Tanggal 5 Oktober diperingati sebagai hari ulang tahun Tentara Nasional Indonesia-TNI. Pada 5 Oktober 2018 ini, TNI Republik Indonesia memasuki usia ke 73 tahun. Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto mengatakan peringatan hari ulang tahun ke-73 TNI dilakukan di setiap kota dari Sabang hingga Merauke. Di Jakarta, pameran alat utama sistem persenjataan atau Alutsista milik TNI dilakukan di Monumen Nasional-Monas, Jakarta. Pameran digelar mulai Kamis hingga Sabtu, 27 hingga 29 September 2018. Alutsista yang dipamerkan diantaranya adalah tank anoa, komodo dan leopard. Setiap tahunnya, pameran alutsista di Monas menarik perhatian masyarakat yang ingin melihat langsung atau berswa foto dengan alutsista.
Tidak hanya di Jakarta, Pada Hari Ulang Tahun (HUT) TNI ke 73, dan Kodam IV/ Diponegoro akan diselenggarakan pameran alutsista di Landasan Udara TNI Angkatan Darat Ahmad Yani Semarang. Kepala Penerangan Daerah Militer IV/ Diponegoro, Kolonel Arh Zaenudin mengatakan kegiatan tersebut dilaksanakan pada 5 hingga 7 Oktober 2018. Pembukaan pameran dilaksanakan usai upacara di Lanumad Ahmad Yani pada 5 Oktober. Pada pameran ditampilkan alutsista dari Angkatan Darat, Laut, dan Udara dimana helikopter Apache akan menjadi sorotan utama. Pada acara tersebut juga akan menampilkan peragaan bela diri TNI Yong Moo Do, tarian, dan pentas seni.
Memperingati HUT TNI ke-73, TNI mengadakan The Indonesian National Armed Forces International Marthon 2018 yang akan digelar di Pantai Kuta, The Mandalika, Bali. Lomba lari yang akan digelar pada 23 september 2018 ini berhadiah total Rp 10 miliar. Di Palembang, Pawai bendera pusaka merah putih diarak keliling kota pada Sabtu 29 September 2018. Arak-arakan ini merupakan rangkaian dari kegiatan Pawai Bendera atau Flag Relay menyambut HUT TNI. Rangkaian flag relay dilaksanakan secara estafet melibatkan personel TNI-Polri dan elemen masyarakat. Setelah Palembang, pawai akan melewati sejumlah kota besar lainnya, seperti Yogyakarta, Surabaya, Balikpapan, Manado, Kupang, Ambon, Sorong dan berakhir di Merauke.
Edisi kali ini, akan menghadirkan lagu-lagu dari daerah Jawa Barat yang juga dikenal dengan sebutan tanah Sunda. Sebagian besar atau hampir seluruh masyarakat Jawa Barat menggunakan dan mengerti bahasa Sunda. Bahasa Sunda membentuk suatu rumpun bahasa yang dimasukkan ke dalam rumpun bahasa Melayu – Sumbawa. Bahasa daerah ini digunakan dalam berbagai aspek kehidupan termasuk dalam lagu-lagunya. Untuk membuka kebersamaan kali ini, dengarkan sebuah lagu berjudul “Sagara Cinta” dibawakan oleh Tuti Maryati.
demikianlah sebuah lagu Sunda berjudul “Sagara Cinta”. Dalam bahasa Sunda Sagara Cinta bermakna Lautan Cinta. Walaupun berasal dari daerah Sulawesi Selatan, namun Tuti Maryati fasih berbahasa Sunda. Karena ia menghabiskan masa remajanya di kota Bandung, Jawa Barat. Tak hanya piawai membawakan lagu-lagu keroncong, Tuti juga dapat membawakan lagu-lagu berbahasa Sunda dengan baik. Karakter vocalnya yang merdu dan lembut sangat sesuai untuk membawakan lagu berbahasa Sunda. Selain aktif menyanyi di dalam negeri Tuti Maryati juga sering ikut misi kebudayaan ke berbagai negara untuk menyanyi.
selanjutnya kita dengarkan sebuah lagu berjudul “Midua Cinta”.Midua Cinta dalam bahasa Sunda berarti menduakan cinta. Lagu ini bercerita tentang seorang yang putus cinta. Rasa cinta dan sayang hilang dan sirna entah kemana. Cintanya sudah pergi, sang kekasih telah menduakan cintanya. Pendengar, selamat mendengarkan “Midua Cinta” dari Merry Andani
Merry Andani merupakan penyanyi Indonesia yang membawakan lagu-lagu bergenre dangdut. Wanita kelahiran Bandung, Jawa Barat ini mulai dikenal di dunia musik hiburan Indonesia melalui lagu berjudul “Dinding Pemisah” yang populer pada tahun 1990-an. Tidak heran jika Merry mampu membawakan lagu- lagu Sunda dengan baik.
selanjutnya kami ajak anda untuk dengarkan lagu berjudul “Bimbang” yang dibawakan oleh Tuti Maryati. Pelangi Nada edisi kali ini akan kita tutup dengan sebuah lagu berjudul “Neng Geulis” yang dibawakan oleh Vika.
Pelangi Nada edisi kali ini, akan menghadirkan lagu-lagu pop nostalgia dari Koes Ploes. Mengawali perjumpaan, saya hadirkan lagu berjudul “Layang Layang”. Koes Plus adalah sebuah grup musik Indonesia yang dibentuk pada tahun 1969. Grup ini merupakan kelanjutan dari grup Koes Bersaudara. Grup musik yang terkenal pada dasawarsa 1970-an ini sering dianggap sebagai pelopor musik pop dan rock 'n roll di Indonesia. Lagu-lagu dari Koes Ploes banyak diaransemen kembali oleh musisi di Indonesia, seperti Chrisye, Kahitna, hingga Marshanda. Pendengar, selanjutnya saya hadirkan lagu “Kisah Sedih Di Hari Minggu”. Selamat mendengarkan......
demikian lagu “Kisah Sedih Di Hari Minggu”. Lagu ini terdapat dalam album kedua Koes Ploes bertajuk “Volume 2”. Album yang dirilis pada tahun 1970 ini ditempatkan pada peringkat ke-21 dalam daftar "150 Album Indonesia Terbaik" versi majalah Rolling Stone Indonesia yang diterbitkan pada bulan Desember 2007.
Lagu “Kisah Sedih Di Hari Minggu” pernah dibawakan Marshanda dengan versi baru yang dirilis pada 2004. Lagu versi Marshanda tersebut dijadikan untuk soundtrack sinetron yang ia bintangi dengan judul sama, yakni “Kisah Sedih Di Hari Minggu”. Lagu ini bercerita tentang seseorang yang sedang mengalami patah hati yang dirasakan di hari Minggu. Karena sakit yang ia rasa begitu luar biasa, ia berharap apa yang ia alami hanyalah sebuah mimpi.
demikian lagu “Buat Apa Susah” dari Koes Ploes. Lagu ini berpesan agar kita sebagai manusia hendaknya bersukacita, agar kesulitan yang dihadapi akan terasa mudah dan ringan.Menutup perjumpaan, hadirkan lagu berjudul “Kolam Susu”. Lagu ini menggambarkan tentang kekaguman band Koes Plus terhadap tanah air yang kaya akan sumber daya alam yang melimpah.
Dalam edisi Warna Warni kali ini saya sajikan informasi Mahasiswa Indonesia ciptakan Jaket Suhu Badan. Hipotermia merupakan suatu kondisi di mana tubuh manusia kesulitan mengatasi tekanan suhu dingin. Di Indonesia sendiri sering terjadi kasus hipotermia mengingat lingkungan geografis Tanah Air dimana terdapat beberapa daerah yang memiliki suhu ekstrem. Selain itu, bagi para pendaki gunung, hipotermia merupakan salah satu penyakit yang sering menyebabkan kecelakaan dalam pendakian. Untuk mengantisipasi kasus hipotermia di Indonesia, Mahasiswa Fakultas Teknik (FT) dan Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Brawijaya (UB) menciptakan jaket J-ROID.
Bagas Priyo Hadi Wibowo (Teknik Elektro 2015), bersama dengan empat kawannya, diantaranya Firmansyah Putra Satria (Teknik Elektro 2015), Ahmad Fathan Halim (Teknik Elektro 2015), Annisa Istighfari Hernanda R. (Fakultas Kedokteran 2015) dan Yurike Putri (Fakultas Kedokteran 2015) menciptakan Android Jacket for Hypothermia & Hyperthermia (J-ROID). Jaket ini berfungsi untuk menyeimbangkan suhu tubuh. Rencananya jaket tersebut akan dikembangkan lagi sehingga dapat lebih akurat, efisien, dan efektif.Hal tersebut diperlukan agar pada masa mendatang jaket tersebut dapat diaplikasikan secara penuh di masyarakat.
J-ROID berhasil memperoleh penghargaan berupa medali emas pada The 10th International Exhibition of Inventions (IEI) & The 3rd World Invention and Innovation Forum (WIIF) 2018 di kota Foshan, China pada tanggal 13 hingga 15 September 2018. Tidak hanya medali emas, pada kompetisi yang diikuti oleh 253 tim dari 49 negara ini mahasiswa UB memperoleh penghargaan tambahan yakni penghargaan khusus dari Thailand sebagai inovasi terbaik. Tim Universitas Brawijaya sendiri membutuhkan waktu persiapan sekitar 2 bulan untuk mengikuti kompetisi ini.