Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar mengapresiasi pendirian Pusat Pemasaran Hasil Hutan (PPHH) Dinas Kehutanan Kalimantan Selatan.
Saat melakukan kunjungan kerja ke PPHH di Banjarmasin, Senin, Siti Nurbaya mengatakan, Pusat Pemasaran Hasil Hutan merupakan salah satu bukti bahwa Kalimantan Selatan memiliki potensi dan inovasi pengembangan hasil hutan nonkayu yang cukup berhasil.
Siti Nurbaya mengungkapkan, PPHH merupakan aktualisasi dari berbagai potensi hasil hutan di Kalimantan Selatan dan upaya tersebut sangat bagus untuk diikuti oleh daerah lain. Menurut Menteri, apa yang kini dilakukan oleh Dinas Kehutanan Kalimantan Selatan telah sejalan dengan keinginan Presiden Joko Widodo, yang berharap potensi hasil hutan, terutama nonkayu terus dikembangkan.
Sti Nurbaya berpendapat, melalui PPHH, Kalimantan Selatan telah menunjukkan bahwa manajemen kehutanannya telah berjalan dengan baik, terlihat dari ada upaya pengembangannya, ada pasarnya dan seluruhnya memiliki potensi ekspor.
Siti Nurbaya menyebutkan, beberapa kerajinan yang mengangkat kearifan lokal, seperti kerajinan tas purun, untuk menggantikan kantong plastik merupakan salah satu potensi yang besar untuk terus dikembangkan. Bahkan, industri tas purun, bisa masuk ke pasar nasional melalui jaringan retail.
Selain purun, juga industri kerajinan lampit dan pengembangan potensi hasil hutan nonkayu lainnya, yang bisa berkembang cukup bagus dan punya potensi pasar ekspor.
Menteri juga menyampaikan, akan melakukan hal serupa di kantor kementerian dan berharap, apa yang sudah dilakukan Dinas Kehutanan Kalimantan Selatan, diikuti oleh provinsi lainnya.
Hasil Hutan Bukan Kayu yang dipamerkan di Pusat Pemasaran Hasil Hutan Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan antara lain madu alam, kopi lokal, gula merah, beras merah, minyak kemiri, olahan jamur, minyak sereh, minyak buah ulin, kayu manis, jamu-jamuan, tikar lampit, kursi rotan, kain batik, serta juga produk-produk wisata alam dari beberapa Kesatuan Pengelolaan Hutan di Provinsi Kalimantan Selatan.
Kementerian Keuangan memastikan generasi muda mulai menyadari pentingnya berinvestasi pada instrumen obligasi ritel dengan menjadi investor terbesar bagi penjualan Savings Bond Ritel (SBR) seri SBR007. Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Luky Alfirman dalam pernyataan di Jakarta, Senin lalu, mengatakan generasi milenial dengan usia 19-39 tahun telah mendominasi porsi penjualan SBR007.
Generasi milenial tercatat menjadi investor terbesar dari penjualan obligasi ritel ini hingga mencapai 50,85 persen dari total investor. Menurut Luky hal ini menunjukkan bahwa saat ini generasi muda semakin sadar untuk berinvestasi sejak dini.
Luky Alfirman menambahkan generasi Z, yaitu mereka yang lahir setelah tahun 1995, dengan usia 19 tahun kebawah juga ikut terlibat dengan menjadi investor SBR007 meski dengan porsi yang lebih kecil yaitu 0,33 persen. Ia mengatakan, tidak hanya generasi milenial, namun jumlah investor baru yang meminati SBR007 juga ikut meningkat yaitu sebanyak 9.956 investor.
Meski demikian, terdapat 229 investor lama yang membeli SBR007, sejak pemerintah pertama kalinya menerbitkan SBR secara online, dengan nominal pembelian sebesar hampir 58 miliar rupiah.
Capaian positif lain dari penjualan SBR007 adalah banyaknya masyarakat yang mulai belajar berinvestasi dengan membeli instrumen ini melalui pemesanan sebesar 1 juta rupiah atau pada batas bawah pembelian. Jumlahnya mencapai 1.006 investor. Kementerian Keuangan menilai, masyarakat yang baru mulai belajar berinvestasi memilih SBR sebagai instrumen investasinya karena keunggulan fitur SBR yang aman, mudah dan terjangkau.
Total pemesanan pembelian SBR007 mencapai 3,2 triliun rupiah, meski pada Juli 2019 tidak terdapat SBN ritel yang jatuh tempo dan tingkat kupon obligasi ritel ini lebih rendah dari seri sebelumnya.
Jumlah investor ritel terbesar yang melakukan pemesanan berada pada rentang 1 juta hingga 100 juta rupiah mencapai hampir 69 persen.
Meski generasi milenial mendominasi pemesanan, namun dari sisi volume, kelompok baby boomers atau yang berusia 55 hingga 73 tahun masih tetap investor terbesar dari sisi nilai yaitu mencapai 1,34 triliun rupiah atau 41,73 persen dari total volume.
Dari kelompok profesi, pegawai swasta mendominasi penjualan SBR007 hingga 38,43 persen, disusul wiraswasta 19,14 persen dan Pegawai Negeri Sipil/TNI/Polri 10,29 persen. Namun porsi pemesanan, masih didominasi oleh wiraswasta sebesar 36,68 persen disusul pegawai swasta 28,46 persen dan ibu rumah tangga 13,7 persen.
Luky Alfirman berharap capaian ini dapat terus berlangsung ditengah upaya perluasan basis investor dalam negeri.
Di tengah meningkatnya ketegangan hubungan Iran dengan Amerika Serikat, Rusia meningkatkan kerjasama milter dengan Iran. Dalam waktu dekat, Teheran dan Moskow akan melakukan latihan militer bersama di wilayah Teluk Persia. Komandan Angkatan Laut Iran, Laksamana Muda Hossein Khanzadi dalam keterangan yang disiarkan PressTv menyatakan bahwa atas dasar kesepakatan kedua pemerintahan, latihan bersama angkatan laut akan dilaksanakan akhir tahun ini. Para pimpinan angkatan bersenjata kedua negara telah menandatangani perjanjian mengenai latihan angkatan laut bersama di Samudera Hindia, perairan Makran, Selat Hormuz dan Teluk Persia. Latihan bersama angkatan laut Iran dan Rusia itu adalah yang pertama kali akan dilaksanakan yang menandai peningkatan kerjasama militer di antara kedua negara.
Informasi mengenai akan dilaksanakannya kerjasama militer antara Iran dan Rusia, bisa jadi akan memancing reaksi Amerika Serikat yang sebelumnya telah mengajak negara negara sekutunya di Eropa untuk bekerjasama meningkatkan pengamanan di kawasan Teluk. Jika ajakan Washington yang disampaikan beberapa waktu lalu belum mendapatkan cukup sambutan, Iran dan Rusia sudah melakukan langkah yang lebih konkrit dalam bentuk ditandatanganinya perjanjian pelatihan bersama.
Persetujuan Moskow untuk melakukan kerjasama bidang militer dengan Iran, bagaimanapun dapat dilihat sebagai wujud dukungan politik terhadap Iran yang terus mendapat tekanan dari Amerika Serikat. Selama ini Rusia dan Iran telah melakukan kerjasama di bidang milter dalam konflik di Suriah. Iran tentu masih menunggu reaksi Washington mengenai kerjasama baru di bidang militer ini.
Bagi Iran kerjasama militer dengan Rusia tentu dilakukan sebagai upaya mengimbangi tekanan Amerika Serikat dan bagi Rusia, dukungan terhadap Iran dapat diamati sebagai langkah untuk tetap mempertahankan posisinya dalam geopolitik, khususnya di kawasan Timur Tengah.
Mobil listrik sedang hangat dibicarakan di Indonesia. Beberapa produsen mobil memamerkan mobil listrik di GAIKINDO Indonesia International Auto Show 2019. Pada pameran yang digelar pada 18 hingga 28 Juli 2019 di BSD City Tangerang itu, mobil listrik menjadi salah satu primadona.
Dalam beberapa tahun terakhir, mobil listrik memang telah menjadi fokus industri otomotif Indonesia. Presiden Joko Widodo bersemangat mendorong pengembangan mobil listrik, termasuk kendaraan listrik bermerek nasional. Presiden Joko Widodo juga memastikan akan memberikan insentif untuk orang-orang yang terlibat dalam pengembangan mobil listrik di Indonesia. Sementara, regulasi untuk mewujudkan produksi mobil listrik masih dinantikan.
Peraturan Presiden tentang mobil listrik memang belum ditanda tangani. Beberapa menteri mengabarkan Presiden Joko Widodo akan menanda tangani peraturan itu dalam pekan ini. Pelaku industri mobil, tentu sangat menantikan regulasi yang akan menjadi payung hukum dalam memproduksi kendaraan yang diharapkan menjadi kendaraan masa depan Indonesia.
Industri mobil listrik di Indonesia sepertinya memiliki nilai komersial cukup tinggi. Paling tidak terlihat dari perusahaan otomotif Hyundai dari Korea, dan juga Group Softbank dari Jepang, yang sudah bertemu secara langsung dengan Presiden Joko Widodo. Mereka menyampaikan minat untuk berinvestasi dan membangun basis produksi untuk pengembangan kendaraan berbasis listrik di Indonesia. Paket regulasi mengenai program percepatan pengembangan kendaraan listrik tentunya akan menjawab semua keinginan itu.
Meski belum ditandatangani, pemerintah Indonesia sudah sangat serius melakukan persiapan untuk pengembangan kendaraan listrik. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral sedang menyiapkan infrastruktur yang mendukung penggunaan mobil listrik. Salah satunya melalui pembangunan Stasiun Pengisian Listrik Umum. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Ignasius Jonan menyarankan kepada PLN agar Stasiun Pengisian Listrik Umum massif dibuat di tempat-tempat keramaian. PT PLN pun dikabarkan sudah membangun lebih dari 3.000 Stasiun Pengisian Listrik Umum.
Kesiapan Indonesia untuk pengembangan mobil listrik memang harus terus ditingkatkan. Apalagi Indonesia berkomitmen menurunkan emisi gas kaca sebesar 29 persen dengan kemampuan sendiri hingga 2030. Mobil listrik diyakini bisa membirukan kembali langit kota-kota besar di negeri ini. Indonesia juga berkeinginan memiliki mobil listrik karya sendiri, dengan bahan baku baterai juga berasal dari dalam negeri pada tahun 2025. Semoga regulasinya segera terbit.