ofra voi

ofra voi

12
March

Nusa Tenggara Barat memiliki dua pulau utama, yaitu Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa. Saat ini terdapat 3 suku utama yang merupakan penduduk asli Nusa Tenggara Barat, yaitu, Suku Sasak yang berasal dari Pulau Lombok, dan Suku Mbojo dan Sumbawa yang berasal dari Pulau Sumbawa. Masing-masing suku ini, memiliki senjata tradisional khas yang memiliki nilai budaya maupun nilai sejarah. Salah satu senjata tradisional itu adalah Tulup, milik Suku Sasak.

Tulup adalah salah satu senjata tradisional Suku Sasak, Lombok, Nusa Tenggara barat, yang mereka gunakan untuk berburu. Senjata ini terbuat dari kayu Meranti yang dilubangi. Sedangkan pelurunya disebut Ancar, terbuat dari pelepah pohon Enau yang berbentuk seperti mata panah. Biasanya mata Ancar diolesi racun dari getah pohon Tatar. Getah ini sangat ampuh untuk membunuh binatang buruan. Tulup milik suku Sasak memiliki tiga komponen penting yang harus dibawa saat berburu, yaitu gagang Tulup, Ancar, dan Terontong atau tempat menyimpan Ancar.

menurut sejarah, Tulup sudah dikenal lama dalam kebudayaan suku-suku yang tinggal di daerah pedalaman Indonesia seperti, Kalimantan, Sumatera, Papua, dan Nusa Tenggara. Biasanya mereka menggunakan Tulup untuk berburu binatang seperti babi, kera, macan atau gajah.

Masyarakat suku Sasak menggunakan Tulup untuk berburu babi dan kera yang banyak ditemukan di hutan Lombok. Bagi para pemburu suku Sasak, Tulup dianggap sebagai benda yang sakral. Menurut mereka, berburu merupakan matapencaharian mereka, dan Tulup adalah alat yang membantu mencari nafkah, karena itu perlu dihargai dan dihormati.

hingga saat ini, kelompok orang-orang yang tinggal di dekat hutan rimba, masih menggunakan Tulup untuk berburu. Hutan Lombok yang lebat serta banyak babi dan kera berkeliaran membuat kegiatan berburu ini masih diminati oleh sebagian masyarakatnya. Namun, sejak pemerintah provinsi bekerja-sama dengan Departemen Kehutanan melarang perburuan kera karena termasuk hewan yang dilindungi, jumlah pemburu tradisional semakin berkurang.// Ihsan

11
March

 

 

Pelangi Nada edisi kali ini, kami hadirkan penyanyi berkebangsaan Indonesia, Virzha. Pendengar, mengawali perjumpaan, saya hadirkan lagu berjudul “Seperti Yang Kau Minta”. Di Muhammad Devirzha atau Virzha memulai kariernya sejak mengikuti ajang pencarian bakat Indonesian Idol season 8. Kala itu, ia berhasil keluar sebagai juara ketiga. Sejak saat itu, ia dikenal sebagai penyanyi yang lebih sering mengusung lagu berunsur musik rock karena sesuai dengan karakter suaranya. Di penghujung tahun 2017, Virzha merilis single berjudul “Seperti Yang Kau Minta”. Lagu ini merupakan persembahan Virzha untuk musisi legendaris Indonesia, Chrisye. Penyanyi kelahiran Banda Aceh ini memang mengidolakan dan menjadikan almarhum Chrisye sebagai inspirasinya dalam bermusik. Baiklah pemdegar sebelum kita lanjutkan tentang penyanyi Virzha mari kita dengarkan kembali sebuah lagu yang berjudul Sirna. Selamat mendengarkan.

lagu yang dinyanyikan oleh Virzha berjudul Sirna baru saja anda dengarkan. Lagu Sirna mulai dirilis di radio Indonesia sejak tanggal 24 Februari 2017. Lagu ini mengisahkan tentang seorang lelaki yang telah memupuk harapan yang sangat tinggi pada seseorang, namun pada akhirnya harapan tersebut sirna. Liriknya lagu ini bercerita tentang proses pengikhlasan. Memang berat bagi manusia untuk mengikhlaskan sesuatu. Namun, sesuatu yang telah terjadi harus diikhlaskan, meski membutuhkan waktu.

Meski dikenal sebagai penyanyi yang mengusung genre rock, dalam lagu Sirna, Virzha ingin menyuguhkan sesuatu yang beda. Melalui aransemen lagu ini, Virzha ingin mengajak pendengar musik untuk kembali ke era new wave yang popular pada tahun 1980-an. Dalam lagu ini, Virzha ikut berkontribusi untuk menentukan haluan musiknya. Dengan campur tangan Virzha, aransemen lagu ini digarap lebih modern.

11
March

 

Kabupaten Pacitan di Jawa Timur tidak hanya terkenal sebagai tempat kelahiran presiden Indonesia yang ke 6, Susilo Bambang Yudhoyono tetapi tempat ini juga mempunyai sebutan kota seribu gong. Tidak itu saja, kabupaten Pacitan juga mempunyai banyak pantai-pantai yang cantik. Salah satu pantai yang tidak boleh dilewatkan adalah Pantai Srau yang terletak di Dusun Srau, Desa Candi, Kecamatan Pringkuku, Kabupaten Pacitan, Provinsi Jawa Timur.

hampir semua pantai yang ada di Pacitan memiliki pasir putih dengan ombak yang cukup besar. Termasuk di Pantai Srau. Deburan ombak yang ada di pantai Srau membuat pantai ini sangat cocok untuk surfing. Selain ombak besar dan pasir putih lembut yang menggoda, daya tarik lain dari pantai Srau adalah tebing-tebingnya yang menjulang tinggi dan menjorok ke arah laut. Tebing-tebing tinggi yang mengitarinya ini, benar-benar mampu menyempurnakan keindahan Pantai Srau. Keindahan lain dari pantai ini juga akan terlihat jika air laut sedang surut. Pada saat itu anda dapat menuju ke arah batu karang yang terlihat karena air laut surut, dan di sinilah anda dapat mencari spot terbaik untuk mengabadikan saat yang indah di pantai ini .

Pantai Srau berjarak sekitar 25 Km dari kota Pacitan. Butuh waktu kurang lebih 1,5 jam perjalanan menggunakan kendaraan bermotor untuk bisa sampai ke lokasi pantai Srau. Jika anda menggunakan transportasi darat selain kendaraan bermotor, dari arah Yogyakarta dan Solo anda bisa menuju Pacitan dengan menggunakan kereta api dan berhenti di stasiun Tugu.

Sedangkan jika anda menggunakan transportasi udara, anda dapat mendarat di bandara Yogyakarta dan melanjutkan perjalananan dengan menyewa kendaraan menuju Pacitan. Setiba di Pantai Srau anda cukup membayar Rp. 5000 perorang untuk dapat masuk ke area wisata Pantai Srau ini.

Lokasinya yang cukup tersembunyi membuat pantai Srau tidak terlalu ramai dikunjungi Karena di sekitar pantai ini tidak ada penginapan resmi, selain bisa tidur dengan menumpang di rumah-rumah penduduk yang ada di sekitar pantai, anda juga bisa mendirikan tenda di pantai Srau ini Karena pantai Srau ini juga cocok untuk berkemah.

Pantai Srau memiliki tiga lokasi yang membuat hati para pengunjung   akan terpesona melihat keindahannya. Tiga lokasi tersebut meliputi: lokasi pertama terletak di timur pantai, di sini terdapat pos penjagaan, di lokasi yang pertama anda akan melihat beberapa batu karang yang membentuk bukit di bibir pantai, ada juga batu karang yang berbentuk seperti terowongan, dan ini menjadi keunikan tersendiri di pantai Srau. Anda dapat melihat pemandangan matahari terbit yang cantik sekali. Lokasi ke dua, berupa tempat duduk-duduk santai yang terbuat dari beton serta merupakan lokasi favorit pengunjung. Pengunjung bisa bersantai sambil melihat keindahan pantai Srau. Di tempat ini biasanya banyak pengunjung melakukan aktifitas surfing atau selancar. Sedangkan di lokasi ke tiga terdapat anjungan kecil yang disediakan oleh pengelola untuk melihat keindahan sunset di Pantai Srau. Dari lokasi ke tiga ini, anda juga bisa melihat batu karang yang menonjol yang bentuknya mirip dengan ikan hiu.

11
March

 

Kali ini mengetengahkan topik mengenai LIPI Bangun Fasilitas Pengembangan Obat Tradisional.

Indonesia sangat kaya akan keanekaragaman hayati. Berbagai macam tumbuhan dapat dengan mudah hidup dan berkembang di alam yang beriklim tropis ini. Diantara tanaman tersebut banyak juga yang mengandung khasiat sebagai obat. Sebagian tanaman berkahsiat tersebut telah digunakan secara turun temurun oleh masyarakat Indonesia, misalnya seperti jamu atau obat-obatan herbal berbahan alami. Namun berbagai penelitian atau riset masih perlu dilakukan untuk lebih memaksimalkan potensi kekayaan hayati tersebut. Salah satu pihak yang terkait dengan penelitian ini adalah Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia atau LIPI.

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) membangun fasilitas untuk pengembangan obat tradisional dengan standar Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik atau (CPOTB). Fasilitas yang dibangun di Serpong, Banten tersebut bertujuan mempercepat hilirisasi hasil penelitian kesehatan dan obat.

Pelaksana Tugas Kepala LIPI Bambang Subiyanto dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, belum lama ini mengatakan pembangunan fasilitas ini sekaligus memberikan dukungan terkait riset dan pengembangan produk kepada mitra industri. Menurutnya hal ini sejalan dengan Paket Kebijakan Ekonomi ke-11 tentang pengembangan industri kefarmasian dan alat kesehatan.

Fasilitas penelitian obat tradisional diperlukan untuk menjawab berbagai permasalahan kesehatan serta mendukung kemandirian bahan baku obat secara nasional. LIPI menaruh perhatian besar dalam penelitian dan pengembangan kesehatan obat dengan berbagai riset terkait penggunaan tanaman obat serta bahan aktifnya untuk bahan baku obat.

Bambang Subiyanto mengatakan Indonesia memiliki seribu dua ratus empat puluh tujuh (1.247) industri dan usaha obat tradisional yang 10 diantaranya termasuk perusahaan industri obat tradisional skala besar. Namun industri Obat Tradisional (IOT) Usaha Kecil Obat Tradisonal (UKOT) dan Usaha Mikro Obat Tradisional (UMOT) banyak yang tidak memiliki fasilitas Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB).

Keberadaan Fasilitas ini diharapkan dapat menjadi percontohan laboratorium CPOTB dalam rangka menfasilitasi industri kecil dan menengah guna mempercepat pengembangan produk obat tradisional di tanah air. Sampai saat ini hampir 95 persen bahan baku industri farmasi di Indonesia masih bergantung pada impor. Padahal Indonesia memiliki lebih dari tiga puluh ribu spesies tanaman berkhasiat tanaman obat.

Pengembangan obat alami patut mendapat perhatian mengingat praktek pemanfaatan obat tradisionl telah mengakar di Indonesia. Selain itu potensi pengembangannya sangat terbuka dengan terus meningkatnya permintaan pasar domestik maupun luar negeri.

Sementara itu Kepala Pusat Penelitian Kimia LIPI Agus Haryono mengatakan, satuan kerjanya sangat fokus dalam pengembangan obat tradisional. Dari penelitian yang dilakukan telah banyak ditemukan senyawa-senyawa baru dari ekstrak tanaman asli Indonesia, seperti tanaman yang berkhasiat sebagai anti kanker, anti diabet, anti malaria serta anti oksidan. Agus menambahkan pembangunan fasilitas riset ini akan lebih memfokuskan penelitian dan memberikan fasilitas yang lebih memadai untuk penelitian terkait obat tradisional. Dengan adanya fasilitas ini diharapkan hasil penelitian dapat lebih berkualitas dan dapat diterima oleh dunia industri.