkan peran milenial dalam upaya memperkuat proses pembangunan komunitas. Langkah itu diharapkan dapat meningkatkan tidak hanya kesadaran, namun juga rasa menjadi bagian dari komunitas ASEAN di kalangan generasi muda. Menteri Retno Marsudi juga menjelaskan salah satu cara Indonesia untuk meningkatkan kepedulian generasi muda dan milenial kepada ASEAN adalah dengan memilih Duta Muda ASEAN setiap tahun.
Saat membahas program kerja ASEAN 2019, Pemerintah Indonesia mendorong agenda pengarusutamaan peran perempuan dalam perdamaian dan keamanan kawasan. Retno Marsudi juga menekankan bahwa perempuan memiliki berbagai keunggulan yang dapat memberikan kontribusi positif dalam menjaga perdamaian dan keamanan di kawasan. Disamping itu, Pemerintah Indonesia akan menyelenggarakan Pelatihan Regional mengenai Perempuan, Perdamaian dan Keamanan pada Maret 2019//
Kementerian Perdagangan melalui Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) terus membuka kesempatan dan memfasilitasi pelaku usaha Indonesia yang ingin melakukan penjajakan kesepakatan dagang dengan pelaku usaha di Amerika Serikat. Upaya ini dilakukan dengan menggelar business matching di Kantor Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di New York, Amerika Serikat Kamis (17/1) waktu setempat. Direktur Jenderal PEN, Arlinda saat memberikan sambutan di hadapan sekitar 100 peserta business matching mengatakan, penyelenggaraan business matching ini merupakan salah satu upaya Indonesia dalam memperkuat kemitraan dan berkolaborasi dengan Amerika, serta menyeimbangkan neraca perdagangan kedua negara.
Menurut Arlinda, Amerika menjadi salah satu tujuan ekspor terbesar Indonesia selama bertahun-tahun. Semakin banyak perusahaan Amerika berinvestasi di Indonesia dalam sepuluh tahun terakhir. Perdagangan antara Indonesia dan Amerika tercatat meningkat selama lima tahun terakhir. Untuk periode Januari-Oktober 2018, total perdagangan kedua negara tumbuh 12,6%, dengan nilai mencapai 23,9 miliar dolar Amerika. Amerika antara lain memasok kedelai, kapas, gandum, dan helikopter ke Indonesia, sedangkan Indonesia memasok udang, karet, minyak sawit, ban, dan alas kaki ke Amerika. Sebanyak 12 pelaku usaha Indonesia berpartisipasi dalam business matching tersebut, yang antara lain bergerak di sektor minyak kelapa sawit, baja, makanan laut, kedelai, gandum, kapas, tekstil, ban, dan kopi.
Dalam business matching juga dilakukan dialog yang dihadiri Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita sebagai narasumber dengan para pelaku usaha Amerika. Pada business matching tersebut, Menteri Perdagangan turut menyaksikan penandatangan nota kesepahaman (MoU) pembelian baja batangan oleh Amerika Serikat dari Indonesia sebanyak 50.000 metrik ton dengan nilai mencapai 40 juta dolar Amerika. Penandatanganan dilakukan antara Hanwa American Corp yang diwakili Ryuichi Takaba dengan Gunung Steel Group yang diwakili Abdullah Taniwan.
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menyambut baik MoU pembelian tersebut. Ia mengatakan, nilai MoU yang ditandatangani tersebut merupakan awal dan masih akan diikuti lagi perkembangannya. Menurut Enggartiasto, Indonesia berhasil mendapatkan pengecualian atas pengenaan tarif impor Amerika sebesar 25% untuk sejumlah produk baja. Namun, saat ini masih ada beberapa permohonan pengecualian produk baja Indonesia yang belum mendapatkan putusan dari Amerika. Oleh karena itu akan diupayakan terus untuk pengecualian tersebut.