13
February

 

(voinews.id) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Ambon menemukan kandungan minyak pada kawasan mangrove yang mati dan mengering di kawasan Poka, Kota Ambon, Maluku. Sebelumnya ratusan pohon mangrove yang berada di pesisir Teluk Ambon, tepatnya di Pantai Desa Poka, Kota Ambon mengering dan mati. Mangrove yang telah berumur belasan tahun itu mengering dan mati diduga karena tercemari limbah di kawasan tersebut. Perekayasa Ahli Madya BRIN Ambon Daniel Pelasula di Ambon, Minggu, mengatakan, dari informasi yang dihimpunnya, temuan kandungan minyak pada kawasan mangrove yang mati tersebut berasal dari kebocoran pipa, akibat dari pengerjaan jembatan yang hingga kini masih berlanjut.

Pelasula melanjutkan, limbah minyak yang ditemukan BRIN Ambon pada kawasan mangrove yang mati tersebut dapat berbahaya bagi biota laut yang hidup baik tanaman maupun ikan. Bahkan, berdasarkan data BRIN dalam dua dekade terakhir luasan mangrove di kawasan Teluk Ambon masih tersisa 33 hektare dari awalnya 43 hektare.(antara)

13
February

 

(voinews.id) PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) Tbk menyiapkan investasi sebesar 1,6 miliar dolar AS hingga 2027 untuk meningkatkan basis kapasitas terpasang energi panas bumi. Direktur Keuangan PGE Nelwin Aldriansyah dalam keterangannya Minggu mengatakan, perseroan menargetkan untuk meningkatkan basis kapasitas terpasangnya yang dioperasikan sendiri, dari 672 megawatt (MW) saat ini menjadi 1.272 MW pada 2027.

Anak usaha PT Pertamina (Persero) itu juga kini tengah melaksanakan IPO dengan melepas sebanyak-banyaknya 25 persen atau 10,35 miliar saham ke publik dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah IPO. Lewat penawaran umum perdana saham PGE menargetkan perolehan dana sebanyak-banyaknya Rp9,78 triliun. Alokasi hasil IPO akan digunakan oleh perseroan salah satunya untuk kebutuhan belanja modal (capital expenditure. (antara)

10
February

 

Jakarta (voinews.id) : Menteri Luar Negeri Ri Retno Marsudi melakukan sejumlah pertemuan bilateral disela kunjungannya di Adelaide, Australia, untuk menghadiri pertemuan tingkat menteri Bali Process. Pertemuan bilateral dilakukan dengan tiga negara Pasifik yaitu Kiribati, Palau, dan Kepulauan Solomon.

“Didalam pertemuan dengan tiga negara tersebut antara lain kita bahas mengenai masalah kerja sama ekonomi, kerja sama pembangunan dengan negara-negara pasifik,” kata Retno dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Jumat (10/2).

Pada pertemuan tersebut, menurut Retno, ketiga negara Pasifik itu menyampaikan apresiasi kepada indonesia atas kerja sama dan bantuan yang Indonesia berikan kepada negara-negara Pasifik.

“Secara khusus Wakil Presiden Palau menyampaikan terima kasih terhadap bantuan Indonesia selama berlangsungnya Our Ocean Conference di Palau,” katanya.

Di dalam pembahasan mengenai kerja sama ekonomi dan pembangunan, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi juga membahas pentingnya membuat plan of action untuk kerja sama pembangunan yang tailor made untuk masing-masing negara.

“Mereka sangat menyambut baik rencana untuk membuat plan of action kerja sama pembangunan Indonesia dengan negara-negara Pasifik,” katanya.

Selain itu, menurut Retno, negara-negara Pasifik tersebut juga sangat menghargai upaya-upaya lain yang dilakukan Indonesia untuk Pasifik.

“Antara lain melalui G20 dimana wakil dari Pasifik diundang, kemudian ASEAN dimana kita ingin mendekatkan kerja sama antar sekretariat, antara PIF dengan ASEAN, dan juga rencana diselenggarakannya ASIS Archipelagic Small Island State Summit yang rencananya akan dilakukan pada tahun ini,” kata Menlu RI.

Selain dengan ketiga negara Pasifik, Menteri Retno Marsudi juga melakukan pertemuan dengan Bangladesh. Menurutnya, di dalam pertemuan itu dibahas sejumlah isu, mulai dari penanganan pengungsi Rohingya, hingga kerja sama ekonomi.

“Mengenai masalah penanganan pengungsi Rohingya, upaya ASEAN mengatasi situasi di Myanmar, penguatan kerja sama IORA dan juga kerja sama ekonomi,” kata Retno.

Selain itu, Retno mengatakan, Indonesia dan Bangladesh juga berkomitmen agar negosiasi PTA dapat segera diselesaikan.

10
February

 

Jakarta (voinews.id) : Isu tindak pidana isu tindak pidana perdagangan orang semakin kompleks dengan meningkatnya jumlah irregular migrant. Hal itu disampaikan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi saat memimpin pertemuan Bali Process Ministerial Plenary bersama dengan Menteri Luar Negeri Australia Penny Wong.

“Saya berikan data UNHCR memperkirakan 10,9 juta orang di Asia Pasifik terancam terusir secara paksa tahun ini. Penyebabnya beragam. Mulai dari konflik, perubahan iklim, hingga kesulitan ekonomi,” kata Retno dalam keterangan yang diterima, Jumat (10/2) di Jakarta.

Selain itu, menurut Retno, pelaku kejahatan tindak pidana perdagangan orang juga semakin canggih, menggunakan teknologi untuk melakukan aksi mereka, sehingga semakin sulit untuk diidentifikasi. Ia mengatakan, para korban khususnya perempuan semakin rentan mengalami kekerasan.

“Didalam konteks inilah Bali Process harus mampu beradaptasi terhadap tantangan yang semakin berkembang,” katanya.

Pada pertemuan antar menteri luar negeri tersebut, Retno Marsudi menyampaikan sejumlah hal yang menjadi fokus dari Bali Process. Pertama, memperkuat upaya pencegahan. Kedua, memerangi penyalahgunaan teknologi.

“Yang ketiga adalah mengoptimalkan dampak dari kerja-kerja Bali Process,” tambahnya.

Retno menyebut, dalam pertemuan tersebut juga dibahas sejumlah poin penting terkait isu tindak pidana perdagangan orang. Diantara isu yang dibahas, menurutnya, antara lain dukungan terhadap pembahasan kejahatan online di Bali Process dan solusi yang dapat diambil.

“Jadi memang secara khusus kejahatan online scam dibahas didalam pertemuan Plenary para menteri luar negeri,” katanya.

Selain itu, menurut Retno, pertemuan antar menteri luar negeri tersebut juga membahas pentingnya aspek perlindungan korban tindak pidana perdagangan orang terutama untuk perempuan dan anak.

“Serta perlunya mencari penyelesaian bersama untuk menghadapi irregular movement yang akhir-akhir ini terjadi di kawasan termasuk di Indonesia,” katanya.

Pertemuan Bali Process Ministerial Conference dihadiri oleh 36 negara, 1 teritori khusus dan 4 organisasi internasional yang merupakan anggota dari Bali Process ditambah 6 observer. Pertemuan ini mengadopsi Adelaide Strategy of Cooperation 2023.