Hari ini akan memperkenalkan kepada anda Kesenian Okokan. 10 Oktober kemarin, 200 delegasi Dana Moneter Internasional dan Bank Dunia -Monetary Fund- World Bank (IMF-WB) mengunjungi objek wisata Tanah Lot, Kabupaten Tabanan, Bali. Kedatangan para delegasi tersebut disambut dengan kesenian Okokan yang dimainkan oleh masyarakat setempat. Setelah disambut dengan kesenian khas Tabanan tersebut, para delegasi ini kemudian disuguhkan jajanan khas Bali. Mereka mengaku terkesan dengan keindahan pemandangan di Tanah Lot.
Edisi pesona indonesia kali ini, akan memperkenalkan kesenian Okokan, yang ditampilkan untuk menyambut para delegasi IMF-WB yang berkunjung ke Tanah Lot. Okokan adalah alat musik semacam bel berukuran raksasa yang dibuat dari kayu dan dijadikan alat komunikasi oleh kelompok masyarakat di desa-desa terpencil. Instrumen yang sama, namun dengan ukuran yang lebih kecil disebut kroncongan yang biasa dipasang di atas pohon untuk mengusir binatang--binatang perusak tanaman kelapa, dan sebagai kalung ternak (sapi maupun kerbau). Kata okokan berasal dari bunyi yang dikeluarkan oleh alat musik itu sendiri, yakni “klok-klok-klok” sehingga disebut okokan.
Okokan termasuk kesenian sakral. Kesenian ini dipentaskan tatkala masyarakat ditimpa wabah penyakit yang disebut "gerubug". Biasanya, untuk mengobati penyakit tersebut, masyarakat keluar rumah dan memukul alat bunyi-bunyian berupa kentongan kaleng, okokan, dan tektekan. Masyarakat Tabanan mempunyai keyakinan bahwa dengan bunyi-bunyian itu dapat mengusir penyebab wabah penyakit yang menyerang warga setempat. Oleh sebab itu, masyarakat menjadikan kesenian okokan sebagai kesenian sakral. Okokan pun dipentaskan apabila ada tanda-tanda seperti panen gagal dan wabah penyakit yang menimpa desa.
Okokan dimainkan oleh beberapa orang sambil berkeliling kampung. Selain untuk upacara religi, Okokan juga dipentaskan saat event-event tertentu, seperti Pesta Kesenian Bali. Bahkan sering juga dipentaskan untuk menghibur para tamu yang ingin menikmati kesenian tradisional. Saat dipentaskan, kesenian ini juga dilengkapi olah alat-alat musik Bali Lainnya untuk menambah indah dan uniknya suara Okokan, antara lain gong, kendang, tawa-tawa dan lainnya.
Dalam edisi Warna Warni kali ini saya sajikan informasi Borobudur Marathon 2018.
Olahraga lari tak hanya bermanfaat bagi kesehatan tubuh. Lebih dari itu, cabang olahraga atletik ini juga bisa mendorong pertumbuhan sektor ekonomi melalui wisata olahraga. Saat ini, sekitar 75 persen pertumbuhan sektor pariwisata buatan diperoleh dari wisata olahraga. Dampak perekonomian wisata olahraga ini cukup besar bagi daerah destinasi wisata. Melihat dampak positif ini, pemerintah provinsi Jawa Tengah bersama Harian Kompas menyelenggarakan Borobudur Marathon 2018, sebuah acara lomba lari yang mengusung “Raising Harmony” sebagai tema utama.
Borobudur Marathon 2018 digelar pada 18 November 2018. Lomba yang masuk tahun keenam penyelenggarannya ini mengusung tema Raising Harmony. Tema ini diangkat dengan tujuan untuk menjaga dan memupuk semangat kebersamaan antara pelari dan masyarakat Jawa Tengah yang telah terlahir kembali.
Keseimbangan yang harus selalu dijaga agar selalu dapat bergerak maju secara berkesinambungan.
Dengan mengangkat nilai-nilai kesejarahan dan budaya Borobudur sebagai warisan budaya dunia, diharapkan Borobudur Marathon 2018 ini dapat menjadi sebuah ajang lomba lari yang berdampak signifikan bagi lingkungan di sekitar Jawa Tengah.
Perlombaan akan diselenggarakan pada 18 November 2018 dengan kategori 10K, Half Marathon dan Full Marathon. Bertempat di pelataran Candi Borobudur, Magelang, peserta lomba lari marathon ini akan diajak untuk menikmati salah satu pesona Jawa Tengah dari dekat. Diharapkan sebanyak 10.000 peserta dari Indonesia dan mancanegara ikut bergabung meramaikan perhelatan akbar ini.Pendaftaran Borobudur Marathon sudah dibuka melalui beberapa gelombang, dimulai dari Januari 2018. Pendaftaran gelombang pertama bertemakan starting line, dimana para peserta mendaftarkan dirinya pada link yang tersedia, kemudian penyelenggara memilih 1000 orang beruntung untuk mendapatkan slot peserta di awal. Peserta yang terpilih mendapat VIP Pass saat mengambil race pack, diskon 20% dari harga asli slot dan gratis berlangganan media sponsor selama 3 bulan. Ada juga pendaftaran melalui komunitas lari di setiap kota di Indonesia, pendaftaran dynamic duo dan pendaftaran melalui travel agent yang sudah mencakup akomodasi selama berada di Magelang. Sedangkan untuk pendaftaran regular, dibuka 8 Juni 2018.
Pelangi Nada edisi kali ini, akan menghadirkan lagu-lagu pop nostalgia dari Iis Sugiarti. Mengawali perjumpaan, hadir sebuah lagu berjudul “Disini Aku Menanti”.
Iis Sugiarti mengawali kariernya sebagai penyanyi sejak merilis album “Disini Aku Menanti” yang dirilis pada tahun 1985. Lagu andalan dalam album ini adalah lagu “Disini Aku Menanti”. Lagu ini bercerita tentang sepasang kekasih yang saling mencinta namun terpaut dengan jarak karena sang kekasih sedang berjuang menggapai cita-cita. Hanya sepucuk surat lah yang kala itu bisa mengobati rindu sepasang kekasih ini. Pendengar, selanjutnya saya hadirkan lagu berjudul “Ingatkah Kau Padaku”. Selamat mendengarkan...
demikian lagu “Ingatkah Kau Padaku” yang dinyanyikan oleh Iis Sugiarti. Lagu ini merupakan lagu andalan dari album kedua Iis Sugiarti, “Ingatkah Kau Padaku”, yang dirilis tahun 1986 dan masih mengambil tema percintaan. Bercerita tentang seorang perempuan yang merindukan mantan kekasihnya. Namun sang mantan kini telah bahagia dengan pasangan hidupnya.demikian Pelangi Nada edisi kali ini. Menutup perjumpaan, saya hadirkan lagu dari Iis Sugiarti berjudul “Pulangkan Saja”.
Lagu “Pulangkan Saja” terdapat dalam albumnya yang bertajuk sama, “Pulangkan Saja” yang dirilis tahun 1988. Bercerita tentang seorang wanita yang menanti sang kekasih untuk menepati janjinya meminang dirinya. Namun, jangankan untuk meminang, berkunjung pun tidak pernah dilakukan oleh kekasihnya .
16 Oktober diperingati setiap tahunnya sebagai Hari Pangan Sedunia, sekaligus peringatan atas lahirnya Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (Food and Agriculture Organisation/FAO). Hari Pangan Sedunia disepakati oleh negara-negara anggota FAO pada konferensi umum ke-20 di bulan November 1979. Delegasi Hongaria, yaitu Menteri Pertanian dan Pangan, Dr. Pal Romany mengusulkan ide perayaan Hari Pangan Sedunia pada konfrensi tersebut. Diperingati setiap tahunnya oleh 150 negara, Peringatan Hari Pangan Sedunia bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan mengumpulkan dukungan dalam rangka membantu mengakhiri kelaparan di dunia. Peringatan Hari Pangan Sedunia tahun ini digelar di negara Belize, tepatnya di Sekolah Menengah Julian Cho, Distrik Toledo pada 19 Oktober mendatang. Tahun ini, peringatan Hari Pangan Sedunia mengusung Tema: Our Action are Our Future. A #Zero Hunger World by 2030 is possible.
Di Indonesia, peringatan Puncak Hari Pangan Sedunia (HPS) akan digelar di Kalimantan Selatan dari tanggal 18 hingga 20 Oktober 2018. Pelaksanaan peringatan Hari Pangan Sedunia kali ini akan dipusatkan pada dua lokasi utama. Untuk acara pembukaan dan pameran produk pertanian, akan dilaksanakan di kawasan Perkantoran Sekretariat Daerah Kalimantan selatan yang terletak di Banjarbaru. Sementara, lokasi panen raya dan gelar teknologi dilaksanakan di Desa Jejangkit, Barito Kuala. Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementerian Pertanian Kuntoro Boga Andri mengatakan, peringatan Hari Pangan Sedunia (HPS) tahun ini diharapkan dapat menjadi momentum strategis untuk memperkenalkan pembangunan sektor pertanian kepada dunia, terutama keberhasilan Indonesia dalam memanfaatkan potensi lahan tidur seperti lahan rawa lebak menjadi lahan pertanian produktif yang sangat berpotensi sebagai penyedia stok pangan nasional.
Peringatan Hari Pangan Sedunia tahun ini akan diisi dengan kegiatan seminar nasional, wisata diplomatik, pameran produk pertanian, gelar teknologi, dan panen raya padi lahan rawa. Hari Pangan Sedunia juga akan memecahkan rekor MURI melalui kegiatan “Isi Piringku” yang akan diikuti dan dimeriahkan oleh sekitar 2018 orang ibu hamil. Untuk kegiatan gelar teknologi, akan dilakukan gelar teknologi budi daya padi di lahan rawa seluas 4.200 hektar (ha) yang tengah disulap menjadi lahan pertanian produktif. Kementerian Pertanian melakukan optimasi lahan dengan kerjasama antara Pemerintah Pusat, TNI, Pemerintah Daerah dan masyarakat. Lahan yang tadinya tidak produktif, kini bisa bermanfaat dengan sentuhan teknologi pertanian yang tepat. Bahkan lahan produktif ini berpotensi menjadi tulang punggung penghasil pangan nasional hingga berpeluang menjadi sumber ekonomi masyarakat disekitarnya.