VOInews.id- Tentara Israel pada Selasa mulai memperluas serangannya di Rafah, Jalur Gaza selatan, dengan merebut lebih banyak wilayah perbatasan dengan Mesir, atau yang dikenal sebagai Koridor Philadelphia. Tindakan ini berarti bahwa tentara Israel semakin bergerak maju untuk mengisolasi Gaza dari kontak dengan Mesir, dan pada akhirnya, dengan seluruh dunia.
Tentara Israel memperluas serangannya ke Rafah di tengah penembakan dan pemboman besar-besaran, hingga memaksa ribuan orang meninggalkan Rafah barat menuju Khan Younis dan daerah-daerah di Jalur Gaza tengah. Sedikitnya 16 warga Palestina tewas dalam pemboman Israel di Rafah pada Senin malam (27/5), menurut sumber medis. Baca juga: Serangan udara terbaru Israel di Rafah tewaskan sedikitnya 35 warga Serangan Israel saat ini ke Rafah membuat wilayah tersebut hanya berjarak 3 kilometer dari pantai Rafah, dan menempatkan lebih dari dua pertiga wilayah Koridor Philadelphia di bawah kendali Israel.
Koridor Philadelphia, sepanjang 14 kilometer, adalah zona penyangga demiliterisasi yang membentang di sepanjang perbatasan Gaza-Mesir, sebagaimana ditetapkan dalam perjanjian setelah penandatanganan Perjanjian Camp David tahun 1978 antara Presiden Mesir saat itu, Anwar Sadat, dan Perdana Menteri Israel Menachem Begin. Sebelum Israel melancarkan operasi militer ke Rafah pada 6 Mei 2024, koridor tersebut menjadi tempat perlindungan bagi lebih dari 1,5 juta pengungsi Palestina yang meninggalkan wilayah mereka di Jalur Gaza karena serangan gencar Israel yang dimulai pada 7 Oktober 2023.
Israel melanjutkan serangan brutal di Gaza meskipun ada resolusi Dewan Keamanan PBB yang menuntut gencatan senjata segera. Sedikitnya 36.050 warga Palestina telah terbunuh di Gaza dan lebih dari 81.000 orang lainnya terluka sejak Israel membalas serangan kelompok Palestina, Hamas.
Sumber: Anadolu
VOInews.id- Para pemimpin Korea Selatan, Jepang dan China menegaskan kembali komitmen untuk mendorong perdamaian dan stabilitas di Semenanjung Korea selang beberapa jam setelah Korea Utara mengumumkan rencana peluncuran satelit.
Komitmen tersebut disepakati Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol, Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida dan Perdana Menteri China Li Qiang, pada KTT di Seoul, Senin, setelah pihak Korea Utara memberi tahu Jepang mengenai rencananya meluncurkan roket luar angkasa yang membawa satelit mata-mata militer sebelum 4 Juni.
“Kami menegaskan kembali bahwa menjaga perdamaian, stabilitas dan kemakmuran di Semenanjung Korea dan Asia Timur Laut adalah demi kepentingan bersama dan merupakan tanggung jawab kita bersama,” kata isi deklarasi bersama KTT trilateral tersebut.
“Kami menegaskan kembali posisi masing-masing mengenai perdamaian dan stabilitas regional, denuklirisasi Semenanjung Korea dan masalah penculikan. Kami setuju untuk terus melakukan upaya positif untuk penyelesaian politik masalah Semenanjung Korea,” tambah pernyataan dalam deklarasi itu.
Dalam sesi tersebut, Yoon dan Kishida mengecam rencana peluncuran satelit Korea Utara sebagai pelanggaran terhadap resolusi Dewan Keamanan PBB yang melarang penggunaan teknologi rudal balistik. Pyongyang mengatakan akan mengirim tiga satelit lagi ke luar angkasa tahun ini, setelah peluncuran pertamanya pada bulan November.
“Komunitas internasional harus merespons dengan tegas,” kata Yoon saat konferensi pers bersama.
Kishida turut menyuarakan keprihatinannya, mendesak Pyongyang untuk menghentikan aktivitasnya.
“Jika hal ini dilanjutkan, maka hal ini merupakan pelanggaran terhadap resolusi Dewan Keamanan PBB. Kami sangat mendesak Korea Utara untuk menghentikan aktivitas ini,” ucap Kishida.
Perdana Menteri Li Qiang dari China meminta semua negara terkait untuk menahan diri guna mengurangi ketegangan sambil menghindari penyebutan Korea Utara secara langsung.
“China secara konsisten berupaya untuk mendorong perdamaian dan stabilitas di Semenanjung Korea dan mendorong penyelesaian politik terhadap masalah semenanjung tersebut. Pihak-pihak terkait harus menahan diri dan mencegah situasi memburuk dan menjadi lebih rumit,” tutur Li.
Adapun sesi trilateral membahas cara-cara untuk meningkatkan kerja sama di enam bidang spesifik yakni ekonomi dan perdagangan, pembangunan berkelanjutan, masalah kesehatan, ilmu pengetahuan dan teknologi, manajemen bencana dan keselamatan, serta pertukaran antar masyarakat.
Para pemimpin juga sepakat untuk melembagakan kerja sama trilateral dengan mengadakan pertemuan puncak trilateral dan pertemuan tingkat menteri secara rutin.
Sumber : Yonhap
VOInews.id- Menteri Luar Negeri Iran sementara Ali Bagheri Kani mengatakan pemerintah Iran dan Oman akan bekerja sama lebih serius untuk menghentikan kejahatan rezim Israel di Jalur Gaza.
Menteri Ali Bagheri mengadakan pembicaraan dengan Menteri Luar Negeri Kesultanan Oman, Badr bin Hamad Al Busaidi yang sedang berkunjung dan bergabung pada konferensi pers di Teheran, Senin.
“Kita harus melancarkan upaya yang lebih serius untuk segera menghentikan kejahatan (Israel) dan melakukan upaya serius untuk mengirimkan bantuan kemanusiaan (ke Gaza). Iran dan Oman akan menjalin kerja sama yang serius dan efektif dalam periode mendatang,” kata Ali Bagheri.
Ia juga mengatakan bahwa ia dan rekan-rekannya di Kementerian Luar Negeri Iran akan melanjutkan kebijakan bertetangga yang diterapkan oleh mendiang Presiden Ebrahim Raeisi dan Menteri Luar Negerinya Hossein Amir-Abdollahian.
“Tekad Iran adalah untuk mewujudkan hal tersebut. Seharusnya tidak ada kesenjangan dalam hubungan persahabatan dengan negara-negara tetangganya,” ucapnya.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Oman Al Busaidi mengatakan bahwa kedua belah pihak berbicara tentang kelanjutan konsultasi kedua negara. Ia juga dijadwalkan bertemu dengan pejabat tinggi Iran lainnya.
“Selain itu, kita juga membahas berbagai kasus lain, mengenai kerja sama bilateral dan isu-isu bersama di kawasan, yang paling penting adalah masalah Palestina,” tutur dia.
Terkait kecelakaan helikopter yang tragis, Sultan Oman, Haitham bin Tariq menyampaikan belasungkawa melalui pesan kepada Pemimpin Revolusi Islam atas kesyahidan Presiden Iran Ebrahim Raeisi dan delegasi pendampingnya.
Sumber : MNA-OANA
VOInews.id- Pemukim ilegal Israel menyerang rumah-rumah warga Palestina di bawah perlindungan tentara Israel di desa Qusra, kota Nablus di bagian selatan Tepi Barat bagian utara, demikian menurut laporan kantor berita Palestina WAFA, Minggu. Menurut laporan tersebut, warga kota bergegas untuk menghalau serangan, yang menyebabkan bentrokan dengan tentara pendudukan dan pemukim. Selama hal tersebut berlangsung, tentara pendudukan dilaporkan menggunakan peluru tajam.
Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina (Palestinian Red Crescent Society/PRCS) mengatakan pihaknya merawat seorang pria berusia 29 tahun yang terluka dalam pertempuran di Qusra dan membawanya ke rumah sakit. Belum jelas apakah peluru yang mengenai korban ditembakkan oleh pemukim ilegal Israel ataupun tentara.
Di Tepi Barat bagian selatan, seorang aktivis anti-pemukiman Arif Jaber mengatakan kepada Anadolu bahwa tentara Israel memperkuat pasukan di kawasan Palestina, pada wilayah yang mereka kendalikan di kota tersebut. “Pasukan pendudukan menyebar secara luas di kawasan Jaber dan Wadi al-Hussein sekitar kota tua Hebron, dan menangkap sedikitnya lima warga,” ujar dia.
Jaber mencatat kawasan Palestina di pusat kota sebagian besar telah menerapkan jam malam sejak 7 Oktober, di samping penggerebekan, penangkapan, dan pengejaran terhadap warga yang terpaksa meninggalkan rumah mereka.
Sumber: Anadolu-OANA