warna warni

warna warni (402)

23
February

Rambutan kini tengah merajai toko-toko buah dan pedagang buah pinggir jalan. Pasalnya, musim rambutan di Indonesia sudah dimulai, khususnya di Desa Platar, Kecamatan Tahunan, Jepara, Jawa Tengah. Masyarakat Desa Platar mayoritas memiliki pohon rambutan. Melihat potensi lokal ini, membuat tim kelompok Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas PGRI Semarang (UPGRIS) mencoba mengembangkannya menjadi produk berupa teh dari kulit rambutan. Teh dari kulit rambutan ini diberi nama Teh Kutan.

Koordinator Mahasiswa KKN UPGRIS Desa Platar Sumini Mina Wati menjelaskan, banyak masyarakat yang belum mengetahui manfaat dari kulit rambutan. Selama ini setelah warga mengkonsumsi rambutan, kulitnya hanya dibuang dan menjadi sampah. Untuk itu, menurut Mina, pihaknya melakukan pembekalan pengolahan teh kulit rambutan, atau Kutan pada ibu-ibu di desa tersebut. Pelatihan tersebut dilaksanakan di Balaidesa Platar.

Mina menuturkan, cara membuat teh kutan sangat sederhana. Kulit rambutan yang sudah dicuci bersih, dipotong dengan ukuran kecil-kecil, kemudian dijemur di bawah sinar matahari hingga kering selama tiga hingga lima hari tergantung cuaca. Setelah kering, teh kutan siap untuk dinikmati sesuai selera.

Selain diolah menjadi teh, kulit rambutan juga bisa dibuat sirup. Sedangkan, biji rambutan dapat diolah menjadi emping.

Mina menjelaskan, manfaat kulit rambutan dapat mencegah hiperkolesterol, mengobati diare, anti radikal bebas, menangkal sel kanker, dan dapat sebagai antioksidan untuk mencegah diabetes. Sebab dalam kulit rambutan terdapat kandungan flavonoid atau salah satu jenis antioksidan, tanin yang dapat mencegah atau mentralisasi efek radikal bebas yang merusak, serta saponin yang bermanfaat untuk meningkatkan kekebalan tubuh. Disamping itu ekstrak kulit rambutan mempunyai nilai IC50 (ukuran efektivitas senyawa dalam fungsi biologis atau biokimia menghambat) sebesar 20, sehingga dapat menekan 50 persen radikal bebas (DPPH).

Susi Kusumaningtyas, Ketua Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga-PKK Desa Platar menuturkan, pelatihan yang diberikan oleh mahasiswa UPGRIS kepada kaum ibu tersebut sangat diapresiasi. Selain dapat memberikan wawasan dalam pemanfaatan kulit rambutan, juga bisa bernilai ekonomis. Ke depannya produk tersebut bisa dijadikan sebagai produk unggulan dari Desa Platar.

23
February

Buah Rambutan

Written by
Published in warna warni

Rambutan kini tengah merajai toko-toko buah dan pedagang buah pinggir jalan. Pasalnya, musim rambutan di Indonesia sudah dimulai, khususnya di Desa Platar, Kecamatan Tahunan, Jepara, Jawa Tengah. Masyarakat Desa Platar mayoritas memiliki pohon rambutan. Melihat potensi lokal ini, membuat tim kelompok Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas PGRI Semarang (UPGRIS) mencoba mengembangkannya menjadi produk berupa teh dari kulit rambutan. Teh dari kulit rambutan ini diberi nama Teh Kutan.

Koordinator Mahasiswa KKN UPGRIS Desa Platar Sumini Mina Wati menjelaskan, banyak masyarakat yang belum mengetahui manfaat dari kulit rambutan. Selama ini setelah warga mengkonsumsi rambutan, kulitnya hanya dibuang dan menjadi sampah. Untuk itu, menurut Mina, pihaknya melakukan pembekalan pengolahan teh kulit rambutan, atau Kutan pada ibu-ibu di desa tersebut. Pelatihan tersebut dilaksanakan di Balaidesa Platar.

Mina menuturkan, cara membuat teh kutan sangat sederhana. Kulit rambutan yang sudah dicuci bersih, dipotong dengan ukuran kecil-kecil, kemudian dijemur di bawah sinar matahari hingga kering selama tiga hingga lima hari tergantung cuaca. Setelah kering, teh kutan siap untuk dinikmati sesuai selera.

Selain diolah menjadi teh, kulit rambutan juga bisa dibuat sirup. Sedangkan, biji rambutan dapat diolah menjadi emping.

Mina menjelaskan, manfaat kulit rambutan dapat mencegah hiperkolesterol, mengobati diare, anti radikal bebas, menangkal sel kanker, dan dapat sebagai antioksidan untuk mencegah diabetes. Sebab dalam kulit rambutan terdapat kandungan flavonoid atau salah satu jenis antioksidan, tanin yang dapat mencegah atau mentralisasi efek radikal bebas yang merusak, serta saponin yang bermanfaat untuk meningkatkan kekebalan tubuh. Disamping itu ekstrak kulit rambutan mempunyai nilai IC50 (ukuran efektivitas senyawa dalam fungsi biologis atau biokimia menghambat) sebesar 20, sehingga dapat menekan 50 persen radikal bebas (DPPH).

Susi Kusumaningtyas, Ketua Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga-PKK Desa Platar menuturkan, pelatihan yang diberikan oleh mahasiswa UPGRIS kepada kaum ibu tersebut sangat diapresiasi. Selain dapat memberikan wawasan dalam pemanfaatan kulit rambutan, juga bisa bernilai ekonomis. Ke depannya produk tersebut bisa dijadikan sebagai produk unggulan dari Desa Platar.

22
February

seiring dengan meningkatnya tuntutan terhadap tata kelola lembaga peradilan yang efektif, efisien, transparan dan akuntabel, Mahkamah Konstitusi (MK) berupaya memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi secara optimal. Terlebih tahun ini akan berlangsung pilkada serentak, dimana MK punya peran strategis dalam mengawal konstitusi dan memberikan pelindung hak konstitusional warga negara. Karenanya, Mahkamah Konstitusi baru-baru ini meluncurkan delapan aplikasi dalam rangka mewujudkan peradilan konstitusi yang modern dan terpercaya. Dengan adanya inovasi ini, MK berharap dapat memudahkan para pencari keadilan. 

14 Februari kemarin, Mahkamah Konstitusi meluncurkan delapan aplikasi berbasis teknologi. Delapan aplikasi ini terdiri dari simple.mkri.id, tracking perkara, anotasi putusan MK di website, e-minutasie-brpk, kunjungan MK, live streaming, dan layanan persidangan jarak jauh. Salah satu layanan baru itu adalah sistem informasi permohonan elektrik (SIMPLE.MKRI.id). Salah satu fiturnya adalah melayani pengajuan permohonan secara online. Aplikasi berbasis web ini juga bisa melayani permohonan elektronik pengajuan Undang-Undang dan perselisihan hasil pemilihan gubernur, bupati, dan walikota secara online. Pada aplikasi itu, ada fitur Tracking Perkara untuk menelusuri posisi perkara terakhir, serta dapat melihat dokumen perkara dari permohonan hingga putusan. 

MK juga menyediakan layanan anotasi melalui situs MK. Pengunjung hanya tinggal menuliskan judul dokumen anotasi. Ada pula e-Minutasi atau sistem informasi manajemen pengelolaan berkas perkara sejak registrasi hingga putusan akhir. Layanan ini tidak terbatas kepada pengelolaan fisik dan prosedural pengelolaan arsip. E-Minutasi juga menyangkut pengelolaan data dalam berkas perkara untuk menjadi informasi yang dapat digunakan MK. Khusus layanan ini, hanya segelintir orang yang bisa mengaksesnya yaitu mereka yang telah mendapat akses dari adminsitrator. MK juga menyediakan layanan e-BRPK. Layanan ini memuat catatan seperti nomor perkara, nama pemohon dan kuasa hukum hingga kelengkapan permohon. Sama seperti e-Minutasi, layanan ini hanya bisa diakses orang tertentu setelah meminta izin MK. Dalam situs MK juga terdapat fitur Kunjungan MK untuk memudahkan pengajuan permohonan kunjungan ke MK. Tersedia pula fitur Live Streaming untuk menyaksikan secara langsung persidangan di MK. Dengan adanya fitur live streaming persidangan, tidak ada alasan lagi mengenai kesulitan akses ke peradilan konstitusi.// Dora 

 

 

21
February

 

Fauzal tak pernah membayangkan, jika suatu hari ia harus merelakan kakinya diamputasi. Semua berawal dari kejadian tahun 2006. Ia mengalami kecelakaan yang mengharuskan kakinya diamputasi. Sejak itu aktivitasnya dibantu oleh kaki palsu. Kejadian tersebut membuatnya trauma dan sulit menerima kenyataan.

Mulanya laki-laki asal Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB), itu menggunakan tongkat untuk membantunya beraktifitas setiap hari. Fauzal berharap, satu hari nanti dia bisa menggunakan kaki palsu. Hanya saja saat itu, harganya relatif mahal. Karenanya, ia membuat sendiri kaki palsu untuk dirinya.

Tahun 2007, untuk pertama kalinya, Fauzal membuat kaki palsu dari paralon. Setelah beradaptasi sekitar setahun, rasa percaya diri itu muncul juga. Ia kembali kuliah mengejar ketertinggalan. Dengan kaki palsu itu, ia berharap bisa mewujudkan cita-citanya.

Tiap tahun kaki palsu itu terus mengalami inovasi. Hingga pada 2012, ia membuat kaki palsu dari bahan fiber. Bahan ini cocok untuk membuat kaki palsu karena mudah dibentuk. Sayang, hal itu tidak berjalan lama. Bahan kaki palsu dari fiber tersebut dikatakannya sangat berat. Membuat dirinya kewalahan dan kesulitan dalam berjalan.Fauzal kembali bereksperimen. Mulai dari bambu, busa, serat pisang hingga serat kaca yang dicampur dengan katalis dan resin. Tapi hasilnya tidak maksimal dan tidak tahan lama. Selain cepat rusak juga tidak nyaman saat digunakan. Akhirnya, ia mencoba membuat dari serabut kelapa. Menurut Fauzal, serabut kelapa lebih kuat dan tidak mudah putus. Selain itu, serabut kelapa yang dicampur katalis dan resin akan membuat kaki palsu ini tertopang lebih kuat dan lebih ringan.

Sejak dibuat tahun 2015, hingga kini Fauzal masih mengenakan kaki palsu dari serabut kelapa. Sudah banyak penyandang difabel yang memesan, tetapi Fauzal tidak mau sembarangan. Sebab kaki palsu buatannya harus ia pastikan benar-benar aman dan nyaman.

Karyanya ini mendapat perhatian dari pemerintah dan berhasil menjadi juara II. Bahkan ketika mewakili Lombok Timur di tingkat Provinsi ia berhasil menjadi juara I. Salah satu impian terbesar Fauzal adalah ingin membuat kaki palsu gratis.

20
February

 

Indonesia termasuk negara yang rawan bencana alam karena letak geografisnya yang berada diantara 3 lempeng utama dunia sehingga bencana alam gempa bumi, tsunami, serta bencana Hidrometeorologi, seperti banjir dan tanah longsor, sangat rawan terjadi. Bencana ini hampir setiap tahun terjadi dan berulang, juga karena sebagian besar wilayah indonesia masih terdapat pegunungan dan lereng curam. Bencana tanah longsor sendiri sering terjadi di Indonesia dengan skala kecil dan besar yang memberikan dampak dan resiko yang cukup besar, seperti kerusakan bangunan, kerusakan infrastruktur, memutus jalur transportasi dan menimbulkan korban jiwa yang tidak sedikit. Untuk meminimalisir dampak bencana longsor, upaya untuk pendeteksian lebih awal perlu dilakukan. Karenanya Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengembangkan teknologi untuk mendeteksi pergerakan tanah yang kemungkinan bisa menyebabkan longsor dan mencegah tanah longsor.

Peneliti Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI, Adrin Tohari dan  Peneliti Pusat Penelitian Fisika LIPI, Suryadi berhasil mengembangkan teknologi Jaringan Sensor Nirkabel Untuk Pemantauan Tanah Longsor (Wireless Sensor Network for Landslide Monitoring/LIPI Wiseland) dan Teknologi Mitigasi Longsor Berbasis Drainase Siphon (The Greatest). Sensor nirkabel LIPI Wiseland terdiri atas empat elemen, yaitu ekstensometer, tiltmeter, sensor modul dan pengukur hujan. Selain itu, teknologi tersebut juga dilengkapi dengan gateway dan alarm serta web monitoring. LIPI Wiseland dapat mendeteksi pergerakan tanah, perbedaan kemiringan lereng dan tinggi muka air tanah untuk memperkirakan kemungkinan tanah longsor. LIPI Wiseland saat ini sudah dikembangkan hingga generasi ketiga dan telah diuji coba di beberapa lokasi, yaitu Pangalengan dan Jalan Tol Cipularang. Teknologi tersebut juga dapat digunakan untuk mendeteksi pergerakan jembatan dan telah diuji coba di Jembatan Cisomang, Tol Cipularang.

The Greatest adalah metode rekayasa drainase bawah permukaan tanah untuk menurunkan muka air tanah. Salah satu penyebab tanah longsor dalam adalah kenaikan muka air tanah yang biasanya terjadi pada musim penghujan. The Greatest menggunakan motode yang sama dengan pipa siphon atau pipa pindah, yaitu alat untuk memindahkan cairan dari wadah yang tidak dapat direbahkan. Contohnya memindahkan bensin dari tanki motor ke dalam jerigen. Prinsip kerja The Greatest adalah mengisap air tanah berdasarkan perbedaan ketinggian muka air tanah. Komponen yang diperlukan adalah sumur siphon, selang siphon dan unit pembasuh. The Greatest sudah diuji coba di laboratorium maupun di lapangan. Kesimpulannya menyatakan semakin banyak jumlah sumur siphon, semakin rendah muka air tanah dan semakin kecil luas zona rembesan maka akan semakin tinggi kestabilan lereng. Uji coba lapangan dilakukan di Lereng Cibitung, Pangalengan, yang berhasil menurunkan muka air tanah secara signifikan pada beberapa sumur siphon yang memiliki muka air tanah awal dangkal. Kini satu perusahaan swasta di bidang energi dan PT Kereta Api Indonesia sudah menyatakan minatnya menggunakan teknologi ini.

 

 

19
February

 

Di zaman yang serba modern ini, masyarakat Indonesia masih melakukan berbagai macam tradisi yang sudah ada ratusan tahun lamanya. Ketika mendengar kata potong jari, mungkin terdengar mengerikan di telinga Anda. Namun ini adalah salah satu tradisi yang dimiliki oleh salah satu suku di Indonesia. Lebih tepatnya suku Dani di Papua. Suku Dani adalah sebuah suku yang mendiami satu wilayah di Lembah Baliem.

Suku ini dikenal sejak ratusan tahun lalu sebagai petani yang terampil dan telah menggunakan alat atau perkakas. Suku Dani bahkan merupakan suku pertama yang diketahui telah mengenal teknologi penggunaan kapak batu, pisau yang dibuat dari tulang binatang, bambu dan juga tombak yang dibuat menggunakan kayu galian yang terkenal sangat kuat dan berat.  

Suku Dani memiliki tradisi yang menyedihkan ketika mereka kehilangan salah satu anggota keluarga atau orang terkasih mereka. Jari menjadi sasaran mereka untuk mengenang kepergian keluarga mereka. Kesedihan saat telah ditinggal pergi oleh orang yang cintai dan kehilangan salah satu anggota keluarga sangat perih. Lain halnya dengan masyarakat pegunungan tengah Papua yang melambangkan kesedihan lantaran kehilangan salah satu anggota keluarganya yang meninggal tidak hanya dengan menangis saja. Melainkan ada tradisi yang diwajibkan saat ada anggota keluarga atau kerabat dekat seperti; suami,istri, ayah, ibu, anak dan adik yang meninggal dunia. Tradisi yang diwajibkan adalah tradisi potong jari.  

Bagi Suku Dani, jari bisa diartikan sebagai symbol kerukunan, kebersatuan dan kekuatan dalam diri manusia maupun sebuah keluarga. Kehilangan salah satu ruasnya saja, tangan kita tidak lagi berfungsi optimal. Itulah nilai filosofi dari tradisi ini. Zaman sekarang, tradisi ini sudah mulai ditinggalkan, tapi Anda masih bisa menjumpai sesepuh suku Dani yang jemarinya sudah tidak utuh lagi. Walaupun dalam penamaan jari yang ada ditangan manusia hanya menyebutkan satu perwakilan keluarga yaitu Ibu jari. Akan tetapi jika dicermati perbadaan setiap bentuk dan panjang memiliki sebuah kesatuan dan kekuatan kebersamaan untuk meringankan semua beban pekerjaan manusia.

Tradisi potong jari di Papua dilakukan dengan berbagai cara ada yang menggunakan benda tajam seperti pisau, kapak atau parang. Cara lainya yaitu mengikat jari dengan seutas tali sampai beberapa lama waktunya sehingga menyebabkan aliran darah terhenti dan pada saat aliran darah berhenti baru dilakukan pemotongan jari. Tradisi potong jari pada saat ini belom ada sumber yang mengatakan bahwa masih berlangsung tradisi potong jari, namun belum ada sumber juga yang menyebutkan tradisi ini telah punah dan tidak dilaksanakan lagi.

Bisa dikatakan ada namun jarang ditemui atau dilakukan dikarenakan mungkin karena pengaruh agama yang mulai berkembang di sekitar daerah pegunungan tengah Papua. Apapun tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia, semua merupakan bagian dari perkembangan kehidupan tradisi masyarakat Indonesia. Baiklah pendengar, demikian informasi mengenai tradisi potong jari suku dani di Papua.

18
February

 

 

Beras merupakan bahan makanan pokok sebagian besar masyakat Indonesia. Karena itu ketersediaan dan  kualitas beras menjadi hal yang sangat penting. Secara umum beras yang berwarna putih bersih dan harum dikategorikan sebagai beras yang berkualitas tinggi. Namun, masyarakat harus jeli dan memastikan adanya penggunaan zat kimia sebagai pemutih beras. Penggunaan pemutih beras ini tentunya tidak baik dan berbahaya bagi kesehatan. Untuk mengetahui adanya pemutih pada beras, dua Mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta membuat alat bernama SCRAPER, yaitu Smart Chlorinated Rice Portable Detector berbasis microcontrol Atmega8535 dan Light Dependent Resistor (LDR).  Mereka adalah Intan Mulia Rahayu dari program studi Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Pertanian dan Kevin Ikhwan Muhammad (Teknik Kimia).

Menurut Intan, khlorin yang digunakan sebagai pemutih sangat berbahaya bagi kesehatan tubuh. Khlorin dapat merusak sel-sel darah, mengganggu fungsi hati/liver, dan merusak sistem pernapasan. Bila penggunaan klorin mencapai 3-5 ppm dalam beras atau bahkan mencapai dosis lebih dari 30 ppm dapat menyebabkan kematian.Inovasi SCRAPER muncul untuk menjawab persoalan pasar tentang  maraknya oknum penjual beras curang yang sengaja menambahkan pemutih/khlorin pada beras berkualitas rendah.

Dengan khlorin beras terlihat putih bersih seperti kualitas super. Sementara sebagian besar konsumen tidak dapat membedakan beras yang mengandung pemutih dan tidak.

Inovasi ini ditampilkan pada Kompetisi Inovasi Internasional Thailand Inventors Day 2018 yang digelar di Bangkok International Trade and Exhibition Center (BITEC), Thailand, pada 2-6 Februari 2018. Kedua mahasiswa ini juga meraih special award dari World Invention Intellectual Properti Association (WIIPA). Intan yang merupakan ketua tim penelitian ini mengatakan, mereka  berharap alat inovasi ini dapat bermanfaat untuk masyarakat sebagai upaya pencegahan pengonsumsian beras berpemutih, serta dapat membantu pemerintah dalam inspeksi penjual beras di pasar.

Kompetisi ini diselenggarakan oleh National Research Council of Thailand (NRCT) bersama  International Federation of Inventor’s Associations (IFIA) dan World Invention Intellectual Properti Association (WIIPA). Ajang Thailand Inventors Day diselenggarakan setiap tahun untuk menampilkan potensi hasil penemuan dan inovasi dari inovator-inovator internasional. Acara ini diikuti oleh 24 negara, yaitu Indonesia, Kanada, China, Mesir, Hongkong, India, Indonesia, Iran, Jepang, Lebanon, Makau, Malaysia, Filipina, Polandia, Rumania, Rusia, Saudi Arabia, Singapura, Korea Selatan, Sri Langka, Taiwan, Uni Emirate Arab, Inggris, Vietnam dan Thailand.

17
February

 

Memasuki penyelenggaraannya yang ke-11, Solo Batik Carnival-SBC 2018 akan mengusung tema "Ika Paramartha". Ika artinya kesatuan, sedangkan Paramartha artinya hal-hal baik yang menyatukan.  Penggabungan keduanya diharapkan membuat SBC menjadi satu kesatuan yang memiliki unsur yang baik sehingga bisa menjadi inspirasi.

Ketua Yayasan Solo Batik Carnival,  Lia Imelda di Solo, Jawa Tengah,  menjelaskan, tema tersebut diangkat mengingat saat ini kondisi politik maupun sosial di Indonesia sedang rawan gesekan. Dengan tema tersebut, Lia Imelda berharap, Solo Batik Carnival-SBC 2018 bisa menyatukan suku, agama, ras, dan antargolongan yang ada di Indonesia.

Terkait dengan tema tersebut, Koordinator SBC ke-11/2018 Ragowo Ade Kurniawan mengatakan jika tahun-tahun sebelumnya acara ini mengunggulkan batik khas Solo, tahun ini SBC menyatukan ragam batik di setiap daerah dari Sabang sampai Merauke. Ada delapan tema besar yang kami angkat yaitu Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Irian Jaya, Nusa Tenggara, Bali, Jawa, dan DKI Jakarta.

Untuk Pulau Jawa, nama defile-nya adalah Jawa Dwipa, Pulau Sumatera bernama Nagari Minangkabau, Pulau Kalimantan dengan defile Dayak Borneo, Pulau Bali dengan Janger Dewata, Pulau Sulawesi berdefile Mappalili Mamiri, Pulau Irian Jaya dengan Tana Sajojo, Pulau Nusa Tenggara dengan defile Sasando Timor, dan DKI Jakarta dengan Lenggang Batavia.

gelaran SBC akan berlangsung selama 5 hari dari tanggal 11 - 15 Juli 2018. Puncak SBC 11 akan dihelat pada 15 Juli 2018. Kepala Bidang Pengembangan Ekonomi Kreatif Dinas Pariwisata Kota Surakarta Nunuk Mari Hastuti mengatakan SBC sudah masuk dalam 100 Wonderful Event di Indonesia.//Devi

  

16
February



Imlek di Indonesia telah mengalami akulturasi dengan budaya lokal. Hal tersebut terbukti dengan munculnya sebutan Lebaran China dari orang Betawi untuk Imlek. Artinya orang Betawi menganggap Imlek sudah jadi bagian dari budaya mereka juga. Maka itu, orang Betawi ikut merayakannya, tak hanya ikut dalam karnaval dan pasar malam Imlek. Tapi sejak pertengahan abad 19, banyak orang Betawi bergabung merayakan dan makan makanan khas Perayaan Imlek.
Berdasakan kepercayaan orang-orang Tionghoa, pada umumnya selalu menyediakan 12 macam masakan dan 12 macam kue-kue yang mewakili lambang-lambang shio yang berjumlah 12. Salah satu hidangan utama adalah ikan bandeng dimana diartikan sebagai perlambang rezeki, karena dalam logat Mandarin kata ”ikan” sama bunyinya dengan kata ”yu” yang berarti rezeki. Biasanya, ikan bandeng ini dimasak menjadi pindang.

Pindang bandeng merupakan masakan yang menjadi tradisi kaum peranakan pada saat tahun baru. Biasanya ikan disajikan utuh dengan kepala hingga ekor. Kepala ikan seringkali diarahkan kepada tamu, karena sesungguhnya itulah penghormatan tertinggi, dimana tamu tersebut dianggap sebagai tamu kehormatan.

Ikan bandeng yang dimasak untuk makan bersama saat tahun baru Imlek adalah ikan yang bermutu baik dan masih segar, berukuran besar dan bermata bening. Ikan-ikan bandeng berukuran besar biasanya hanya dijual menjelang hari raya Imlek. Harganya kadang-kadang lebih mahal dibandingkan biasanya. Dan harga yang mahal ini tidak boleh ditawar. Karena mengurangi harga dianggap mengurangi rezeki.

Ikan bandeng menjadi simbol dan harapan untuk terus maju dalam kehidupan. Sama seperti ikan yang hidupnya di air selalu terus maju dan tidak menabrak walaupun cahaya redup. Adanya ikan bandeng ini menjadi harapan supaya kehidupan orang yang memakannya selalu maju dan tidak menabrak halangan.

14
February

Usaha budidaya ikan air tawar telah menjadi salah satu peluang usaha yang cukup potensial untuk dijalankan. Harga jualnya pun masih cukup tingi, karena pasokan dari para petani masih sangat terbatas.

Selain memiliki prospek yang sangat bagus, cara budidaya ikan air tawar pun mudah dilakukan. Namun, masih banyak petani ikan air tawar di Indonesia yang belum memiliki pengetahuan dan pengalaman memadai dalam membudidayakan ikan air tawar. Persoalan lainnya yang ditemui para petani adalah mengalami kesulitan untuk mendapatkan lahan budidaya ikan serta permasalahan pemasaran pasca panen.

Melihat kenyataan tersebut, sekelompok mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) mengembangkan platform kolamkita.com. Mereka adalah Kharirotul Suhaila dan Rasyidin Caniago dari Fakultas Pertanian dan Sahala Wahyu Wardana dan Ema Nur Afifah dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam-FMIPA. Platform ini dibuat untuk meningkatkan produksi ikan tawar di Indonesia.

Dengan menggunakan teknologi moderen aquaculture, platform karya mereka  sukses menyabet dua penghargaan sekaligus dalam ajang “Bangkok International Intellectual Property, Invention, Innovation, and Technology Exposition” yang diadakan pada tanggal 2 sampai 6 Februari 2016 di Thailand. Para mahasiswa ini memperoleh medali emas dan special award  dari Polandia.

Menurut Sahala, kolamkita.com memiliki tiga layanan utama, yakni menyediakan informasi budidaya ikan, paket budidaya ikan, dan jasa pemasaran pasca panen. Melalui layanan informasi budidaya ikan air tawar ini,  masyarakat dapat memperoleh informasi yang valid dan terkini, seperti persiapan kolam, penyebaran benih, dan beragam informasi lainnya.

Selain itu, platform Kolamkita.com juga menyediakan kebutuhan dan paket budidaya ikan. Bahkan, pembuatan konstruksi kolam dengan teknologi terkini yang aplikatif yaitu kolam boosteraerasi untuk budidaya lele dan gurami.

Sahala menjelaskan, dipilihnya  konstruksi kolam dengan sistem booster , karena sistem ini dapat dikembangkan di lahan sempit, bisa menampung lebih banyak ikan, memudahkan pembuangan kotoran, serta pergantian air menggunakan sistem central drain.

Central drain sendiri merupakan saluran khusus yang memanfaatkan gravitasi untuk mengumpulkan endapan sisa pakan maupun kotoran ikan di dasar kolam. Endapan itu bakal dikeluarkan ketika saluran pembuangan dibuka.