Suprapto

Suprapto

19
February

VOI PESONA INDONESIA Pantai-pantai di Lombok memang sudah lama dikenal indah dan menakjubkan. Hal ini pula yang membuat Pulau Seribu Masjid kini jadi salah satu tujuan favorit wisatawan mancanegara. Para turis asing haus akan panorama alam perawan dan jarang terjamah manusia. Salah satunya adalah Pantai Seger. Pantai Seger termasuk salah satu yang wisata melegenda dan populer di Kabupaten Lombok Tengah. Posisi tepatnya ada di wilayah Desa Sukadane, Kecamatan Pujut. Termasuk salah satu wisata andalan Mandalika, pantai ini sebenarnya masih segaris dengan Pantai Kuta Lombok. Kedua destinasi itu hanya terpisah jarak sekitar dua kilometer.

Apabila berangkat dari Bandara Internasional Lombok, butuh waktu kurang lebih 30 menit untuk sampai di sini. Sementara bagi Teman Traveler yang menginap di kawasan Senggigi, perjalanan akan memakan waktu kira-kira satu setengah jam. Tak perlu khawatir soal akses, kondisi jalan menuju kawasan Mandalika sudah sangat baik. Kawasan Pantai Seger terbilang cukup luas. Ada beberapa titik yang bisa Teman Traveler jelajahi untuk menikmati keindahan alamnya. Tiap sisi destinasi ini menawarkan panorama berbeda, semuanya begitu memanjakan mata. Bagi yang ingin melihat pesona elok Seger dari ketinggian, bisa naik ke bukit di sekitar bibir pantai.

Di Pantai ini Anda akan menemukan deretan patung di pinggir Pantai. Patung-patung tersebut didirikan di bagian utara, di mana arus lautnya lebih tenang. Kalian akan melihat semacam monumen yang menggambarkan seorang puteri hendak membebaskan diri dari tiga laki-laki. Patung ini tak lain menggambarkan Legenda Putri Mandalika. Masyarakat Sasak yakin bahwa Pantai Seger merupakan lokasi Putri Mandalika menenggelamkan diri. Hingga kini, legenda tersebut terus dilestarikan melalui Festival Bau Nyale. Ketika acara tahunan tersebut digelar, penduduk akan ramai berusaha menangkap cacing laut. Hewan ini diyakini merupakan jelmaaan Putri Mandalika. 

18
February

VOI WARNA WARNI Mahasiswa Universitas Brawijaya, Malang ciptakan Aplikasi "food safety". Aplikasi ini  mampu mencegah keracunan makanan produk peternakan seperti daging, telur, dan susu. Salah seorang mahasiswa Fakultas Peternakan pembuat aplikasi food safety, Siti Nur Ulpah di Malang, berharap melalui aplikasi ini bisa mengedukasi masyarakat mengenai produk peternakan, seperti daging, telur dan susu. Sebab, kata Ulpah, produk-produk hasil peternakan tersebut mudah rusak. Jika salah penanganan dan penyimpanan bisa menyebabkan keracunan pada makanan tersebut. Aplikasi ini meraih penghargaan perak di ajang internasional.

 

Di ajang Thailand Inventor's day 2020 dalam International Intellectual Property, Invention, Innovation, and Technology Exposition di Bangkok yang diselenggarakan pada 2-6 Februari 2020 itu keenam mahasiswa UB tersebut meraih medali perak. Medali perak yang didapat ini berkat Application Based on Digital Transformation for Food Safety, Implementation as educational Facilities in Animal Science and Human Health (AFSA).  AFSA merupakan aplikasi untuk mengedukasi masyarakat tentang cara penanganan 'food safety' yang benar, khususnya produk peternakan. Sementara itu, mahasiswa anggota tim lainnya, Alfan menerangkan aplikasi ini ada tiga ikon, yaitu tips, check product quality, dan profile.

 

Pada menu utama ada informasi mengenai produk peternakan, yaitu harga hingga kasus keracunan makanan. Sedangkan di menu tips terdapat beberapa rekomendasi penanaman food safety, seperti penyimpanan, proses, rekomendasi masakan dari produk peternakan serta menu makanan dari negara lain. Selain itu, pengguna juga bisa mengecek kualitas produk yang mereka miliki dengan mengirim chat kepada admin, sehingga mereka bisa mengetahui seberapa layak produk tersebut dapat dikonsumsi.

 

 

18
February

 

VOI PESONA INDONESIA Talaud merupakan salah satu wilayah terluar Indonesia. Wilayah ini berbatasan dengan negara tetangga, Filipina. Talaud terkenal akan eksotisme wisata baharinya yang tak kalah indah jika dibandingkan dengan wilayah lain di Indonesia. Kedekatan masyarakatnya dengan laut, membuat tradisi Mane'e menjadi tradisi turun temurun di wilayah ini, sebuah tradisi yang mengajarkan manusia untuk menjaga hubungannya dengan alam.

 

Masyarakat Kakorotan-Inata yang mendiami wilayah kepulauan Talaud meyakini tradisi Mane'e dilatar belakangi oleh gempa besar yang terjadi pada tahun 1628. Gempa tersebut menyebabkan tsunami, dan hanya 8 warga yang selamat dari bencana tersebut. Konon di masa kemalangan tersebut, datang kepada mereka dua orang asing. Saat keduanya mengerak-gerakkan dedaunan ke dalam air laut tampak ribuan ikan mendatanginya. Penduduk yang menyaksikan kejadian tersebut merasa takjub dan memohon kepada mereka agar diajari cara menangkap ikan seperti itu. Pendatang asing itu bersedia mengajarkannya bahkan mewariskan juga alat penangkap ikan mereka sebelum kembali berlayar. Sejak itulah tradisi Mane'e dimulai.

 

Tradisi Mane’e diselenggarakan setiap bulan Mei atau Juni. Periode ini bertepatan dengan puncak surut terendah air laut ketika masa Eha berakhir. Eha merupakan periode pelarangan mengambil hasil laut dan darat yang berlangsung antara 3 hingga 6 bulan.Tradisi Mane’e ini terdiri atas sembilan tahapan, yaitu Maraca Pundangi (memotong tali hutan),

 

Mangolom Par’ra (permohonan kepada Tuhan), Mattuda Tampa Pane’can (menuju lokasi acara), Mamabi’u Sammi (membuat alat tangkap dari janur kelapa yang dilingkarkan pada tali hutan), Mamoto’u Sammi (menebar janur), Mamole Sammi (menarik janur ke darat), Manganu Ina (mengambil hasil tangkapan/ikan), Matahia Ina (membagi hasil) dan Manarm’Ma Alama (ucapan syukur lewat makan bersama hasil tangkapan).

 

Tradisi Mane'e ini bukanlah sekedar tradisi yang dijalankan turun temurun oleh masyarakat Kakorotan-Inata, namun sarat akan nilai-nilai luhur yang diajarkan kepada generasi penerusnya. Tradisi Mane’e mengajarkan masyarakat untuk selalu menjaga hubungan dengan alam. “Apabila manusia mau menjaga kelestarian alam, maka alampun akan bermurah hati kepada mereka”, inilah pesan tersirat dari tradisi Mane’e.

 

12
February

VOI WARNA WARNI Kebaya merupakan pakaian nasional perempuan yang sangat populer di Indonesia. Kebaya memiliki jenis dan motif beragam yang mengikuti perkembangan jaman. Oleh sebab itu kebaya menjadi kebanggaan perempuan Indonesia.  Sebanyak 2.020 wanita dari berbagai negara akan berkumpul di Yogyakarta. Mereka berencana memecahkan rekor dunia dengan mengenakan kebaya terbanyak pada 20 Februari 2020. Perhelatan bertajuk 2.020 Wanita Berkebaya itu digelar oleh kolaborasi Masyarakat Adat Nusantara (Matra), Srikandi Masyarakat Adat Nusantara (Srita) dan organisasi pengusaha salon Indonesia Dewan Pengurus Daerah (DPD) Tiara Kusuma Yogyakarta. Ketua Panitia 2020 Wanita Berkebaya Raden Ayu Diah Purnamasari Zuhair menjelaskan,sejak kegiatan ini kami buka awal tahun ini responnya luar biasa. Tak hanya dari dalam negeri tapi juga luar negeri.

Peserta mancanegara yang akan mengikuti perhelatan yang dipusatkan di Sleman City Hall Yogya itu, antara lain dari Jepang, Singapura, Malaysia dan Hongaria. Sejumlah perwakilan negara dunia juga akan bergabung seperti dari benua Afrika. Sementara peserta dalam negeri tercatat ada yang berasal dari Enggano, yang merupakan pulau terluar Indonesia di Samudra Hindia. Pulau Enggano ini merupakan bagian dari wilayah pemerintah Kabupaten Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu. Antusiasme peserta dinilai sebagai hal yang cukup menggembirakan. Karena menjadikan kebaya sebagai pakaian perempuan Indonesia yang mendunia. Tak lagi sekedar pakaian khas perempuan Jawa.

 

Mereka akan tampil memecahkan rekor dunia yakni 2.020 orang wanita berbusana kebaya dengan kain batik Nusantara, bersama-sama menyerukan perdamaian dunia. Selain memecahkan rekor, juga mengikuti berbagai lomba, para peserta yang berasal dari lintas suku, etnis, bangsa, budaya, adat, agama dan kepercayaan serta lintas bahasa itu juga akan menyerukan semangat perdamaian dunia.