warna warni

warna warni (402)

15
March

Kali ini topik mengenai Penemuan benda arkeologi bersejarah berbentuk arca dewa.

Seorang petani di Desa Ngrejo, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur bernama Surani  tak sengaja menemukan benda arkeologi bersejarah berbentuk arca dewa. Saat menemukan arca dewa ini, Surani sedang membersihkan ladang jagung miliknya di kawasan bekas hutan lindung yang sudah gundul. Ia dibantu beberapa petani lain  melakukan penggalian dan mendapati struktur batu berbentuk patung arca dewa. Sebagaimana keterangan resmi Kepala Seksi Pelestarian Cagar Budaya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Tulungagung, Winarto, Minggu tgl 4 Maret 2018  arca dewa ini berukuran 50 x 80 centimeter dan ditemukan Surani dalam kondisi terpendam dalam tanah.

Kabar temuan situs arkeologi itu dengan cepat beredar luas sehingga warga lain, termasuk penggiat Pokdarwis (kelompok sadar wisata) desa Ngrejo datang dan melakukan penyisiran area temuan benda purbakala itu. Ada beberapa struktur batuan lain kemudian ditemukan tak jauh dari titik lokasi temuan arca, di antaranya berbentuk umpak (fondasi tiang bangunan), sumur atau petirtan kecil serta sejumlah gerabah kuno.

Untuk menindak lanjuti penemuan arca tersebut , Otoritas Kabupaten Tulungagung berkoordinasi dengan Balai Pelestarian Cagar Budaya Trowulan guna meneliti lebih lanjut arca dewa itu, sekaligus melakukan eskavasi (penggalian  ) di sekitar lokasi temuan. Staf dari Badan Pelestarian Cagar Budaya(BPCB) Trowulan Hariyadi, yang bertugas sebagai pengelola Museum Wajakensis Tulungagung, mengatakan, bahwa awalnya team menduga arca yang ditemukan tersebut  jenis arca Agastya (Dewa Agastya) karena strukturnya mirip. Setelah berdikusi dengan para  arkeolog, dugaan awal mengerucut ke arca Nandiswara.

Namun Hariyadi menegaskan kesimpulan tersebut masih bersifat dugaan awal. Kepastian mengenai jenis arca dan apakah ada situs lain di sekitar lokasi akan diteliti lebih lanjut oleh tim ahli arkeologi dari BPCB Trowulan. Team ini  sudah dikoordinasikan oleh pihak Pemerintah Kabupaten  Tulungagung melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata setempat.
Peninggalan Kerajaan Majapahit berupa arca maupun candi memang banyak tersebar di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur. Bila menempuh perjalanan darat, jarak Tulungagung ke Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, sejauh sekitar 111 kilometer. Sejauh ini, orang menduga bahwa kawasan Trowulan adalah pusat Kerajaan Majapahit yang pernah berjaya di Nusantara (nama lama Indonesia). Kerajaan ini berdiri dari tahun 1293 hingga 1500 Masehi. Mengutip laman resmi Bappeda Tulungagung, ada beberapa candi peninggalan kerajaan Majapahit yang terkenal dengan Raja Hayam Wuruk dan Maha Patih Gajah Mada tersebut. Di antaranya Candi Gayatri di Desa Boyolangu, Kecamatan Boyolangu. Apakah arca dewa yang ditemukan Surani merupakan sisa reruntuhan Kerajaan Majapahit? Untuk menentukan hal ini tentu saja harus menunggu hasil penelitian tim Arkeologi.// Puji  

15
March

Kali ini topik mengenai Penemuan benda arkeologi bersejarah berbentuk arca dewa.

Seorang petani di Desa Ngrejo, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur bernama Surani  tak sengaja menemukan benda arkeologi bersejarah berbentuk arca dewa. Saat menemukan arca dewa ini, Surani sedang membersihkan ladang jagung miliknya di kawasan bekas hutan lindung yang sudah gundul. Ia dibantu beberapa petani lain  melakukan penggalian dan mendapati struktur batu berbentuk patung arca dewa. Sebagaimana keterangan resmi Kepala Seksi Pelestarian Cagar Budaya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Tulungagung, Winarto, Minggu tgl 4 Maret 2018  arca dewa ini berukuran 50 x 80 centimeter dan ditemukan Surani dalam kondisi terpendam dalam tanah.

Kabar temuan situs arkeologi itu dengan cepat beredar luas sehingga warga lain, termasuk penggiat Pokdarwis (kelompok sadar wisata) desa Ngrejo datang dan melakukan penyisiran area temuan benda purbakala itu. Ada beberapa struktur batuan lain kemudian ditemukan tak jauh dari titik lokasi temuan arca, di antaranya berbentuk umpak (fondasi tiang bangunan), sumur atau petirtan kecil serta sejumlah gerabah kuno.

Untuk menindak lanjuti penemuan arca tersebut , Otoritas Kabupaten Tulungagung berkoordinasi dengan Balai Pelestarian Cagar Budaya Trowulan guna meneliti lebih lanjut arca dewa itu, sekaligus melakukan eskavasi (penggalian  ) di sekitar lokasi temuan. Staf dari Badan Pelestarian Cagar Budaya(BPCB) Trowulan Hariyadi, yang bertugas sebagai pengelola Museum Wajakensis Tulungagung, mengatakan, bahwa awalnya team menduga arca yang ditemukan tersebut  jenis arca Agastya (Dewa Agastya) karena strukturnya mirip. Setelah berdikusi dengan para  arkeolog, dugaan awal mengerucut ke arca Nandiswara.

Namun Hariyadi menegaskan kesimpulan tersebut masih bersifat dugaan awal. Kepastian mengenai jenis arca dan apakah ada situs lain di sekitar lokasi akan diteliti lebih lanjut oleh tim ahli arkeologi dari BPCB Trowulan. Team ini  sudah dikoordinasikan oleh pihak Pemerintah Kabupaten  Tulungagung melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata setempat.
Peninggalan Kerajaan Majapahit berupa arca maupun candi memang banyak tersebar di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur. Bila menempuh perjalanan darat, jarak Tulungagung ke Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, sejauh sekitar 111 kilometer. Sejauh ini, orang menduga bahwa kawasan Trowulan adalah pusat Kerajaan Majapahit yang pernah berjaya di Nusantara (nama lama Indonesia). Kerajaan ini berdiri dari tahun 1293 hingga 1500 Masehi. Mengutip laman resmi Bappeda Tulungagung, ada beberapa candi peninggalan kerajaan Majapahit yang terkenal dengan Raja Hayam Wuruk dan Maha Patih Gajah Mada tersebut. Di antaranya Candi Gayatri di Desa Boyolangu, Kecamatan Boyolangu. Apakah arca dewa yang ditemukan Surani merupakan sisa reruntuhan Kerajaan Majapahit? Untuk menentukan hal ini tentu saja harus menunggu hasil penelitian tim Arkeologi.// Puji  

14
March

Jumpa kembali dalam acara Warna-Warni. selera kebanyakan masyarakat di Indonesia memang tidak jauh dari makanan pedas. Karena, selain mempunyai banyak resep tradisional yang turun temurun, Indonesia juga memproduksi bahan bakunya sendiri. Bahan baku untuk makanan pedas adalah cabai.

Produksi salah satu komoditas pertanian penting di Indonesia ini kini mulai terancam oleh beberapa hal, antara lain pola transportasi dan cuaca yang tak menentu, serta hama penyakit yang menyerang bukan ketika penanaman melainkan pada fase penyimpanan. Cendawan Colletotrichum Capsici adalah salah satu bakteri utama penyebab penyakit busuk antraknosa. Tak hanya menyerang pada fase budidaya, namun patogen ini juga dapat menginfeksi cabai yang telah dipanen.

Ternyata ada cara yang relatif aman untuk mengawetkan suatu produk pertanian, yakni dengan cara aplikasi pelapisan buah atau produk pertanian lain yang aman ketika turut dikonsumsi (edible coating). Salah satunya adalah metode yang diterapkan oleh salah seorang mahasiswa Institut Pertanian Bogor-IPB dari Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian. Namanya Hasan Bisri. Ia melakukan penelitian penanganan pascapanen dengan aplikasi edible coating menggunakan ekstrak kulit manggis untuk mengendalikan patogen penyebab penyakit antraknosa pada cabai.

edible coating dibuat dari tepung sagu, Carboxymethyl Cellulose (CMC) dan gliserol yang ditambahkan ekstrak kulit manggis. Penambahan ekstrak kasar kulit manggis mampu menekan tingkat keparahan penyakit antraknosa pada buah cabai sebesar 57 % dan memperpanjang masa inkubasi C. capsici sebesar 94 % (dari 2.13 hari menjadi 4.13 hari).

Terdapat tiga perlakuan yang diuji yaitu P (perlakuan ekstrak kulit manggis), K- (kontrol negatif), dan K+ (kontrol positif). Berdasarkan uji in vitro, penambahan ekstrak kulit manggis dengan konsentrasi efektif yaitu 50 %. Hal ini menunjukan bahwa ekstrak kasar kulit manggis mampu menekan pertumbuhan Colletotrichum capsici, penyebab penyakit antraknosa buah cabai.

menurut Hasan Bisri, kulit manggis mengandung senyawa yang memiliki sifat antioksidan, antitumoral, antiinflamasi, antialergi, antibakteri, antiviral, antimalarial, dan antifungal. Antifungal yang terdapat di kulit manggis memiliki potensi menghambat cendawan patogen penyebab penyakit busuk antraknosa, sebab Antifungal merupakan kemampuan senyawa kimia untuk menghambat pertumbuhan cendawan.

Ekstrak kulit manggis sudah banyak diteliti dan terbukti memiliki banyak manfaat untuk manusia. Kulit manggis juga telah lama menjadi obat herbal untuk masyarakat Asia Tenggara. Hasan berharap, penemuannya ini bisa menjaga ketersediaan produk pertanian dengan cara pengawetan bahan produk pertanian yang aman untuk dikonsumsi.

13
March

Warna Warni kali ini kami akan menginformasikan kepada Anda Festival Jengkol Indonesia 2018. siapa yang tidak kenal jengkol? Hampir sebagian besar masyarakat mengenal buah jengkol dan menyukai hidangan yang terbuat dari jengkol ini. Walaupun buah ini menimbulkan bau tidak sedap setelah diolah dan diproses oleh pencernaan, namun banyak orang yang menyukainya. Jengkol yang mempunyai nama latin Archidendron pauciflorum adalah tumbuhan khas di wilayah Asia Tenggara. Jengkol termasuk suku polong-polongan (Fabaceae). Buahnya berupa polong dan bentuknya gepeng. Masyarakat Indonesia mengenalnya sebagai bahan pangan. Jengkol dapat dimakan segar ataupun diolah menjadi berbagai hidangan, seperti semur, goreng balado dan gulai. Untuk mengapresiasi para pencinta jengkol maka Festival Jengkol Indonesia akan digelar kembali dalam waktu dekat ini.

Festival Jengkol Indonesia 2018 akan digelar meriah selama tiga hari dari tanggal 23 sampai 25 Maret 2018 di Bekasi Trade Center Mall (BTC), Kota Bekasi. Sejumlah pelaku usaha kecil menengah nasional dan luar negeri, yang memproduksi makanan berbahan dasar jengkol ini akan bergabung dalam Festival ini. Mereka tersebar di berbagai daerah, di antaranya Kalimantan, Bandung, Bekasi dan juga dari Malaysia dan Singapura. Menurut Ketua Panitia Festival Jengkol Indonesia, Umi Kamilah, para pencinta dan pemburu kuliner makanan khas Indonesia, jengkol ini sangat pas untuk hadir dalam festival ini.

Dia menjelaskan bahwa panitia Festival ini akan menyiapkan sedikitnya 150 Kilogram jengkol untuk diproduksi menjadi berbagai macam menu makanan yang nantinya akan diolah oleh para peserta kegiatan ini. Dalam Festival ini peserta akan menyajikan kuliner berbahan jengkol seperti steak jengkol, burger jengkol, jengkol crispy, jengkol rawon, jengkol rendang, cireng jengkol, bakso jengkol, jengkol pepes, nasi bakar jengkol lumpia jengkol dan lainnya. Umi Kamilah mengatakan, Festival Jengkol 2018 ini merupakan kedua kalinya yang dilaksanakan setelah kota Bogor sukses menyedot animo pengunjung hingga seribu orang per hari selama tiga hari pelaksanaan.

berbagai acara turut memeriahkan Festival Jengkol Indonesia ini. Festival di Bekasi ini akan mencakup bazar aneka produk, seminar kesehatan, seminar wirausaha, demo masak olahan jengkol bersama Babeh Cook dan tentunya panggung hiburan. Yang utama dari Festival ini adalah lomba Masak & Pemilihan Raja Ratu Jengkol Bekasi. Menurut Umi Kamilah, untuk jadi Ratu Raja jengkol pendaftarannya bisa berkelompok. Raja Ratuh Jengkol dipilih berdasarkan kriteria masakan jengkol apa yang dibuat dan rasanya juga diuji. Acara ini mengusung tema: Festival Jengkol Indonesia, dari jengkol untuk kejayaan makanan Indonesia.

11
March

 

Kali ini mengetengahkan topik mengenai LIPI Bangun Fasilitas Pengembangan Obat Tradisional.

Indonesia sangat kaya akan keanekaragaman hayati. Berbagai macam tumbuhan dapat dengan mudah hidup dan berkembang di alam yang beriklim tropis ini. Diantara tanaman tersebut banyak juga yang mengandung khasiat sebagai obat. Sebagian tanaman berkahsiat tersebut telah digunakan secara turun temurun oleh masyarakat Indonesia, misalnya seperti jamu atau obat-obatan herbal berbahan alami. Namun berbagai penelitian atau riset masih perlu dilakukan untuk lebih memaksimalkan potensi kekayaan hayati tersebut. Salah satu pihak yang terkait dengan penelitian ini adalah Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia atau LIPI.

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) membangun fasilitas untuk pengembangan obat tradisional dengan standar Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik atau (CPOTB). Fasilitas yang dibangun di Serpong, Banten tersebut bertujuan mempercepat hilirisasi hasil penelitian kesehatan dan obat.

Pelaksana Tugas Kepala LIPI Bambang Subiyanto dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, belum lama ini mengatakan pembangunan fasilitas ini sekaligus memberikan dukungan terkait riset dan pengembangan produk kepada mitra industri. Menurutnya hal ini sejalan dengan Paket Kebijakan Ekonomi ke-11 tentang pengembangan industri kefarmasian dan alat kesehatan.

Fasilitas penelitian obat tradisional diperlukan untuk menjawab berbagai permasalahan kesehatan serta mendukung kemandirian bahan baku obat secara nasional. LIPI menaruh perhatian besar dalam penelitian dan pengembangan kesehatan obat dengan berbagai riset terkait penggunaan tanaman obat serta bahan aktifnya untuk bahan baku obat.

Bambang Subiyanto mengatakan Indonesia memiliki seribu dua ratus empat puluh tujuh (1.247) industri dan usaha obat tradisional yang 10 diantaranya termasuk perusahaan industri obat tradisional skala besar. Namun industri Obat Tradisional (IOT) Usaha Kecil Obat Tradisonal (UKOT) dan Usaha Mikro Obat Tradisional (UMOT) banyak yang tidak memiliki fasilitas Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB).

Keberadaan Fasilitas ini diharapkan dapat menjadi percontohan laboratorium CPOTB dalam rangka menfasilitasi industri kecil dan menengah guna mempercepat pengembangan produk obat tradisional di tanah air. Sampai saat ini hampir 95 persen bahan baku industri farmasi di Indonesia masih bergantung pada impor. Padahal Indonesia memiliki lebih dari tiga puluh ribu spesies tanaman berkhasiat tanaman obat.

Pengembangan obat alami patut mendapat perhatian mengingat praktek pemanfaatan obat tradisionl telah mengakar di Indonesia. Selain itu potensi pengembangannya sangat terbuka dengan terus meningkatnya permintaan pasar domestik maupun luar negeri.

Sementara itu Kepala Pusat Penelitian Kimia LIPI Agus Haryono mengatakan, satuan kerjanya sangat fokus dalam pengembangan obat tradisional. Dari penelitian yang dilakukan telah banyak ditemukan senyawa-senyawa baru dari ekstrak tanaman asli Indonesia, seperti tanaman yang berkhasiat sebagai anti kanker, anti diabet, anti malaria serta anti oksidan. Agus menambahkan pembangunan fasilitas riset ini akan lebih memfokuskan penelitian dan memberikan fasilitas yang lebih memadai untuk penelitian terkait obat tradisional. Dengan adanya fasilitas ini diharapkan hasil penelitian dapat lebih berkualitas dan dapat diterima oleh dunia industri.

09
March

Saat ini, alat deteksi pernafasan di Indonesia tergolong minim. Kalaupun ada,  namun masih berupa sistem analog. Bahan elektroda yang digunakan sebagai sensor juga kurang baik dalam medan beradiasi seperti MRI. Ukuran alatnya juga masih besar.
Melihat hal tersebut, dosen Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya membuat inovasi sensor pendeteksi ragam pernapasan dengan serat optik sebagai bahan utama. Alat yang diberi nama Senapas (Serat Optik untuk Napas) ini diciptakan oleh Agus Muhamad Hatta ST MSi PhD bersama Laboratorium Rekayasa Fotonika Departemen Teknik Fisika ITS.

Pria yang akrab disapa Hatta itu menjelaskan, serat optik adalah saluran transmisi sejenis kabel yang terbuat dari kaca atau plastik. Alat ini sangat halus. Diameternya kurang lebih 120 mikrometer. Ukurannya lebih tipis dari sehelai rambut.

Kabel tipis itu dapat digunakan untuk menghantarkan sinyal cahaya dari suatu tempat ke tempat lain. Sumber cahaya yang digunakan biasanya adalah laser atau Light-Emitting Diode (LED). Cahaya yang ada di dalam serat optik juga tidak akan keluar karena indeks bias  kaca lebih besar daripada indeks bias  udara. Sehingga kecepatan transmisi serat optik sangat tinggi. 

Ketua Departemen Teknik Fisika ini menjelaskan, serat optik dipilih sebagai sensor karena ringan, kecil, dan praktis. Bentuknya yang kecil membuat Senapas dapat digunakan kapan pun dan di mana pun. Selain itu, sifat serat optik juga kebal terhadap medan elektromagnetik, sehingga aman digunakan di lingkungan Magnetic Imaging Resonance (MRI).
Serat optik ini diletakkan dalam masker oksigen yang terhubung dengan Liquid Crystal Display (LCD). Karena serat optik digunakan sebagai sensor, maka Senapas dapat mengukur kualitas pernapasan secara langsung dari masker oksigen yang dikenakan ke monitor display.
Menurut Hatta alat deteksi pernapasan- Senapas, sangat berguna. Tidak hanya untuk analisis kedokteran, tetapi juga analisis psikologi, atau ketahanan pekerja di dunia industri. Contohnya, pada industri pertambangan. Kondisi penambang yang ada di bawah tanah bisa diamati dengan alat deteksi pernapasan ini secara langsung. Atau juga mendeteksi kondisi kebugaran atlet, atau kasus-kasus lain.
Hatta berharap, alat ini bisa dikomersilkan secara bebas meskipun nilai jual alat ini cukup mahal. Sistem penampil data cukup mahal, namun untuk masker oksigennya cukup murah, karena sekali pakai langsung buang.

08
March

Aplikasi Go-Klotok

Written by
Published in warna warni

Perahu klotokmerupakan alat transportasi sungai yang biasa digunakan masyarakat di Kalimantan. Perahu ini terbuat dari bahan kayu keras seperti ulin (Eusideroxylon swageri) dan digerakkan menggunakan mesin kendaraan roda empat berbahan bakar solar. Perahu klotok punya kapasitas penumpang bervariasi, mulai klotok berukuran kecil yang berisi 5 penumpang (biasanya untuk transportasi dalam satu desa dan tidak memiliki atap), dan klotok berukuran besar berkapasitas 15 hingga 30 orang  untuk melayani rute antar kecamatan. Klotok berukuran besar biasanya memiliki atap. Jenis perahu ini banyak digunakan sebagai alat transportasi utama di Kalimantan, khususnya kota Banjarmasin yang memiliki sungai aktif terbanyak di Indonesia.

sebagai alat transportasi utama di Banjarmasin, pemerintah kota Banjarmasin meluncurkan Aplikasi Go-Klotok agar dapat memudahkan masyarakat menggunakan perahu ini setiap harinya. Tidak hanya masyarakat umum, aplikasi ini juga memudahkan wisatawan yang ingin menjelajahi dan menyusuri rumah-rumah atau objek-objek wisata pinggir sungai yang biasanya mempertontonkan kebudayaan masyarakat lokal. Dengan banyaknya wisatawan melakukan perjalanan wisata susur sungai ini, kesejahteraan ekonomi masyarakat otomatis meningkat. Selain untuk transportasi, sungai memang merupakan jantung pariwisata kota Banjarmasin. Disamping itu, peluncuran  "Go-Klotok" juga merupakan salah satu program Banjarmasin Smart City yang dibuat sebagai upaya menghidupkan kembali transportasi sungai.

 

bisa memesan kelotok secara online. Masyarakat tidak perlu lagi antre atau berpanas-panasan di dermaga Siring Jalan Pierre Tendean demi mendapat karcis klotok. Masyarakat hanya perlu membuka smartphone, mengeklik aplikasi Go-Kelotok dan melakukan pemesanan.Rutenya akan terpampang di aplikasi Go-Klotok. Rute dibagi menjadi dua, yakni pendek dan panjang. Rute pendek menyusuri Jembatan Pasar Lama hingga Jembatan Pangeran Antasari melintasi Menara Pandang dan Patung Bekantan.  Sedangkan rute panjang dari Banjarmasin hingga Pasar Terapung di Lok baintan. Untuk tahap awal, Go-Kelotok terkoneksi dengan pengusaha kelotok wisata di beberapa titik. Di tahap awal, pemerintah kota Banjarmasin masih menyiapkan 15 unit kelotok yang tersedia, namun ke depannya bakal bertambah.

 

07
March

 

 

Festival Pesona Bau Nyale 2018 kembali digelar. Pemerintah Kabupaten Lombok Tengah sebagai tuan rumah telah menetapkan b ahwapuncak acara akan berlangsung pada tanggal 6 sampai 7 Maret 2018. Festival ini diselenggarakan di pantai Seger, kawasan KEK Mandalika, Lombok Tengah Nusa tenggara Barat-NTB.

Pada tahun 2018, kegiatan Bau Nyale masuk dalam Calender 100 Wonderful Event Kementrian Pariwisata RI, bersama dengan tiga even lainnya yang ada di NTB, yakni Festival Pesona Tambora, Bulan Pesona Lombok Sumbawa dan Festival Pesona Moyo.

Menurut Esthy Reko Astuti, Staf Ahli Kemenpar RI bidang Multikultural, terpilihnya Festival Pesona Bau Nyale telah mengalami kurasi dari beberapa kurator yang menilai kelayakan dari sebuah even yang diajukan daerah kepada kementrian. Ada beberapa kriteria sebuah even untuk dapat masuk dalam Calender 100 Wonderful Event.

Diantaranya, kontinu atau berkelanjutan, direct impact atau daya tarik bagi kunjungan wisatawan nusantara dan mancanegara, indirect impact atau keterlibatan masyarakat luas terutama dampak perekonomian. Selain itu, kegiatan yang terpilih harus mendapat dukungan penuh dari Pemerintah daerah dimana kegiatan tersebut diselenggarakan.

Kepala Dinas Pariwisata Lombok Tengah, Lalu Putria menjelaskan, Bau Nyale merupakan tradisi masyarakat Lombok berburu cacing laut jenis Wawo, atau menurut bahasa setempat disebut Nyale, yang muncul satu kali dalam setahun. Bau dalam bahasa Lombok berari berburu atau menangkap. Tradisi berburu nyale secara masal ini erat kaitannya dengan legenda si Cantik Putri Mandalika dari kerajaan Tunjung Beru, Lombok Tengah. Putri Mandalika menjadi perebutan para pangeran yang ingin mempersuntingnya.

Untuk memperoleh pemenang, Raja Sed, ayah Putri Mandalika menggelar sayembara. Para pangeran harus bertarung dan adu kesaktian. Pemenangnya berhak mempersunting Putri mandalika. Hanya saja, tak seorang pangeran pun yang dapat mempersunting Mandalika. Karena, Mandalika mencintai perdamaian dan tak menginginkan perkelahian antar pangeran. Akhirnya, ia menceburkan dirinya ke laut. Dan menurut kepercayaan masyarakat setempat, Nyale merupakan penjelmaan dari Puri Mandalika yang telah berjanji akan hadir setiap tanggal 20 bulan 10 kalender Sasak. Pada tahun 2018, berdasarkan musyawarah Sangkep Warige atau ketua suku adat, Bau Nyale jatuh pada 6 sampai 7 Februari 2018.

Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata (Kadispar) NTB, Lalu Moh Faozal menyebutkan, ada delapan rangkaian agenda telah dipersiapkan untuk festival ini. Di antaranya; Volleyball Competition (diikuti 15 negara), Mandalika Vlog Competition, Mandalika Surfing Contest, Mandalika Ethno Perfomance, Mandalika World Music Festival, Parade Budaya, Kampung Kuliner, serta Pemilihan Putri Mandalika.

Rangkaian Festival Pesona Bau Nyale dimulai sejak tanggal 20 Februari 2018, sedangkan puncak acaranya tanggal 6 sampai 7 Maret 2018, bertempat di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika, Lombok Tengah.//

06
March

 

 

Warna Warni kali ini saya sajikan informasi mengenai Sekala Niskala Raih Penghargaan Film Terbaik di Berlinale 2018. Kabar membanggakan hadir kembali dari dunia film indonesia dimana film Indonesia kembali berprestasi di pentas sinema dunia. 24 Februari lalu, film “Sekala Niskala” (The Seen and Unseen) karya Sutradara Kamila Andini berhasil memenangkan Grand Prize kategorie Generation Kplus International Jury di festival film internasional Berlinale di Berlin Jerman. “Sekala Niskala” menjadi film panjang pertama dari Indonesia yang berhasil mendapatkan gelar film terbaik di festival film Berlinale. Meraih penghargaan di kategori tersebut, film “Sekala Niskala” bersaing dengan beberapa film lain dari berbagai belahan dunia seperti Prancis, Nepal, dan Italia. Dalam penilaian juri, “Sekala Niskala” meraih Grand Prix atas kekuatan sinematik, puitik serta cakupan akan resiko, autentisitas dan mistis yang disajikan dengan ritmis film yang memukau penonton.

Film ‘Sekala Niskala’ berbahasa Bali dan diperankan oleh para seniman Bali seperti Ayu Laksmi dan I Ketut Rina. Film ini juga didukung oleh koreografer Ida Ayu Wayan Arya Satyani, serta bekerja sama dengan sanggar-sanggar tari di Bali dalam proses pembuatannya. Film yang akan tayang mulai tanggal 8 Maret 2018 di bioskop Indonesia ini berkisah tentang saudara kembar ‘buncing’ (perempuan dan laki-laki) yang sedang menghadapi kehilangan. Film ini tidak biasa, karena banyak menampilkan tarian dan nyanyian dalam mengungkapkan perasaan dan emosi. Penontonnya pun diajak masuk ke dunia anak-anak yang polos dan penuh imajinasi.

Penghargaan yang diraih film “Sekala Niskala” ini melengkapi sederet prestasi yang sudah diterimanya dari berbagai ajang seperti Toronto International Film Festival, Asia Pasific Screen Awards, Tokyo FILMeX 2017, dan Jogja-Netpac Asian Film Festival. Berlinale sendiri merupakan sebuah festival film kelas dunia yang sudah berlangsung sejak 1951, dan menjadi salah satu ajang yang prestisius dan paling berpengaruh di dunia. Setiap tahunnya Berlinale memutar tidak kurang dari 400 film dalam berbagai kategori, diantaranya, Competition, Generation, Panorama dan Berlinale Short. Sejak 2015, film – film asal Indonesia absen dari gelaran ini, namun di tahun 2018, Sekala Niskala kembali mengangkat nama Indonesia di panggung Berlinale.

04
March

 

 

Kopi merupakan salah satu komoditas unggulan hasil perkebunan di Indonesia. Selain dikonsumsi oleh masyarakat dalam negeri, sebagian besar kopi Indonesia dipasarkan ke berbagai negara. Kondisi geografis Indonesia dengan kesuburan tanah yang berbeda-beda di tiap daerahnya, juga menghasilkan cita rasa kopi yang berbeda dan unik. Kopi Luwak, Kopi Gayo, dan Toraja adalah dinatara kopi Indonesia yang sudah cukup dikenal di mancanegara. Guna semakin mempopulerkan kopi dan memajukan industri perkopian dibentuklah Dewan Kopi Indonesia (Dekopi). Pembentukan Dekopi diprakarsai oleh Menteri Pertanian RI Periode 2004-2009, Anton Apriantono. Kepengurusan Dewan Pengurus Pusat (DPP) Dekopi akan diumumkan pada 11 Maret 2018 mendatang bertepatan dengan Pameran dan Ekspo Kopi Nusantara di Intermark Convention Hall, Serpong, Banten.

Menurut Anton Apriantono, masalah kopi nasional perlu mendapat perhatian dari berbagai pihak, karena kopi merupakan komoditas unggulan. Pihaknya berharap Dekopi mampu memacu perkopian Indonesia, yaitu mengembalikan dan meningkatkan kejayaan kopi nusantara. Menurut Anton, saat ini produksi kopi Indonesia masih di bawah Brazil dan Vietnam. Karena itu Dekopi akan memberikan masukan kepada pemerintah atau stakeholder untuk memajukan kopi nasional. Sebagai langkah awal dilaksanakanlah pameran kopi dengan tema Kopi Nusantara pada 9-11 Maret 2018 mendatang, di Serpong. Pameran ini bertujuan agar masyarakat mengetahui lebih banyak tentang kopi Indonesia yang cukup dikenal di sejumlah negara. Selain itu pameran kopi ini juga diharapkan dapat meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap produk kopi nusantara. Nantinya akan diusulkan tanggal 11 Maret sebagai Hari Kopi Nasional sekaligus sebagai penanda bangkitnya kopi Indonesia.

Sementara itu, Jamil Musanif, formatur Sekretaris Jenderal Dekopi, mengatakan tingkat konsumsi kopi masyarakat Indonesia masih terbilang rendah jika dibanding negara lain. Konsumsi kopi masyarakat Indonesia berkisar sekitar 4 kilo gram pertahun. Sementara di Jepang dan negara-negara Eropa komsumsinya mencapai 5 kilo gram pertahun. Bahkan ada negara yang konsumsinya mencapai 11 kilo gram per tahunnya. Jamil berharap dengan terbentuknya Dekopi, konsumsi kopi masyarakat meningkat dan dapat mensejahterakan para pelaku industri perkopian dari hulu hingga ke hilir.