21
June

 

VOInews.id- Presiden Prancis Emanuel Macron mengatakan kesehatan global telah menjadi "geopolitik" dan kerja sama di bidang ini penting dan merupakan bukti kepercayaan bersama. Macron mengatakan dalam pernyataannya pada Forum Global untuk Kedaulatan dan Inovasi di Paris, Kamis, bahwa kontribusi Prancis terhadap solidaritas internasional telah meningkat 50 persen dalam tujuh tahun,"dengan fokus utama pada isu kesehatan."

 

Ia mengekspresikan kebanggaannya terhadap GAVI, Aliansi Vaksin, yang telah membantu memvaksinasi satu miliar anak. Namun, dia juga mengkritik mereka yang menganggap membantu negara-negara yang membutuhkan sebagai hal yang "tidak perlu," dan menekankan bahwa kemitraan tersebut penting bagi Afrika. Dia pun memuji kerja sama internasional selama pandemi COVID-19, tetapi mengatakan bahwa beberapa masalah muncul akibat kurangnya produksi vaksin.

 

"Inti dari prioritas ini adalah kemampuan untuk memproduksi," kata Macron seraya menekankan. "Afrika hanya memproduksi dua persen dari vaksin yang mereka gunakan, dan target yang telah kami tetapkan adalah pada 2040, 60 persen vaksin diproduksi di benua tersebut." Sementara itu, dalam acara itu, Ketua Dewan GAVI Jose Manuel Barroso menyoroti perlunya kerja sama internasional, dan "solusi global" atas tantangan global.

 

"Masih ada jutaan anak yang belum pernah divaksinasi untuk menangkal satu penyakit pun," katanya. Forum di Paris tersebut dihadiri beberapa pemimpin Afrika, termasuk Ketua Komisi Uni Afrika Moussa Faki Mahamat, Presiden Botswana Mokgweetsi Masisi, Presiden Ghana Nana Akufo-Addo, Presiden Rwanda Paul Kagame, dan Presiden Senegal Bassirou Diomaye Faye.

 

Sumber: Anadolu

20
June

 

VOInews.id, Seoul: Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol pada Rabu menyatakan bahwa Korea Selatan berada dalam darurat nasional demografis akibat penurunan populasi.

Ia berjanji melakukan upaya sekuat tenaga untuk mengatasi angka kelahiran yang sangat rendah.

Pernyataan tersebut disampaikan Yoon dalam pertemuan komite kepresidenan mengenai rendahnya angka kelahiran dan populasi menua di tengah prospek suram dan peringatan bahwa populasi Korsel pada akhirnya bisa punah jika trennya tidak dibalik.

“Hari ini, saya secara resmi mendeklarasikan darurat demografi nasional. Kami akan mengaktifkan sistem respons komprehensif pemerintah hingga masalah rendahnya angka kelahiran teratasi,” kata Yoon.

Tingkat kesuburan total Korea Selatan atau jumlah rata-rata anak yang dilahirkan seorang wanita sepanjang hidupnya, turun ke titik terendah baru yaitu 0,72 pada 2023.

Angka itu jauh di bawah tingkat penggantian sebesar 2,1 yang diperlukan untuk mempertahankan populasi negara tersebut pada angka 51 juta.

Korsel telah mencoba berbagai insentif untuk membantu menarik keluarga agar memiliki anak selama satu dekade terakhir.

Namun, sejumlah faktor, termasuk harga rumah yang mahal, biaya pendidikan, dan jam kerja yang panjang, membuat kaum muda enggan untuk membentuk keluarga dan memiliki bayi.

Yoon menguraikan tiga bidang utama yang berfokus pada keseimbangan pekerjaan dan kehidupan, peningkatan perawatan anak, dan penyediaan perumahan yang lebih baik untuk mengatasi masalah yang kompleks.

Langkah yang diambil termasuk meningkatkan tunjangan cuti orang tua dan memperpanjang cuti ayah guna mendorong tingkat penggunaan cuti ayah, dari yang saat ini 6,8 persen menjadi 50 persen, selama masa jabatan Yoon.

Selain itu, terdapat kebijakan penerapan jam kerja fleksibel dan perpanjangan batas usia pengurangan jam kerja bagi orang tua yang memiliki anak kecil. 

Juga, ada pemberian subsidi bagi pemberi kerja yang mempekerjakan pengganti sementara bagi karyawan yang sedang cuti sebagai orang tua.

Yoon berjanji meningkatkan dukungan bagi layanan penitipan anak serta memperluas program usai sekolah bagi murid-murid sekolah dasar agar dapat meringankan beban pendidikan orang tua. 

Tak sampai di situ, rumah tangga yang memiliki bayi baru lahir akan diberikan prioritas dalam alokasi perumahan dan pinjaman berbunga rendah untuk pembelian rumah.

Manfaat pajak untuk rumah tangga yang memiliki anak juga akan diperluas.

Untuk memastikan penerapan langkah-langkah tersebut, Yoon mengatakan sebuah kementerian baru yang sementara disebut Kementerian Perencanaan Strategi Kependudukan akan dibentuk. 

Menteri di lembaga itu akan menjabat sebagai wakil perdana menteri untuk urusan sosial.


Sumber: Yonhap-OANA

 

19
June

 

VOInews.id, Istanbul: Presiden Rusia Vladimir Putin pada Selasa (18/6) telah mendarat di ibu kota Korea Utara, Pyongyang, untuk kunjungan pertamanya ke negara tersebut dalam 24 tahun, kata istana kepresidenan Rusia, Kremlin. Presiden Rusia itu diundang oleh pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, yang "secara pribadi bertemu Vladimir Putin di bandara di Pyongyang," kata Kremlin dalam sebuah pernyataan. Setelah bertukar sapa, kedua pemimpin berangkat dari bandara dengan kendaraan yang sama, tambahnya.

 

Ajudan Putin bernama Yury Ushakov pada Senin (17/6) mengatakan bahwa kunjungan tersebut akan berlangsung selama dua hari, dengan acara utama berlangsung pada hari kedua. Upacara penyambutan resmi yang diikuti dengan pembicaraan diperkirakan akan berlangsung di kediaman Kim pada Rabu malam, menurut Ushakov. Pembicaraan akan diadakan dalam dua putaran -- baik dalam format terbatas maupun diperpanjang -- dengan kedua pemimpin membahas isu-isu paling signifikan dan sensitif dalam percakapan informal khusus sambil berjalan-jalan di sekitar kediaman Kim.

 

Rusia dan Korea Utara berencana untuk menandatangani beberapa dokumen setelah pembicaraan, dengan pernyataan bersama yang diharapkan dari Putin dan Kim, kata Ushakov. Acara seremonial juga akan diadakan, termasuk kunjungan ke monumen yang didedikasikan untuk prajurit Tentara Merah yang tewas saat melawan pasukan Jepang di Korea selama Perang Dunia ke-2, serta acara konser.

 

Putin dan Kim akan melakukan perjalanan bersama kembali ke bandara setelah resepsi resmi kenegaraan dengan pidato yang disampaikan oleh kedua pemimpin. Dalam perjalanan tersebut, mereka akan mampir ke satu-satunya gereja Ortodoks di Korea Utara, yaitu Katedral Holy Trinity. Terakhir kali Putin mengunjungi Korea Utara adalah pada tahun 2000, ketika negara tersebut masih di bawah kepemimpinan Kim Jong Il, ayah dari pemimpin saat ini Kim Jong Un.

 

Sumber: Anadolu

19
June

 

VOInews.id, Rusia: Rusia siap memperluas kerja sama dengan ASEAN dalam pengembangan energi atom, termasuk pembangunan pembangkit listrik dan transfer teknologi energi nuklir untuk tujuan damai, ujar Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia Dmitry Medvedev pada Selasa. Medvedev menegaskan niat perusahaan negaranya tidak hanya untuk memenuhi kewajiban pasokan hidrokarbon mereka, yang merupakan hal yang penting bagi banyak negara saat ini, tetapi juga mengelola investasi dan proyek teknologi canggih. Khususnya di bidang energi nuklir juga.

 

"Perusahaan Rosatom kami tertarik dalam memperluas kerja sama dengan negara-negara ASEAN baik dalam pembangunan pembangkit listrik tenaga atom dan mentransfer teknologi yang diperlukan kepada mitra,” kata politisi tersebut di meja bundar. Menurut dia, Rusia selalu memenuhi kebutuhan mitranya, sehingga berkontribusi terhadap akses mereka terhadap sumber energi penting ini. Pertemuan meja bundar tersebut merupakan bagian dari Forum Antar-Partai Internasional "Mayoritas Dunia untuk Dunia Multipolar" di kota Vladivostok, wilayah Rusia timur jauh.

 

Sumber: Sputnik-OANA

Page 45 of 1215