Komentar

Komentar (892)

01
May


Jumlah kasus kematian akibat virus Corona Covid19  di negara2 kawasan Eropa mencapai 120.140 jiwa pada akhir pekan lalu (data CNN 25/4) . Kasus kematian tertinggi  terjadi di Italia, disusul Spanyol, Perancis dan Inggris. Mengutip AFP, setidaknya ada 2, 82 juta kasus virus corona di dunia dengan 60 persen dari total kematian terjadi di Benua Eropa. Namun sejak awal bulan April lalu kasus penyebaran virus corona di Eropa mulai melambat. Diharapkan situasi  kondusif tersebut  terus berlanjut memasuki  bulan Mei 2020 ini.  

Negara2 Eropa pun  mulai bersiap-siap  melonggarkan Pembatasan Wilayah / Lockdownnya. Italia misalnya,  akan mulai melonggarkan Pembatasan secara bertahap mulai 4 Mei nanti. Belanda rencananya akan membuka lockdown pada 11 Mei, dengan tetap melakukan langkah-lamgkah ketat. Sekolah-sekolah  di Belanda akan mulai dibuka pada 1 Juni, sementara  cafe dan restoran  baru akan dibuka pada 19 Mei. Jerman, seperti Italia  akan melonggarkan lockdown pada 4 Mei.  Sedangkan Spanyol rencananya baru akan  menghentikan lockdown pada paruh kedua Mei 2020.

Untuk negara2 Eropa tampaknya bulan Mei membawa semangat baru setelah bulan-bulan sebelumnya sempat kewalahan menghadapi dan menangani virus corona ini. Meski demikian,  masih banyak negara2 lain di berbagai belahan dunia  yang baru memasuki awal masa pandemic.   Diperkirakan masih butuh waktu beberapa bulan kedepan untuk mengendalikannya.

Diharapkan, pelonggaran Pembatasan Wilayah di beberapa negara Eropa di bulan Mei ini  akan berhasil baik  dan tidak menimbulkan resiko penularan baru. Sehingga dapat   menjadi acuan kawasan lainnya yg saat ini masih berjuang  mengatasi serangan virus Corona Covid19.

04
May

Sejak pandemi COVID-19 melanda Indonesia akhir Maret 2020, pemerintah mengimbau masyarakat untuk membatasi kegiatan di luar rumah dengan melakukan kegiatan belajar, bekerja dan beribadah di dalam rumah. Kebijakan belajar di rumah didukung oleh Kementerian Pendidkan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI dengan dikeluarkannya Surat Edaran nomor 4 tahun 2020 yang berisi pelaksanaan kebijakan pendidikan dalam masa darurat penyebaran virus corona (COVID-19).

Kemendikbud juga memberlakukan kebijakan penutupan sekolah sementara dan memindahkan proses belajar mengajar dari sekolah ke rumah. Dengan kebijakan ini, seluruh proses belajar mengajar dari guru kepada siswanya dilakukan secara daring (online).

Bagi sebagian masyarakat Indonesia, terutama di perkotaan, mangakses internet bukanlah hal yang sulit. Internet sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat di negeri ini. Data riset terbaru dari layanan manajemen konten HootSuite dan agensi pemasaran media sosial We Are Social dalam laporan bertajuk "Digital 2020" menyebutkan saat ini 64 persen dari total populasi di Indonesia telah terkoneksi internet.

Namun, bagaimana dengan masyarakat yang tinggal di pedesaan atau wilayah perbatasan yang tidak dapat mengakses internet karena tidak tersedia jaringan dan keterbatasan biaya?

Kesulitan dalam menyelenggarakan kegiatan belajar online disampaikan Titis Kartikawati, seorang guru di Sanggau, Kalimantan Barat, dalam konferensi pers virtual bertajuk "Inspirasi Para Pejuang Pendidikan pada Masa Pandemi COVID -19" di Graha BNPB, Jakarta, Sabtu (2/5/2020).

Ia menyampaikan, tidak semua daerah di Sanggau memilki jaringan internet karena banyak sekali blank spot di daerah terebut. Selain itu orangtua siswa kebanyakan bekerja sebagai buruh tani atau pedagang sayur, sehingga membeli kuota internet bukan menjadi prioritas mereka.

Kegiatan belajar mengajar di masa pandemi COVID-19 bukan hanya tanggung jawab Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, guru, dan orang tua, tapi tanggungjawab semua lapisan masyarakat Indonesia, termasuk media. TVRI dan RRI, misalnya, merupakan media yang ikut menyiarkan program belajar untuk siswa di rumah. Cara ini membantu guru dalam menyampaikan materi pelajaran kepada siswa, terutama untuk yang tinggal di pelosok yang tidak memiliki akses internet.

Semoga kendala yang dihadapi dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar tidak menyurutkan semangat guru dan siswa serta orang tua di masa pandemi COVID-19 ini. Dalam keadaan apapun, baik di masapandemi maupun kondisi normal, kegiatan belajar mengajar harus tetap dilaksanakan

30
April

Isu ketersediaan pangan di dalam negeri belakangan menjadi isu serius, seiring dengan ketidakpastian berakhirnya masa pandemi Covid-19. Apalagi, saat ini, bangsa Indonesia  merayakan Ramadan dan Idul Fitri 1441 Hijriyah dimana kebutuhan masyarakat akan bahan pokok semakin tinggi.

Presiden Joko Widodo saat membuka rapat terbatas melalui video conference di Jakarta, Selasa (28/4) mencatat bahwa terdapat defisit kebutuhan pokok di berbagai daerah di Indonesia. Defisit bahan pokok terbesar adalah komoditas gula pasir dan bawang putih. Dia juga mengatakan bahwa saat ini, stok gula mengalami defisit di 30 provinsi Indonesia. Komoditas lain yang mengalami deficit adalah telur ayam di 22 provinsi, beras di tujuh provinsi, dan jagung di 11 provinsi.

Otoritas pangan dalam hal ini pemerintah pusat maupun pemerintah daerah harus  mencari solusi agar kondisi kelangkaan pangan ini tidak berlangsung lama.

Dalam kondisi seperti saat ini tentu tidak mudah bagi Indonesia untuk impor pangan. Banyak negara produsen bahan pangan langsung membatasi atau bahkan menutup pasar ekspor komoditi tertentu untuk memastikan agar stok dalam negerinya tercukupi. Negara produsen gandum terbesar di dunia seperti Rusia, Kazakhstan, dan Ukraina, terang-terangan mengumumkan pembatasan ekspor biji gandum. Sama halnya dengan beras, Vietnam, Thailand, meskipun selama ini disebut sebagai lumbung beras di Asia Tenggara tetap mengamankan pasokan untuk dalam negerinya.

Pemerintah harus memastikan produksi pangan pokok berjalan dengan baik dan pasokannya aman selama pandemi Covid-19 ini. Dari beragam solusi yang dapat dilakukan oleh pemerintah, yang paling penting dan mendesak adalah memberikan insentif kepada petani. 

Keputusan pemerintahan Joko Widodo  memberikan insentif sebesar senilai Rp 600.000 per bulan kepada petani sangat tepat  dalam kondisi saat ini agar petani tetap dapat menggenjot produksi pangan di tengah pandemi Covid-19.

Insentif yang telah diluncurkan oleh pemerintah menyemangati para petani untuk tetap menjaga kinerja produktivitasnya sehingga ketersediaan pangan di dalam negeri tetap terjamin.

Selain bantuan langsung  tunai, Pemerintah harus juga membeli produk pangan petani. Hal seperti ini sudah dilaksanakan oleh pemerintah Amerika Serikat melalui Departemen Pertanian Amerika Serikat (United States Department of Agriculture -USDA). Baru-baru ini, USDA seperti dikutip dari https://www.usda.govmengalokasikan anggaran senilai US$19 miliar (sekitar Rp300 triliun) untuk bantuan langsung kepada petani dan peternak dan pembelian produk pangan petani.  Pihak USDA juga membantu membeli buah, sayur, daging, susu, dan lain-lain dari petani, lalu membantu proses pengepakan dan penyaluran produk pangan tersebut ke titik-titik distribusi pangan (food banks).

29
April


Perang bersama  terhadap Corona Convid 19 rupanya tidak menghentikan perang urat syaraf antara Amerika Serikat dengan Iran. Penderitaan akibat pandemi virus tersebut  sama sekali tidak menghentikan perseteruan diplomatik.  Ketika kedua negara tengah berusaha mengatasi pandemi Corona, mereka masih saja  berupaya saling melakukan tekanan,  setidaknya dalam bentuk kata-kata. Baik menteri Luar Negeri Amerika Serikat maupun  Iran sama-sama melemparkan wacana yang mengisyaratkan belum meredanya ketegangan hubungan diplomatik dan perseteruan kedua pemerintahan.

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Mike Pompeo diberitakan sedang mempersiapkan argumen bahwa negaranya masih menjadi anggota JCPOA (Joint Comprehensive Plan of Action) yaitu  sebuah perjanjian mengenai program nuklir Iran yang disepakati di kota Wina pada 14 Juli 2015 oleh Iran, P5+1 (lima anggota tetap Dewan Keamanan PBB ditambah Jerman), dan Uni Eropa. Pernyataan Pompeo itu akan dapat menjadi cara untuk mendesak Dewan Keamanan PBB agar memperpanjang embargo senjata kepada Iran. Selain itu keberadaan Washington dalam JCPOA juga dapat menjadi dasar pengajuan usul kepada Dewan Keamanan PBB untuk menjatuhkan sanksi kepada Iran.

Masalahnya,  Amerika Serikat sejak 2018 telah menyatakan keluar dari JCPOA. Keputusan yang diambil oleh Presiden Donald Trump itu mengakhiri kesepakatan yang digagas dan dicanangkan mantan Presiden Barack Obama. Keluarnya Washington saat  itu telah memperburuk hubungannya dengan Iran. Namun dengan keluar dari perjanjian,  Donald Trump dapat  memutuskan untuk menjatuhkan sanksi sanksi kepada Iran.

Langkah Amerika Serikat yang kini dilakukan Menteri Luar Negerinya adalah strategi untuk  menekan DK PBB.  Namun klaim masih menjadi anggota JCPOA, menyulut tanggapan sinis dari Menteri Luar Negeri Iran Mohammed Javad Sharif. Melalui cuitan twitter yang dikutip dan diberitakan kantor berita AFP Sharif menyatakan tekanan apapun dari Amerika Serikat tidak akan membuat Iran menyerah. Menlu Iran itu juga mengingatkan bahwa Amerika Serikat telah keluar dari kesepakatan nuklir dua tahun lalu.

Keteguhan Iran  memang sudah terbukti. Tekanan tekanan Amerika Serikat yang diwujudkan dengan pemberlakuan sejumlah sanksi tetap saja tidak melemahkan Iran. Kesulitan ekonomi yang sempat disertai dengan gerakan unjuk rasa di hampir seantero Iran pun tidak mengakibatkan  pemerintah Teheran menyerah pada tekanan Washington.

Tampaknya, sampai kelak  saat  CONVID 19 berakhir, perseteruan dan ketegangan antara pemerintahan Amerika Serikat dan Iran belum juga akan usai. Dunia masih akan menyaksikan drama ketegangan diplomatik di antara keduanya.

28
April


Setelah kurang lebih dua bulan Indonesia dilanda kasus pandemi COVID-19, Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID–19 melakukan peluncuran awal sistem informasi Bersatu Lawan COVID. Peluncuran ini disampaikan oleh Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Nasional, Wiku Bakti Bawono Adisasmito saat konferensi pers di Media Center Gugus Tugas di Jakarta pada Senin (27/4).

Bersatu Lawan COVID (BLC) merupakan sistem informasi satu data terintegrasi untuk peningkatan percepatan pencatatan data dalam rangka percepatan penanganan COVID–19 di seluruh wilayah di Indonesia. Wiku juga menyampaikan bahwa upaya tersebut membutuhkan kolaborasi yang kuat antara pusat dan daerah, kabupaten, kota sampai di tingkat RT dan RW. Pihaknya mengajak seluruh komponen bangsa, semua daerah hingga daerah perbatasan dan terpencil untuk dapat terhubung dengan pusat dan wilayah lainnya. Dia menambahkan bahwa satu data dapat menjadi navigator dalam pembuatan suatu kebijakan di pemerintah dengan keputusan yang tepat sasaran.

Menurut Wiku, BLC memiliki fungsi sistem mempercepat alur pencatatan data pada tingkat puskesmas, rumah sakit, laboratorium dan dinas kesehatan dari daerah. Selain itu, BLC dapat berfungsi untuk mengetahui lokasi rawan persebaran di Indonesia, sebaran kasus COVID–19, pencatatan hasil pemeriksaan Rapid Diagnostic Test -RDT dan pencatatan kebutuhan dan distribusi logistik di rumah sakit, laboratorium dan dinas kesehatan.

Sistem informasi ini dapat juga diakses oleh masyarakat dengan berbasis aplikasi telepon pintar yang harus diunduh terlebih dahulu. Melalui aplikasi tersebut, masyarakat dapat mengetahui lokasi rawan, menilai risiko COVID–19, fitur isolasi mandiri dan konsultasi online dengan dokter dan psikolog.

Peluncuran sistim ini merupakan perkembangan yang baik dalam penanganan pandemi COVID-19. Pemerintah pusat dapat belajar dari provinsi Jawa Barat yang telah lebih dulu mengembangkan informasi terbuka terkait penanganan pandemi. Jawa Barat telah mengembangkan aplikasi PIKOBAR (Pusat Informasi dan Koordinasi COVID-19 Jawa Barat). Dalam aplikasi tersebut setiap hari, ada update tentang terduga, pasien, hingga alamatnya di level kelurahan. Aplikasi ini juga dapat dimanfaatkan untuk melakukan donasi, mendaftar menjadi relawan, hingga aduan bagi warga yang merasa berhak, namun belum mendapatkan bantuan sosial.

Aplikasi ini mendapat pujian dari Perwakilan Program Pembangunan PBB -UNDP di Indonesia, Christophe Bahuet. Menurut Bahuet, aplikasi PIKOBAR sangat futuristik. Hal ini menunjukkan bagaimana pemerintah daerah bekerja di masa depan. Setelah COVID-19 berakhir, ini akan menjadi cara pemerintah daerah bekerja secara digital.

Masyarakat tentunya berharap aplikasi Bersatu Lawan COVID (BLC) akan juga futuristik dan bermanfaat terutama untuk tujuan menghentikan penyebaran COVID-19. Semoga informasi satu data dalam aplikasi ini dapat menumbuhkan kesadaran bersama untuk menjaga diri sendiri dan menjaga orang lain dalam semangat gotong royong.

27
April


Menangguk di air keruh adalah sebuah pribahasa yang paling tepat untuk menggambarkan mereka yang memanfaatkan kondisi dunia yang  sedang dilanda penyebaran virus corona, Covid- 19, untuk mencari keuntungan, termasuk di Indonesia.  Ada sekelompok orang, pedagang atau perusahaan, yang melakukan tindakan tidak terpuji untuk mengeruk keuntungan yang besar dengan mengabaikan kualitas dan harga layak produk.

Beberapa waktu lalu, Kementerian Perdagangan RI telah berhasil menjaring 169 pedagang yang menjual alat kesehatan berkualitas rendah dan 143 pedagang yang menjual bahan pangan di atas harga eceran tertinggi.Mereka ini kemudian dikenai sanksi dengan menutup akunnya dan menghilangkan tautan dari toko daring atau lokapasar (marketplace)

Menurut Direktur Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga Kemendag Veri Anggrijono mengatakan,   mereka dikenai sanksi berdasarkan Undang-Undang Perlindungan Konsumen No. 8 Tahun 1999 dan bahkan Undang-Undang Perdagangan No 7 Tahun 2014.

Produk alat kesehatan yang terindikasi dijual dengan harga tinggi namun berkualitas rendah, adalah hand sanitizer, masker, dan produk kalung Virus Shut Out.

Sedangkan produk barang kebutuhan pokok yang terindikasi menjual di atas harga eceran tertinggi adalah gula kristal putih, minyak goreng, bawang putih, dan gula kristal rafinasi.

Pengawasan terkait dengan harga juga dilakukan terhadap produk makanan yang dikemas ulang (repacking) dan daging beku yang dijual melalui lokapasar dan media sosial.

Pengawasan dan perlindungan terhadap kepentingan konsumen terutama dalam kondisi saat ini tentu sangat penting. Untuk itu Sekretaris Jenderal Kementerian Perdagangan Oke Nurwan, dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi IV Dewan Perwakilan Rakyat di komplek parlemen Jakarta, Rabu minggu lalu (22/04) menegaskan pihaknya akan memberikan perlindungan terhadap konsumen dengan melakukan pengawasan secara intensif di semua platform lokapasar.

24
April


Pemeluk agama Islam merupakan kelompok keagamaan terbesar di dunia. Menurut sebuah penelitian pada tahun 2015, Islam memiliki 1,8 miliar penganut, yang membentuk sekitar 24% populasi dunia. Ramadhan yang merupakan bulan suci bagi kaum Muslim, tahun ini  dimulai  pada tanggal 24 April dan seperti biasa  menjadi momentum penting bagi negara2 Islam. Khususnya Arab Saudi tempat beradanya  dua masjid utama bagi umat muslim   yaitu  Masijidil Haram di kota Makkah dan Masjid Nabawi di  Madinah. Setelah pandemi Covid 19 menyerang berbagai negara termasuk Arab Saudi, ke dua masjid tadi terpaksa  ditutup untuk menghindari sebaran virus mematikan itu. Ramadhan tahun ini pun  menjadi sangat berbeda karena umat tidak bisa melaksanakanberbagai ibadah sebagaimana biasanya. Umroh,  suatu bentuk ibadah massal yang banyak dilaksanakan di bulan Ramadhan otomatis terhenti. Pelaksanaan ibadah Haji tahun ini yang seharusnya berlangsung akhir Juli dikhawatirkan juga tidak bisa dilaksanakan jika sebaran virus corona masih terus melanda dunia.

Di sisi lain, menurut Media Arab Saudi, Raja Salman meski sudah menetapkan penutupan kota Makkah dan Madinah, memutuskan akan tetap membuka dua masjid itu untuk ibadah khas bulan Ramadhan seperti  sholat taraweh dan qiyamul laill setiap malam.  Namun ini  hanya untuk kalangan terbatas seperti keluarga kerajaan  dan karyawannya.  Setelah pelaksanaan ibadah  ke dua masjid tadi akan kembali ditutup.

Sejarah mencatat penutupan musim ibadah haji yang diikuti umat Islam dari seluruh dunia pernah dilakukan sebanyak 40 kali. Pemerintah Arab Saudi tampaknya akan menutup musim haji 2020 jika pandemi virus Covid 19  terus memburuk.

Dengan ditutupnya Makkah Dan Madinah untuk pelaksanaan ibadah Ramadhan dan bahkan kemungkinan ibadah haji tahun ini, maka jelas terlihat betapa dampak  pandemi Covid 19 bagi dunia khususnya umat Muslim.  Bukan hanya  di bidang kesehatan, atau ekonomi semata, ternyata di bidang keagamaan pun terasa.

Semoga pandemic Covid 19 cepat berlalu dan semua kembali seperti semula. Khusunya umat Islam, dapat melaksanakan semua ritual peribadahan tanpa halangan suatu apa.

23
April


Perkembangan pandemi COVID 19 di berbagai belahan bumi, menjadi penentu kebijakan pemerintah negara negara yang terkena pandemi virus berbahaya itu. Di Eropa beberapa negara berencana menghentikan kebijakan Lockdown. Dari Wina diperoleh berita bahwa pemerintah Austria akan segera melonggarkan lockdown minggu depan. Jika itu dilaksanakan maka di kawasan benua Eropa, Austria adalah negara pertama yang akan membuka pusat perbelanjaan dan rumah makan, walau tetap memberlakukan menjaga jarak antar pengunjung. Selain Austria, negara lain yang akan segera melonggarkan aturan penutupan wilayah atau lockdown adalah Denmark. Pemerintah Italia, setelah dua bulan melarang warganya keluar rumah, juga mulai mengendorkan lockdown. Perdana Menteri Giuseppe Conte menyatakan akan melonggarkan aturan pembatasan di beberapa bagian negara itu, akhir pekan ini. Italia yang memulai lockdown sejak 9 Maret adalah negara yang paling terdampak oleh pandemi COVID 19. Di Eropa Timur, Pemerintah Republik Ceko akan mencabut aturan larangan bepergian dan mengizinkan warga asing memasuki negara itu.

Kebijakan mengakhiri lockdown juga akan dilakukan pemerintah Iran. Bahkan dikabarkan lockdown di Teheran juga sudah dicabut. Beberapa provinsi di Iran telah mulai melonggarkan pembatasan ketat pekan lalu dengan mengizinkan warganya bepergian. Walaupun demikian, sekolah dan kegiatan olahraga masih tidak diizinkan beraktivitas. Badan Kesehatan dunia, memperingatkan pemerintah Iran bahwa COVID 19 masih berkecamuk di negara itu. Iran adalah negara Asia setelah China, yang menderita serangan virus Corona dengan korban terbanyak. Sejumlah anggota Parlemen dan pejabat pemerintah bahkan  telah terinfeksi oleh virus yang menyebar dengan mudah itu.

Di Amerika Serikat, Pemerintah Pusat mendorong pelonggaran aturan di beberapa negara bagian. Melalui kicauan di twitter Presiden Donald Trump memberi isyarat bagi dilonggarkannya lockdown di Michigan, Minessota dan Virginia.

New York adalah  salah satu jantung ekonomi dan perdagangan Amerika Serikat yang digugat warganya untuk mengakhiri lockdown. Warga New York mendesak pemerintah untuk segera mencabut aturan yang dianggap sangat membatasi aktivitas sosial. 

Pelonggaran lock down tentunya dilakukan dengan pertimbangan menurunnya persebaran corona dan jumlah yang terinfeksi CONVID 19 di masing-masing negara. Eropa Barat merasakan betul dampak ekonomis dari serangan Corona. Amerika Serikat juga demikian. Tentunya dengan skala yang berbeda. Karenanya perubahan kebijakan terkait perkembangan virus Covid 19   berbeda antara satu negara dengan lainnya.  Iran dan Amerika Serikat misalnya, mempertimbangkan diakhirinya lockdown karena merasakan dampak buruk corona terhadap ekonomi negara.

Masih belum dapat diperkirakan kapan pandemi Convid 19 benar benar akan berakhir. Karena itu tidak dapat juga dipastikan, kapan ekonomi global dan perkenomian setiap  negara akan berangsur pulih. Bisa jadi pasca corona, akan terjadi perubahan tata ekonomi dan politik serta hubungan hubungan antar negara.

22
April


Perkembangan pandemi COVID 19 di berbagai belahan bumi, menjadi penentu kebijakan pemerintah negara negara yang terkena pandemi virus berbahaya itu. Di Eropa beberapa negara berencana menghentikan kebijakan Lockdown. Dari Wina diperoleh berita bahwa pemerintah Austria akan segera melonggarkan lockdown minggu depan. Jika itu dilaksanakan maka di kawasan benua Eropa, Austria adalah negara pertama yang akan membuka pusat perbelanjaan dan rumah makan, walau tetap memberlakukan menjaga jarak antar pengunjung. Selain Austria, negara lain yang akan segera melonggarkan aturan penutupan wilayah atau lockdown adalah Denmark. Pemerintah Italia, setelah dua bulan melarang warganya keluar rumah, juga mulai mengendorkan lockdown. Perdana Menteri Giuseppe Conte menyatakan akan melonggarkan aturan pembatasan di beberapa bagian negara itu, akhir pekan ini. Italia yang memulai lockdown sejak 9 Maret adalah negara yang paling terdampak oleh pandemi COVID 19. Di Eropa Timur, Pemerintah Republik Ceko akan mencabut aturan larangan bepergian dan mengizinkan warga asing memasuki negara itu.

Kebijakan mengakhiri lockdown juga akan dilakukan pemerintah Iran. Bahkan dikabarkan lockdown di Teheran juga sudah dicabut. Beberapa provinsi di Iran telah mulai melonggarkan pembatasan ketat pekan lalu dengan mengizinkan warganya bepergian. Walaupun demikian, sekolah dan kegiatan olahraga masih tidak diizinkan beraktivitas. Badan Kesehatan dunia, memperingatkan pemerintah Iran bahwa COVID 19 masih berkecamuk di negara itu. Iran adalah negara Asia setelah China, yang menderita serangan virus Corona dengan korban terbanyak. Sejumlah anggota Parlemen dan pejabat pemerintah bahkan  telah terinfeksi oleh virus yang menyebar dengan mudah itu.

Di Amerika Serikat, Pemerintah Pusat mendorong pelonggaran aturan di beberapa negara bagian. Melalui kicauan di twitter Presiden Donald Trump memberi isyarat bagi dilonggarkannya lockdown di Michigan, Minessota dan Virginia.

New York adalah  salah satu jantung ekonomi dan perdagangan Amerika Serikat yang digugat warganya untuk mengakhiri lockdown. Warga New York mendesak pemerintah untuk segera mencabut aturan yang dianggap sangat membatasi aktivitas sosial. 

Pelonggaran lock down tentunya dilakukan dengan pertimbangan menurunnya persebaran corona dan jumlah yang terinfeksi CONVID 19 di masing-masing negara. Eropa Barat merasakan betul dampak ekonomis dari serangan Corona. Amerika Serikat juga demikian. Tentunya dengan skala yang berbeda. Karenanya perubahan kebijakan terkait perkembangan virus Covid 19   berbeda antara satu negara dengan lainnya.  Iran dan Amerika Serikat misalnya, mempertimbangkan diakhirinya lockdown karena merasakan dampak buruk corona terhadap ekonomi negara.

Masih belum dapat diperkirakan kapan pandemi Convid 19 benar benar akan berakhir. Karena itu tidak dapat juga dipastikan, kapan ekonomi global dan perkenomian setiap  negara akan berangsur pulih. Bisa jadi pasca corona, akan terjadi perubahan tata ekonomi dan politik serta hubungan hubungan antar negara.

21
April


Hari ini, 21 April diperingati oleh Bangsa Indonesia sebagai Hari Kartini yang merupakan suatu hari peringatan untuk menandai perjuangan emansipasi perempuan dan untuk memiliki kesamaan hak  dalam berbagai kesempatan. Peringatan ini ditetapkan dengan mengambil hari lahir Raden Ajeng Kartini, perempuan priyayi Jawa yang lahir pada 21 April 1879. Pada masanya, Raden Ajeng Kartini dan perempuan-perempuan di wilayahnya, dan sebagian besar aerah di Indonesia tidak memiliki kesempatan yang sama dengan pria untuk menuntut ilmu dan berkegiatan di luar rumah. Lewat korespondensi dengan beberapa temannya di BelandaKartini mengungkapkan keinginannya untuk memajukan perempuan pribumi Kumpulan surat Kartini kepada sahabat-sahabatnya di Belanda dibukukan oleh J.H. Abendanon, Menteri Kebudayaan, Agama, dan Kerajinan Hindia Belanda pada saat itu dengan judul Door Duisternis Tot Licht , arti harfiahnya "Dari Kegelapan Menuju Cahaya" yang diterbitkan pada tahun 1911. Raden Ajeng Kartini menjadi simbol emansipasi perempuan Indonesia.

Perjuangan Raden Ajeng Kartini sudah terlihat hasilnya. Perempuan Indonesia kini memiliki kesempatan yang sama dengan pria, bukan hanya dalam pendidikan, tetapi dalam bidang-bidang lain. Bahkan, Indonesia sudah pernah memiliki perempuan presiden. Setiap tahun, Hari Kartini diperingati dengan bebagai kegiatan yang menonjolkan emansipasi perempuan.

 

Tetapi, tahun ini menjadi lain, di tengah pandemi Covid-19, sebagian perempuan-perempuan pekerja melakukan segala kegiatannya di rumah. Perempuan dituntut untuk memainkan multi perannya. Pada saat tetap melakukan tugas-tugas pekerjaannya di rumah, secara bersamaan mereka melakukan tugas-tugas rumah tangga, sekaligus  mendampingi anak-anaknya yang juga menjalankan kegiatan belajar di rumah. 

 

Peran strategis perempuan menjadi semakin signifikan di tengah berbagai kebijakan untuk tetap di rumah. Seperti yang diungkapkan oleh Menteri Luar Negeri Republik Indonesia, Retno Marsudi dalam pertemuan virtual “Women Foreign Ministers’ Meeting 2020” yang membahas dampak pandemi Covid-19 terhadap kaum perempuanpekan lalu. Dia mengatakan, perempuan adalah aktor yang dapat mendidik komunitas untuk mengambil langkah preventif guna menekan penyebaran virus. Itulah yang sudah dimainkan oleh perempuan Indonesia saat ini.  Tak hanya bagi keluarganya, juga untuk masyarakat banyak.

Pada masa pandemi Covid-19, banyak perempuan Indonesia yang menangkap peluang untuk menghidupkan perekonomian, menciptakan lapangan pekerjaan, sekaligus menjamin ketersediaan alat kesehatan yang dibutuhkan oleh  tenaga medis.   

Sekitar 60 persen usaha mikro kecil dan menengah di Indonesia yang memproduksi masker, baju pelindung, dan hand sanitizer juga dimiliki oleh perempuan.Peluang lain yang ditangkap oleh perempuan adalah menggunakan media sosial, melakukan seminar daring mengenai kontribusi perempuan dalam memerangi pandemi Covid-19. Dalam bidang lain, banyak perempuan yang mempelopori kegiatan sosial menyediakan makanan untuk mereka yang terdampak Covid-19. Secara bergotong royong dan secara sporadic, mereka menyediakan kebutuhan pokok masyarakat  yang membutuhkan di sekitar mereka. Secara nyata, perempuan Indonesia sudah memberdayakan dirinya untuk menjadi bagian dari solusi melawan pandemi.

Meski perempuan menjadi bagian dari kelompok yang rentan terpapar virus corona baru, dengan multi perannya, perempuan menjadi garda terdepan untuk memutus mata rantai penularan Covid-19. Bukan hanya bagi keluarganya, tetapi juga bagi sekelilingnya. Sekaligus memainkan fungsinya sebagai penggerak kegiatan ekonomi. Karena dengan sifat keibuannya, perempuan Indonesia  memiliki keyakinan ada hikmah baik  setelah masa pandemi Covid-19. Seperti yang diungkapkan oleh Raden Ajeng Kartini,   “Tiada awan di langit yang tetap selamanya. Tiada mungkin akan terus-menerus terang cuaca. Sehabis malam gelap gulita lahir pagi membawa keindahan. Kehidupan manusia serupa alam