Warna Warni kali ini saya sajikan informasi mengenai Sekala Niskala Raih Penghargaan Film Terbaik di Berlinale 2018. Kabar membanggakan hadir kembali dari dunia film indonesia dimana film Indonesia kembali berprestasi di pentas sinema dunia. 24 Februari lalu, film “Sekala Niskala” (The Seen and Unseen) karya Sutradara Kamila Andini berhasil memenangkan Grand Prize kategorie Generation Kplus International Jury di festival film internasional Berlinale di Berlin Jerman. “Sekala Niskala” menjadi film panjang pertama dari Indonesia yang berhasil mendapatkan gelar film terbaik di festival film Berlinale. Meraih penghargaan di kategori tersebut, film “Sekala Niskala” bersaing dengan beberapa film lain dari berbagai belahan dunia seperti Prancis, Nepal, dan Italia. Dalam penilaian juri, “Sekala Niskala” meraih Grand Prix atas kekuatan sinematik, puitik serta cakupan akan resiko, autentisitas dan mistis yang disajikan dengan ritmis film yang memukau penonton.
Film ‘Sekala Niskala’ berbahasa Bali dan diperankan oleh para seniman Bali seperti Ayu Laksmi dan I Ketut Rina. Film ini juga didukung oleh koreografer Ida Ayu Wayan Arya Satyani, serta bekerja sama dengan sanggar-sanggar tari di Bali dalam proses pembuatannya. Film yang akan tayang mulai tanggal 8 Maret 2018 di bioskop Indonesia ini berkisah tentang saudara kembar ‘buncing’ (perempuan dan laki-laki) yang sedang menghadapi kehilangan. Film ini tidak biasa, karena banyak menampilkan tarian dan nyanyian dalam mengungkapkan perasaan dan emosi. Penontonnya pun diajak masuk ke dunia anak-anak yang polos dan penuh imajinasi.
Penghargaan yang diraih film “Sekala Niskala” ini melengkapi sederet prestasi yang sudah diterimanya dari berbagai ajang seperti Toronto International Film Festival, Asia Pasific Screen Awards, Tokyo FILMeX 2017, dan Jogja-Netpac Asian Film Festival. Berlinale sendiri merupakan sebuah festival film kelas dunia yang sudah berlangsung sejak 1951, dan menjadi salah satu ajang yang prestisius dan paling berpengaruh di dunia. Setiap tahunnya Berlinale memutar tidak kurang dari 400 film dalam berbagai kategori, diantaranya, Competition, Generation, Panorama dan Berlinale Short. Sejak 2015, film – film asal Indonesia absen dari gelaran ini, namun di tahun 2018, Sekala Niskala kembali mengangkat nama Indonesia di panggung Berlinale.
Berwisata kuliner ke kota-kota di provinsi Jawa Tengah, Jawa Timur dan Yogyakarta, anda akan menemukan beragam kuliner yang hampir sama. Sebut saja salah satunya kuliner bernama Pecel. Pecel atau Pecal merupakan makanan yang menggunakan bumbu sambal kacang sebagai bahan utamanya yang dicampur dengan aneka jenis sayuran. Biasanya sayuran yang dipakai berupa bayam, kangkung, ubi jalar, daun ketela, daun beluntas, daun pegagan, kecombrang, polong, kacang panjang, kecipir, kecambah. Bahan pecel umumnya didapat di pekarangan, pinggir sawah, bahkan kadang tumbuh liar di tepi jalan.
Ketika akan disajikan, sayuran terlebih dahulu direbus, lalu disiram dengan sambel pecel. Sambel pecel terbuat dari campuran kencur, gula merah, garam, cabai, kecombrang, daun jeruk perut dan kacang tanah sangrai. Semua bumbu ini kemudian diulek. Sambel pecel memiliki cita rasa manis, asam, pedas, dan gurih. Sambel pecel kini berkembang di berbagai daerah. Ada yang bercita rasa daun jeruk purut, ada yang bercita rasa kencur, ada pula yang bercita rasa manis asam yang tinggi. Sambel pecel ini terbilang lebih praktis, karena disimpan dan disantap di lain waktu. Di berbagai daerah, kini sudah ada yang menjual sambel pecel dalam bentuk padat. Saat akan disantap, sambal ini tinggal ditambahkan air saja.
Pecel biasanya dijadikan sarapan dan makan siang. Bisa disantap pecelnya saja atau dengan tambahan nasi, serta lauk lainnya. Setiap daerah memiliki ciri khas pecel tersendiri. Misalnya di Yogyakarta dan sekitar, pecel disajikan dengan tempe dan tahu bacem. Di Solo dan Madiun, pecel disajikan dengan kerupuk karak. Harganya relatif murah, sekitar Rp.5000 hingga Rp.10.000 per porsi.
Menurut ahli gastronomi dari Universitas Gadjah Mada, Murdijati Gardjito, Hidangan sayur rebus yang disiram sambel kacang ini tak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat Jawa Tengah dan sekitar. Menurut Babad Tanah Jawi, pecel asal muasalnya dihidangkan di daerah Yogyakarta. Dipecel berarti daun-daunan yang direbus kemudian dibuang airnya dengan diperas. Murdijati menambahkan Pecel juga menjadilambang kesederhanaan dan perjalanan. Salah satu buktinya pecel adalah hidangan yang paling sering ditemui di sepanjang perjalanan kereta api. Pecel disantap oleh berbagai kalangan masyarakat dan dijual oleh pedagang kaki lima sampai hotel bintang lima.
Tuhan menciptakan makhluk hidup secara berpasangan. Di era modern seperti saat ini, sudah banyak cara yang dapat dilakukan orang untuk menemukan jodohnya, contohnya menggunakan berbagai sosial media. Indonesia kaya akan budaya, adat istiadat dan tradisi. Salah satu tradisi yang terdapat di daerah di Indonesia adalah tradisi yang menyangkut perjodohan.
Tradisi mencari jodoh dari daerah Wakatobi, Sulawesi Tenggara dinamakan tradisi Kabuenga, tradisi kawin colong yang masih dilestarikan oleh suku Osing (Using) di Banyuwangi, tradisi omed-omedan dari Bali, terutama di daerah Banjar Kaja, Kelurahan Sesetan, Denpasar Selatan, dan masyarakat Lakudo, kabupaten Buton Tengah, provinsi Sulawesi Tenggara memiliki tradisi pencarian jodoh yang bernama Kamomose.
Kamomose berasal dari kata “Komomo” yang berarti bunga yang sedang kuncup atau hampir mekar, dan kata “Poose ose” yang artinya berjejer secara teratur. Jadi secara harafiah, Kamomose adalah sebuah tradisi dimana para gadis yang menginjak usia remaja duduk berjajar untuk kemudian dikenalkan kepada pemuda desa. Tradisi ini biasanya dilaksanakan setelah masyarakat setempat merayakan hari raya Lebaran.
diawal prosesi tradisi ini, para gadis desa dipingit selama 6 hari 6 malam oleh para orang tua atau tetua desa yang diberi kepercayaan untuk mengasuh mereka. Setelah itu, para gadis akan dirias seperti seorang pengantin dengan baju adat khas Buton. Kemudian, mereka keluar dari rumah dan berjajar dengan gadis lainnya dengan cara berhadap-hadapan sambil membawa wadah seperti baskom.
Prosesi ini merupakan pertemuan antara gadis dan pemuda desa. Jika pemuda tertarik dengan seorang gadis, ia akan melemparkan kacang ke dalam wadah yang dibawa oleh gadis tersebut. Selain kacang, pemuda juga dapat meletakkan uang atau benda berhaga lainnya.
prosesi berikutnya adalah anak gadis berunding dengan keluarganya untuk memilih dan meminta persetujuan dari keluarganya. Jika sudah sepakat, maka acara akan dilanjutkan dengan tahap perkenalan, dan kemudian kejenjang yang lebih serius, seperti lamaran atau bahkan menikah. Tradisi ini hingga sekarang masih dilakukan oleh masyarakat lokal.
Pelangi Nada. kali ini, menghadirkan lagu-lagu bernuansa keroncong yang dibawakan oleh penyanyi-penyanyi keroncong berbakat Indonesia. Untuk membuka perjumpaan kali ini, kita dengarkan sebuah lagu berjudul Air Mata Ibu, dibawakan oleh Subardja HS.
lagu ini menceritakan tentang perjuangan seorang ibu yang mengandung dan membesarkan anak-anaknya. Begitu besar jasa ibu dan Bapak yang menjaga dengan cinta dan sayang. Kita tidak akan dapat melihat dunia tanpa jasa kedua orang tua. Betapa besar dosa jika anak durhaka kepada orang tua.
lagu Air Mata Ibu merupakan sebuah lagu keroncong asli. Iringan musik keroncong yang indah semakin sempurna dengan suara Subardja HS yang berkarakter. Sejak tahun 1962, Subardja telah terjun ke dunia musik keroncong, ia konsisten menyanyi keroncong dari panggung ke panggung. Semasa sekolah di Yogyakarta, Subardja lebih dikenal sebagai penyanyi pop. Namun kemudian dia tertarik belajar musik keroncong kepada Kusbini dari tahun 1963 sampai 1964. Subardja meraih sejumlah penghargaan dalam perlombaan menyanyi keroncong. Ia berharap generasi muda tidak melupakan musik keroncong klasik dengan berkembangnya berbagai inovasi keroncong saat ini.
berikut kita dengarkan terlebih dahulu sebuah lagu keroncong berjudul Pandangan Pertama, yang dibawakan oleh Sri Hartati
lagu Pandangan Pertama merupakan sebuah lagu keroncong asli. Tema cinta pada Pandangan Pertama cukup banyak diangkat dalam berbagai karya, seperti drama dan lagu. Cinta pada Pandangan Pertama seakan merupakan fenomena unik dan menarik untuk diceritakan maupun dikenang. Dalam syair lagu ini diungkapkan :
Pada pandangan yg pertama aku telah jatuh cinta pada siapa ku mengadu semuanya tiada yang tahu....
Sri Hartati adalah salah seorang penyanyi keroncong wanita berbakat Indonesia. Suaranya yang merdu dan berkarakter didukung arransement musik yang baik menjadikan lagu ini enak semakin didengar.
untuk mengakhiri Pelangi Nada kali ini, kita dengarkan 2 buah lagu berjudul keroncong Moresko dibawakan oleh Subardja HS dan lagu Bandar Jakarta dibawakan oleh Dian Sri Pertiwi.