warna warni

warna warni (402)

01
June

Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) berupaya bersaing secara global sebagai universitas yang diperhitungkan di kancah dunia Di tengah pandemi Covid-19 saat ini, ITS dinyatakan berhasil meraih peringkat pertama sebagai perguruan tinggi terbaik di Indonesia pada bidang Computer and Science versi Times Higher Education (THE) World University Rankings 2020. THE sendiri merupakan lembaga kredibel penyaji data kinerja universitas di kancah internasional yang bekerja sama dengan Quacquarelli Symonds (QS). THE, menurut The Globe and Mail, merupakan salah satu World University Rankings (WUR) yang bisa dibilang paling berpengaruh yang diadakan setiap tahunnya

Berdasarkan pemeringkatan tahun ini, ITS berhasil mencapai posisi di peringkat 401-500 besar dunia, naik dari peringkat tahun lalu yang menunjukkan ITS berada pada posisi 501-600 besar dunia. Dalam proses pemeringkatan di bidang Computer Science ini, THE melihat perguruan tinggi setidaknya dari lima aspek penilaian, yaitu Citations, Industry Income, International Outlook, Research, dan Teaching. Dr I Ketut Eddy Purnama ST MT, Dekan Fakultas Teknologi Elektro dan Informatika Cerdas ITS memaparkan, produktivitas riset dosen dan mahasiswa menjadi kiat yang selama ini digalakkan. Setelah berhasil menyalip perguruan tinggi yang menjadi pesaing beratnya tahun lalu, ITS tak lantas kemudian mengistirahatkan diri. ITS semakin menggiatkan transfer pengetahuan dan pendapatan industry.

Menurut Ketut, menjadi nomor satu memang menjadi suatu kebanggaan tersendiri. Namun, untuk mempertahankannya tentu akan menjadikan ITS semakin tertantang. Ketut mengatakan akan terus mendukung program-program internasionalisasi, meski kini telah berhasil merebut predikat peringkat satu di bidang Computer Science dari Universitas Indonesia (UI). Menurutnya, di tengah pandemi saat ini justru akan membuka peluang kerja sama, publikasi, dan supervisi dengan universitas ternama dunia lebih mudah melalui daring.

 

28
May

Lasem merupakan sebuah kecamatan di Kabupaten Rembang di provinsi Jawa Tengah. Lasem dikenal juga sebagai "Tiongkok kecil" karena merupakan kota awal pendaratan orang Tionghoa di tanah Jawa. Selain itu, Lasem juga dikenal sebagai kota Batik.  Batik Lasem disebutkan sebagai salah satu varian klasik atau biasa disebut pakem dangan pola dan corak yang punya kekhasan tersendiri, yaitu paduan warna yang berani dan mencolok dengan motif-motif yang beraneka macam dan khas. Masyarakat disana memang sebagian besar menggantungkan hidupnya menjadi pembatik. Di Lasem, ada ribuan pembatik yang membuat aneka karya batik.

wabah corona mengakibatkan sebagian besar rumah batik mengurangi produksi. Menurut Didiet Maulana, perancang busana yang juga kurator produk wastra Kesengsem Lasem, perlu ada ruang berniaga ketika wisatawan tak bisa berkunjung langsung ke Lasem di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Karena itu, untuk tetap menggairahkan pasar yang sudah ada di Lasem, 12 Mei lalu,  Pasar Rakyat Lasem diluncurkan sebagai ruang niaga daring atau online saat wabah corona. Saat industri pariwisata aktual lesu, kegiatan belanja berbagai produk khas Lasem lewat virtual bisa tetap berjalan melalui pemesanan online.  Pasar Rakyat Lasem menjadi wadah pemasaran produk unggulan yang telah melalui proses kurasi. Batik yang dipasarkan itu langsung buatan tangan, bukan pabrikan. Pasar Rakyat Lasem itu bisa diakses melalui situs kesengsemlasem.com. 

Pasar Rakyat Lasem menjadi tempat untuk para pedagang lokal mendapatkan ruang untuk memasarkan berbagai produk. Adapun bermacam-macam produk khas Lasem yang bisa ditemukan, antara lain produk wastra, rasa, dan kriya. Dagangan kategori wastra yang paling terkenal adalah batik. Sedangkan kategori rasa, adalah kuliner, di antaranya ikan asin, cumi asin, dan kecap manis. Untuk kategori kriya adalah teko tembaga dan cobek batu.

22
May

 

 

Innalillahi wainnailaihi rajiun, telah meninggal dunia Pak Jul Chaidir, pada 20 Mei 2020, jam 11.50 di RSAL Mintoharjo. Mohon dibukakan pintu maaf yang selua-luasnya untuk almarhum.

Jul Chaidir adalah bagian dari perjalanan Voice of Indonesia. Ia pernah memimpin Voice of Indonesia selama 4 tahun sejak tahun 1984. Berita duka ini tentu membuat orang-orang yang pernah mengenalnya, merasa kehilangan sangat.

Salah satu diantaranya Kabul Budiono, yang juga pernah memimpin Voice of Indonesia. Dalam pesannya melalui whatsapp kepada penulis, Kabul Budiono menuliskan kenangannya tentang Jul Chaidir yang wafat dalam usia hampir 88 tahun.

“Almarhum Jul Chaidir adalah salah seorang inspirator saya menjadi penyiar di RRI. Style bersiaran almarhum saya tiru karena tone suaranya yang disertai air personality yang sejuk.”, tulis Kabul Budiono.

“Saya beruntung karena mendapat kesempatan Allah melanjutkan perjuangannya memimpin RRI siaran Luar Negeri Voice of Indonesia. Terselenggaranya Quiz Internasional VOI dan Bilik Sastra yang mendatangkan pemenang Cerpen yang pada awalnya adalah hanya para TKI, termotivasi dari Jul Chaidir.’ tambah Kabul Budiono.

Selain berkarya sebagai penyiar RRI dan pembaca berita TVRI, Jul Chaidir juga menulis beberapa lagu. “Restumu Kunantikan” yang pernah dipopulerkan oleh beberapa penyanyi terkenal Indonesia seperti Broery Marantika dan Alfian, adalah salah satu karyanya .

Untuk mengenang beliau, kami sajikan artikel mengenai Jul Chaidir yang pernah diterbitkan dalam newsletter VOI tahun 2014, yang ditulis oleh Andy Romdony.

 

 

“Walaupun kita tidak akan mendapatkan bintang penghargaan tapi kita telah melakukan tugas kita sebagai satu sekrup kecil dalam percaturan internasional”

Pada suatu siang akhir bulan Mei 2014, tim newsletter Voice of Indonesia (VOI) berkunjung ke kediaman salah satu angkasawan Radio Republik Indonesia di bilangan Jakarta Selatan. Sosok itu bernama Jul Chaidir. Tim diterima oleh sosok lelaki tua bertongkat yang ternyata adalah narasumber yang memang akan kami temui. Jul Chaidir bercerita tongkat tersebut telah menemaninya selama bertahun-tahun. Penyakit syaraf tulang belakang yang dideritanya mengharuskan ia berteman akrab dengan sang tongkat.

Terlepas dari keberadaan tongkat yang setia menemaninya, Jul Chaidir tampak gagah di usianya yang hampir menginjak 82 tahun. Dirinya telah memasuki masa purnabakti sejak tahun 1992. Karirnya sebagai angkasawan dimulai pada tahun 1956. Ia memulai karir sebagai penyiar di RRI Jakarta.

“Untuk menjadi penyiar ini memang pekerjaannya tidak begitu gampang seperti yang kita dengar. Karena kita menyampaikan kepada pendengar itu bermacam-macam hal yang tidak ada dalam sekolah atau pengetahuan sehari-hari, itu ngga pernah kita ketahui, jadi saya harus banyak membaca,” ujarnya.

Meskipun telah mengikuti pelatihan kepenyiaran selama 3 bulan, Jul Chaidir mengakui dirinya pernah mendapat teguran ketika salah menyebutkan nama salah seorang pencipta lagu berkebangsaan Perancis diawal karirnya sebagai penyiar. Teguran tersebut menyadarkan pria kelahiran 2 Juli 1932 ini bahwa profesi penyiar tidak hanya mengandalkan kemampuan berbicara namun juga harus mampu berkomunikasi. “.....to communicate ideas, information and emotion to listeners. Jadi kita adalah komunikator.”

Ketertarikannya pada radio sudah dirasakannya sejak ia masih sangat muda. Jul Chaidir muda seringkali mendengarkan siaran radio yang diputar tetangganya dengan suara yang keras. Pada masa revolusi Indonesia kala itu, siaran yang bisa ditangkap di daerah kelahirannya di Padang hanya siaran dari negeri jiran, Malaysia. Belum ada siaran dari Jakarta yang bisa dinikmati.

Setelah berhasil menyelesaikan pendidikan tingkat atas, Jul Chaidir semakin mencintai radio. Siaran RRI menjadi salah satu kegemarannya. Kala itu program Ibukota Hari Ini dari RRI Jakarta serta acara sastra menarik perhatiannya.

“Enak mendengarnya. Bermacam-macam orang membacakan karya dari pendengar. Tertarik dan pengen juga liat-liat di RRI,” kisahnya.

 

BBC LONDON 1971 0 1975Perjalanan Karir Sebagai Angkasawan

Setelah bersiaran selama kurang lebih 15 tahun dalam karirnya sebagai angkasawan RRI, Jul Chaidir mendapatkan kesempatan untuk membantu salah satu radio asing di Inggris. Pengalaman bekerja di British Broadcasting Corporation (BBC) menjadi kenangan tak terlupakan selama karirnya. Selama kurang lebih 4 tahun Jul Chaidir bekerja di BBC Seksi Indonesia.

“Selain dari memperbaiki bahasa inggris yang compang-camping, saya dapat kesempatan untuk melihat bagaimana suatu organisasi radio yang mempunyai reputasi internasional menyelenggarakan siaran,” tuturnya.

Kembali ke Indonesia pada awal tahun 1975, Jul Chaidir dipercaya menjadi Kepala Produser di RRI Jakarta selama 6 tahun yang kemudian dilanjutkan mengepalai stasiun RRI Bukittinggi. Disana dirinya mendapatkan pengalaman dalam memahami kultur budaya masyarakat.

“Saya dulu sering merokok. Rokok saya dulu Bentoel. Bentoel itu warna biru. Saya suruh salah seorang dari pesuruh disitu ‘tolong beliin saya Bentoel biru’. Dia bilang Bentoel Hijau pak? Jadi rupanya disana yang biru itu dibilang hijau,” ujarnya.

Adanya perbedaan persepsi di tiap daerah mengenai banyak hal melekat di kepala Jul Chaidir. Ingatan itu ia bawa ketika mengepalai Voice of Indonesia. Menjadi orang yang dipercaya memimpin stasiun siaran luar negeri milik RRI memberikan tantangan baginya.

“Apa yang ingin kita siarkan ke luar negeri. Apakah yang mereka inginkan atau apa yang kita perlukan? Ada yang kita perlukan untuk disiarkan tapi bagi pendengar ngga begitu dibutuhkan.”

Kepercayaan memimpin Stasiun Siaran Luar Negeri diterimanya dengan penuh tanggung jawab. Dirinya mengakui kala itu stasiun siaran yang dipimpinnya mempunyai banyak kekurangan.  

“Waktu itu semua serba terbatas. Sistem waktu itu juga tidak sama dengan sistem teknologi sekarang. Tapi karena saya diberikan tugas,  ya saya harus menjalankan dengan sebaik-baiknya dengan segala kekurangan dan kelebihan. Dulu tidak mudah mencari sumberdaya manusia untuk bersiaran dengan bahasa asing.”

Kesulitan tersebut benar-benar ia alami ketika diminta untuk memperluas siaran luar negeri RRI dengan menambah 9 layanan bahasa yang sudah ada menjadi 10 layanan bahasa.

“Dulu kita pernah diminta menambah jam siaran dengan siaran bahasa Spanyol oleh Direktorat Radio Televisi dan Film. Itu kami kesulitan mencari tenaga penyiarnya karena untuk menyelenggarakan siaran diperlukan penterjemah, diperlukan pembaca naskah, dan itu ngga mungkin 1 orang paling sedikit 2 orang,” kisahnya.

Dengan semua keterbatasan yang ada, Jul Chaidir mengaku gemar mendengarkan siaran luar negeri RRI karena dirinya menikmati siaran berbahasa asing yang menurutnya disampaikan dengan luwes.

“Saya dulu waktu masih di RRI Jakarta sering memperhatikan kalau ada senior-senior siaran. Misalnya ada Bu Pujo Semedi, ada Joop Ave. Saya sering nonton dulu kalau mereka siaran, karena siaran Inggrisnya itu, cara menyampaikan Bahasa Inggrisnya itu enak didengar oleh saya. Jadi sudah tertarik dengan bahasanya.”

Setelah 4 tahun memimpin stasiun luar negeri RRI, Jul Chaidir meneruskan karirnya sebagai widyaiswara yang bertanggung jawab meningkatkan kualitas angkasawan muda RRI dalam mengembangkan potensi diri. Sebelum memasuki masa purnabakti Jul Chaidir juga sempat dipercaya memimpin Stasiun RRI Banjarmasin selama 3 tahun.  

 

RRI World Service Adalah Radio Perjuangan

Keberadaan Radio Republik Indonesia dimata Jul Chaidir bukan hanya sebagai sarana menyampaikan informasi kepada masyarakat. Menurutnya RRI juga memegang peran penting dalam perjuangan bangsa Indonesia.

“Kita lihat dulu bahwa RRI ini tidak saja harus memberikan penerangan kepada masyarakat Indonesia tetapi juga karena perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia ini juga dulu didukung oleh adanya siaran Bahasa Inggris yang disiarkan keluar negeri. Dulu namanya itu Voice of Free Indonesia.”

Voice of Free Indonesia yang kemudian berubah menjadi Voice of Indonesia menjadi tonggak penting untuk mendiplomasikan posisi Indonesia ditengah percaturan global.

“Dulu diselenggarakan oleh masyarakat, oleh para pejuang yang menyelenggarakan siaran ke luar negeri untuk memperkenalkan, untuk memperjuangkan Indonesia ini diluar negeri terutama di PBB. Penerangan itu tidak cukup hanya diberikan oleh Kedutaan Besar diluar negeri saja, perlu bantuan dari hal lain,” ujarnya.

Peran penting Siaran Luar Negeri RRI menurut Jul Chaidir semakin terasa ketika kepentingan bangsa menjadi taruhan ditengah persaingan global. Banyaknya isu-isu internasional yang melibatkan banyak negara membutuhkan pihak yang mampu memberikan informasi, tidak hanya secara adil namun juga dengan dapat mempertahankan posisi negara ditengah konflik dunia.

“Setiap kantor berita itu melihat dan menafsirkan suatu kejadian dari sudut pandang masing-masing. Satu kasus tidak akan dilihat dari sudut pandang yang sama. Kalau keadaan Indonesia dilepaskan kepada kantor-kantor berita asing itu bahaya. Oleh karena itu perlu ada pihak yang memberikan informasi yang benar tentang Indonesia, inilah yang dilaksanakan oleh Stasiun Siaran Luar Negeri Voice Of Indonesia.”

Melaksanakan siaran ke luar negeri dengan pendengar yang memiliki karakter yang berbeda dengan pendengar di dalam negeri tentu memiliki tantangan tersendiri. Menurut Jul Chaidir kemampuan angkasawan RRI di Stasiun Siaran Luar Negeri dalam mengenal karakter pendengar diperlukan untuk penguatan kualitas siaran.

“Siaran internasional akan mempunyai kriteria baik jika bisa masuk dalam persepsi masyarakat diluar negeri. Kita harus bisa dengan sebaik-baiknya menyampaikan apa yang perlu mereka ketahui tentang indonesia, cara hidup, budaya dan lainnya sehingga mereka bisa betul-betul mengerti tentang indonesia melalui Siaran Luar Negeri RRI,” tuturnya.

Ditengah kemajuan zaman saat ini Jul Chaidir menilai Stasiun Siaran Luar Negeri RRI telah mampu mengimbangi dengan teknologi yang telah berkembang. Namun demikian dirinya percaya tantangan akan semakin berat seiring kemajuan zaman.

Kunjungan tim newsletter VOI siang itu pun diakhiri dengan harapannya agar Stasiun Siaran Luar Negeri yang pernah dipimpinnya ini akan terus mampu menjalankan tugas dan amanah yang diberikan, sehingga semakin banyak masyarakat asing yang mengenal keindahan Indonesia.

Walaupun kita tidak akan mendapatkan bintang penghargaan tapi kita telah melakukan tugas kita sebagai satu sekrup kecil dalam percaturan internasional.”— (andy Romdoni/nouva)

20
May

Penularan virus COVID-19 salah satunya bisa terjadi lewat droplet atau aerosol/micro-droplet dari seseorang yang positif terinfeksi. Virus tersebut bisa melayang di udara dan menempel di permukaan benda selama beberapa hari sehingga harus dilakukan sterilisasi.Dr.. Bagus Endar Bachtiar N, Dosen di Prodi Fisika FMIPA ITB, mengembangkan mobile disinfektan high power menggunakan sinar UV Tipe-C untuk sterilisasi droplet/micro-droplet yang mengandung virus COVID-19. Alat tersebut dirancang khusus untuk digunakan di rumah sakit rujukan COVID-19.

Dr. Endar menjelaskan, alat ini memiliki daya yang cukup besar dan mampu memancarkan radiasi 25 watt/m2 pada radius 1 meter, atau setidaknya mampu memancarkan radiasi UV-C 2.8 watt/m2 untuk ruangan dengan volume sebesar 6 x 6 x 3 meter. Selain itu, alat ini dilengkapi sistem telecontroller yang dapat dioperasikan menggunakan laptop atau handphone dari jarak jauh. Dengan daya yang besar, alat ini tidak hanya dapat melemahkan virus, tetapi dapat mematikan virus dengan merusak DNA-nya menggunakan paparan sinar UV. Pancaran energi radiasi UV-nya 2x lebih besar dari cahaya matahari. Oleh karena itu, alat ini tidak perlu dipancarkan terlalu lama, cukup dalam waktu 5 menit

Dr. Bagus menambahkan, sinar UV tipe C yang terdapat dalam alat tersebut adalah standard sinar UV yang digunakan untuk sterilisasi peralatan dari mikroba atau patogen. Sinar UV tipe C ini memiliki energi yang tinggi dan panjang gelombangnya relatif pendek, sehingga akan menjangkau seluruh sudut ruangan. Dengan sinar ini, virus yang melayang-layang di udara dalam aerosol/micro-droplet akan dapat dimatikan. Perangkat ini bisa dipakai untuk menyeterilkan ruangan maupun udara. Sumber tenaga yang digunakan adalah ACCU, namun dapat juga digunakan listrik AC. Alasan digunakan ACCU agar alat tersebut dapat dipakai portabel, misalnya di dalam lift dan dapat dikontrol secara jarak jauh. Alat ini dilengkapi dengan sistem perangkat lunak agar dapat dengan mudah mengatur lama monitoring dan aktivasi, waktu menyala, dan energi yang dikeluarkan. Untuk saat ini alat tersebut sedang dalam pengembangan agar bisa dijalankan secara robotic. 

 

 

19
May

Josua Simanjuntak, Plt. Deputi Bidang Ekonomi Digital dan Produk Kreatif Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) menyatakan Pandemi COVID-19 memberikan dampak besar pada hampir semua profesi/pekerja di bidang kreatif. Salah satu subsektor kreatif yang terdampak adalah para pekerja seni yang kehilangan pekerjaan. Pekerja seni yang terimbas salah satunya musisi jalanan atau pengamen. Pasalnya, kini mereka tak bisa menggelar aksinya di tempat umum. Untuk membantu mereka, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) bekerja sama dengan Institut Musik Jalanan (IMJ) menggelar kegiatan "Ngamen Dari Rumah" dengan Tema Ngabuburit di Rumah Aja.

Kegiatan Ngamen dari Rumah  digelar untuk memfasilitasi 200 musisi jalanan terdampak Covid-19 untuk tampil di panggung online. 200 musisi jalanan yang ikut serta punya kriteria tertentu, di antaranya musisi jalanan yang memiliki disabilitas, berusia lanjut, memiliki keluarga muda serta perantau yang paling terdampak imbas COVID-19. Musisi Jalanan dengan kriteria ini difasilitasi agar tetap dapat eksis, produktif dan mendapat penghasilan selama masa pandemi, khususnya di bulan Ramadan. Plt. Direktur Industri Kreatif Musik, Seni Pertunjukan dan Penerbitan Kemenparekraf, Mohammad Amin menjelaskan, video kreatif hasil dari 200 musisi jalanan tersebut akan ditayangkan di akun sosial media Kemenparekraf  seperti di Instagram, Facebook dan YouTube. Beberapa musisi jalanan  yang terkurasi akan tampil secara live online di Instagram pada tanggal 14 hingga  22 Mei dan 28 hingga 30 Mei 2020 pada pukul 15.30 hingga 17.30 WIB.  

menurut Andi Malewa, Ketua Institut Musik Jalanan, kegiatan ini tidak hanya diisi dengan ngamen online, akan ada kuliah musik online bersama tokoh di bidang musik, seperti kelas musik yang biasa dilakukan secara offline di Institut Musik Jalanan. Joshua Simanjuntak menambahkan bahwa, kegiatan ini akan sangat menarik untuk mengisi waktu kala menjelang berbuka puasa dan masyarakat juga dapat menikmati hiburan dari para musisi. Masyarakat juga dapat memberikan apresiasi melalui QR Code dan kegiatan ini akan memberikan ruang bagi musisi-musisi jalanan berbakat, untuk mendapat apresiasi yang lebih luas dari masyarakat Indonesia.

17
May

Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Jawa Timur merupakan satu diantara universitas-universitas di Indonesia yang aktif mengembangkan riset, termasuk selama wabah covid 19.  Sejak berkembangnya wabah covid 19 yang berawal di Wuhan Tiongkok, ITS  telah mengembangkan sekitar 25 riset dan inovasi yang dapat dimanfaatkan untuk membantu penanganan pandemi Covid-19.

Rektor ITS Prof. Mochamad Asha  pada seminar dalam jaringan yang diakses di Jakarta, Kamis (14/5) mengatakan ada banyak produk berhasil dikembangkan oleh ITS untuk membantu penanganan Covid-19. Hasil riset dan inovasi tersebut  antara lain Robot RAISA, hand santizerface shield, baju hazmat, masker, bilik sterilisasi, bilik swab, emergency ventilator, robot ultra violet. Selain itu ada pula thermal imaging, sistem informasi Covid, pemodelan dampak Covid.

Saat ini, Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) sedang melakukan riset untuk mengembangkan perangkat tes cepat Covid-19 non-PCR. Robot RAISA yang dikembangkan bersama Universitas Airlangga saat ini telah digunakan di Rumah Sakit Universitas Airlangga baik di ruang intensive care unit (ICU) maupun high care unit (HCU). Robot RAISA yang dapat beroperasi hingga delapan jam tersebut dikendalikan dari jarak jauh dengan menggunakan wifi internet. Robot itu dapat mengangkut beban maksimum 50 kilogram termasuk obat dan barang keperluan pasien.

Hinga saat ini Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) telah memproduksi sebanyak 4.000 liter hand sanitizer dan 140.000 face shield, 1.000 baju hazmat, 8.000 masker, 20 bilik sterilisasi, dua bilik swab. Sementara emergency ventilator masih dalam tahapan uji di Kementerian Kesehatan.

12
May

29 April lalu, Pemerintah meluncurkan layanan kesehatan jiwa (Sejiwa) yang berbasis konsultasi psikologi. Layanan ini diluncurkan karena meningkatnya tekanan psikologis masyarakat di tengah masa pandemi COVID-19. Kepala Staf Presiden Moeldoko mengatakan ancaman tekanan psikologis yang meningkat itu dilihat berdasarkan data dari sejumlah lembaga. Menurutnya, terbanyak adalah kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Moeldoko menjelaskan, berdasarkan data dari lembaga bantuan hukum, asosiasi perempuan Indonesia untuk keadilan (APIK), selama 16 hingga 30 Maret 2020 terdapat 59 kasus kekerasan, perkosaan, pelecehan seksual, dan pornografi yang terjadi.

sekjen PBB pada 5 April 2020 menyatakan bahwa meningkatnya tekanan sosial dan ekonomi akibat pandemi COVID-19 telah menyebabkan meningkatnya kasus KDRT, pada perempuan dan anak. Beberapa negara, seperti Afrika Selatan dan Australia melaporkan adanya ribuan kasus pengaduan KDRT. Moeldoko menjelaskan hal itu juga sejalan dengan laporan gugus tugas percepatan penanganan COVID-19, yang menyampaikan bahwa persoalan COVID, 20 persen adalah persoalan kesehatan dan 80 persen adalah persoalan psikologi. Menurut Moeldoko, jika masyarakat tidak bisa menjaga psikologi mereka sendiri maka ada kecenderungan bahwa imun tubuh akan menurun dan pada akhirnya itu lah yang menyebabkan seseorang terkena COVID.

Layanan Sejiwa bisa digunakan oleh seluruh lapisan masyarakat dengan cara menghubungi hotline 119 (ext 8). Moelodoko menjelaskan, Pelayanan ini diberikan sebagai bentuk nyata bahwa negara hadir untuk menjaga warganya, salah satunya untuk menjaga kesehatan jiwa melalui layanan konseling dan edukasi kepada masyarakat terdampak COVID-19. Harapannya, masyarakat Indonesia bisa memiliki satu jiwa dan semangat yang sama untuk bergotong royong untuk menghadapi Pandemie Covid-19 sekarang ini..

10
May

Sebagai wujud kepedulian dan mendukung program pemerintah menanggulangi COVID-19 di Indonesia, Universitas Gunadarma Depok Jawa Barat dan SARI Teknologi, melakukan riset pengembangan alat bantu pernapasan, yang saat ini sangat dibutuhkan oleh pasien yang mengalami kesulitan atau gagal napas, seperti yang dialami pasien COVID-19.

Prof. Adang Suhendar, Dekan Falkutas Teknik Informasi Universitas Gunadarma mengatakan pihaknya mencoba membantu program pemerintah dalam mengatasi masalah dalam bentuk untuk membuat beberapa riset pengembangan, misalnya alat bantu pernapasan. Bersama Ir. Yohanes Kurnia, dan dr. Bhakti Gunawan tim ini berhasil membuat ventilator yang siap diproduksi secara masal.

Ventilator buatan Universitas Gunadharma ini dapat mengatur secara otomatis, terutama dalam menghasilkan udara atau oksigen berdasarkan ritme atau frekuensi pernapasan dan tingkat kebutuhan volume oksigen. Alat ini juga dilengkapi sensor untuk memonitor suplai oksigen yang dihasilkan untuk melihat tekanan maupun volume oksigen yang dihasilkan, serta detak jantung yang dapat disesuaikan dengan tingkat kebutuhan pasien untuk meminimalkan risiko dalam penggunaan peralatan bantu pernapasan ini.

Sekitar 80% komponen peralatan ini menggunakan produksi dalam negeri (TKDN). Alat ini terus dikembangkan dan dalam waktu dekat akan diajukan untuk mendapatkan sertifikat standar fasilitas alat kesehatan dari Kementerian Kesehatan RI. Produk ini menjadi karya anak bangsa Indonesia, yang diharapkan dapat berkontribusi membantu menyediakan alat kesehatan, sekaligus menunjukkan sinergitas antara pihak akademisi dan industri.

Ventilator menjadi alat yang sangat dibutuhkan saat pandemi corona. Alat ini diklaim membantu banyak pasien corona menghadapi penyakitnya. Tim Universitas Gunadharma berhasil menyelesaikan disain sistem knockdown dan lowcost ventilator dengan material yang hampir semuanya dari dalam negeri agar diproduksi dengan cepat, singkat, dan semurah mungkin.

07
May

Program Kurma

Written by
Published in warna warni

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah mengeluarkan larangan kegiatan keagamaan yang dilakukan di tempat-tempat ibadah dan menghimbau masyarakat untuk beribadah di rumah. Larangan itu sendiri diberlakukan untuk menekan penularan Virus Corona di Ibu Kota. Adapun larangan itu tertuang dalam Peraturan Gubernur (Pergub) nomor 33 tahun 2020 tentang pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dalam penanganan Covid-19 di Ibu Kota Jakarta. Di masa PSBB, terlebih di bulan Ramadhan ini, muncul kekhawatiran, umat tidak mendapat bimbingan rohani dari pemuka agama, karena harus di rumah. Oleh karena itu,  selama bulan Ramadhan 1441H, Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi DKI Jakarta, Baznas Bazis DKI Jakarta, dan Pemprov DKI Jakarta menyelenggarakan program Kuliah Ramadhan yang disingkat “KURMA”.

Dengan adanya program Kurma, umat Muslim, khususnya yang tinggal di Jakarta bisa mendapatkan pengayoman, bimbingan dan pembelajaran dari para ulama. Ketua Umum MUI Provinsi DKI Jakarta, Munahar Muchtar, mengatakan, Kuliah Ramadan ini menjadi mediator hadirnya ulama dan pemerintah di tengah masyarakat saat semua kegiatan keagamaan dilakukan di rumah karena wabah Covid-19. Selain itu, menurut Munachar Muchtar, Program “Kurma” diadakan sebagai bentuk tanggung jawab ulama, khususnya di DKI Jakarta, untuk dapat terus hadir di tengah umat walau harus melalui jarak jauh atau online.

Program “KURMA” dilakukan  dalam bentuk siaran video, baik siarang langsung (live) ataupun tunda. Untuk siarang langsung dapat disaksikan setiap Jumat jam 12.30 WIB sedangkan siaran tunda dapat disaksikan setiap Senin, Rabu dan Jumat jam 17.00 WIB. Kedua siaran ini dapat disaksikan dengan mengakses  situs www. beritajakarta.id/live, www.muidkijakarta.or.id atau di channel YouTube KH MunaharMuchtar.

 

 

04
May

VOI WARNA WARNI erbagai pemeriksaan kesehatan yang tidak mendesak, seperti pemeriksaan kehamilan, harus ditunda demi menekan rantai penyebaran virus. Walaupun harus menunda pemeriksaan, kini iibu hamil bisa lebih tenang menjalani masa kehamilan dengan hadirnya aplikasi “Sayang Ibu” untuk memantau perkembangan kehamilan. Aplikasi ini diluncurkan oleh Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro. Aplikasi ini dilatarbelakangi oleh kondisi ibu hamil yang disarankan menunda pemeriksaan kehamilan. Dengan aplikasi ini, ibu hamil dapat mengetahui status resiko kehamilan, informasi mengenai tanda kegawatan kehamilan, riwayat pemeriksaan kehamilan, dan menyimpan profil keluarga serta tenaga kesehatan terdekat.

Anggota tim peneliti, dr. Rani Tiyas Budiyati, MH, yang juga dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro menjelaskan, selain mengetahui status resiko, mengetahui informasi perkembangan kehamilan dan tanda-tanda gawat darurat, keunggulan dari aplikasi ini adalah terdapat tombol darurat. Ketika ibu hamil mengalami kondisi gawat darurat dan menekan tombol tersebut, maka alarm akan berbunyi dengan kencang untuk menarik perhatian orang-orang di sekitarnya. Selain itu, secara otomatis pesan permintaan tolong dikirimkan ke nomor selular keluarga dan tenaga kesehatan yang telah disimpan pada profil ibu. Pesan permintaan tolong ini disertai dengan lokasi GPS tempat ibu hamil berada, sehingga mudah ditemukan dan dapat segera mendapatkan bantuan kesehatan.

Sebelum diluncurkan ke tengah masyarakat  aplikasi “Sayang Ibu” ini telah melalui serangkaian uji coba ke sejumlah ibu hamil di dua wilayah Puskesmas di kota Semarang. “Sayang Ibu” yang telah mendapatkan hak cipta ini dikembangkan oleh tim peneliti FKM Undip. Aplikasi “Sayang Ibu” kini telah dapat diunduh secara gratis di Google Playstore.

Page 5 of 29