Pulau Weh merupakan pulau terbesar di kota Sabang , jika dibandingkan dengan pulau-pulau kecil lainnya di Aceh. Pulau yang juga merupakan pulau paling ujung Indonesia ini memberikan pemandangan yang sangat indah dan telah menjadi destinasi wisata yang cukup digemari oleh banyak wisatawan lokal dan internasional. Jika ingin berlibur ke Sumatera , salah satu pilihan wisatanya adalah Pulau Weh ini.
Pulau Weh Sabang bisa Anda kunjungi antara lain dengan transportasi udara . Awalnya anda harus menuju bandar udara Internasional Sultan Iskandar Muda di kecamatan Balang Bintang, Aceh Besar , Provinsi Aceh,dengan armada pesawat yang diinginkan.Atau Anda bisa terbang ke Bandara Kuala Namu , Medan Sumatera Utara kemudian melanjutkan perjalannan menuju Banda Aceh. Namun konsekwensinya dari Medan menuju Aceh membutuhkan perjalanan darat selama 12 jam. Dari pelabuhan Udara Internasional Sultan Iskandar Muda , perjalanan dilanjutkan menuju Pelabuhan Ulee Lheue . Lama perjalanan sekitar 1 jam. Pejalanan ini bisa dilakukan dengan moda transportasi pilihan.Ada dua alternatif moda transportasi untuk menuju pulau tersebut. Yaitu dengan kapak Feri atau kapal cepat.
Di Pulau Weh Sabang ini ada banyak objek wisata yang bisa anda kunjungi. Pulau yang berbatasan langsung dengan negara tetangga ini juga menyuguhkan banyak fenomena yang memberikan pengalaman berharga. Beberapa objek wisata di Pulau Weh kebanyakan adalah objek wisata pesisir dan pantai, diantaranya Pantai Iboih, Tugu Nol Kilometyer, Pantai Kasih, Pantai Tapak Gajah, Pantai Sumur Tiga, Pantai Anoi Itam , Pantai Ujung Kareung, Pantai Pasir Putih, Pulau Rubiah. Ada banyak jenis ikan dan karang yang beraneka ragam dengan warna-warni yang menawan. Jika Anda suka menikmati pemandangan bawah laut, disinilah lokasi yang terbaik dari Pulau Weh. Pulau Weh memiliki perkembangan wisata yang sudah cukup baik. Ada banyak akomodasi penginapan yang bisa disewa.
Edisi kali ini, akan memperkenalkan salah satu tempat wisata di daerah bagian Timur Indonesia, Papua.
Kampung Skouw merupakan sebuah kampung yang berada di di dekat perbatasan Indonesia-Papua Nugini. Tepatnya terletak di distrik Muara Tami, Kota Jayapura, Papua, Indonesia. Distrik Muara Tami ada 3 kampung yaitu Kampung Skouw Yambe, Kampung Skouw Sae, dan Kampung Skouw Mabo. Untuk mencapai ke lokasi, dari Kota Jayapura berjarak sekitar 46 km atau membutuhkan waktu sekitar 1,5 jam hingga 2 jam dengan menggunakan kendaraan roda empat.
Kampung Skouw terkenal gersang dan panas. Oleh sebab itu banyak yang lebih memilih untuk pindah ke Kota Jayapura. Namun, pemandangan Kampung Skouw kini, telah disulap menjadi cantik dan sedap dipandang. Bangunan Pos Lintas Batas Negara yang semakin megah serta gerbang perbatasan pun menjadi lokasi favorit penduduk asli maupun wisatawan yang berkunjung ke tempat ini.
selain berswafoto di Pos Lintas Batas Negara dan gerbang perbatasan, masih ada aktifitas lain yang dapat anda lakukan di Kampung Skouw. Di Kampung Skouw Yambe, anda dapat melihat budidaya penyu. Sejak pertengahan tahun 2017, pemerintah Kota Jayapura menjadikan Kampung Skouw Yambe menjadi tempat wisata penyu. Selain untuk mencegah kepunahan penyu, juga untuk meningkatkan perekonomian warga setempat. Kini wisatawan yang berkunjung dapat melihat dan ikut membudiyakan penyu dimulai dari proses menangkap, bertelur, menetas hingga dilepas kembali ke laut.
Edisi kali ini, akan memperkenalkan salah satu kuliner khas Sumatra Utara. Jadi tetaplah bersama kami di RRI World Service Voice of Indonesia. Saat bulan Ramadan, setiap daerah selalu memiliki panganan khas yang menjadi menu wajib untuk berbuka puasa. Di Medan, Sumatra Utara, tepatnya di daerah Mandailing, pucuk rotan alias Pakat merupakan menu favorit untuk berbuka puasa.Pakat sering disajikan sebagai lalapan maupun pelengkap sayur ikan. Pakat merupakan pucuk rotan yang memiliki tekstur yang sangat lembut sehingga mudah dikonsumsi.
rasa Pakat seperti lalapan pada umumnya, yaitu cenderung pahit.
Cara mengolah Pakat terbilang cukup mudah. Pucuk rotan dipotong sepanjang satu meter lalu dibakar selama setengah jam menggunakan tungku dengan arang atau batok kelapa. Bila sudah matang dan mengeluarkan getah berwarna putih, kupas lapisan luarnya lalu ambil bagian isi. Potong-potong isi pucuk rotan sepanjang 10 sentimeter.Isinya yang putih lembut sudah bisa langsung dikonsumsi untuk dicocol dengan sambal kecap sebagai lalapan. Selain itu, Pakat juga bisa dimasak sayur gulai dengan ikan salai. Selain rasanya yang khas, harga Pakat pun ekonomis. Dengan selembar uang sepuluh ribu rupiah, Anda bisa membawa pulang lima batang Pakat yang sudah dibakar dan dikupas.
Para pedagang Pakat biasanya hanya menjual Pakat bakar serta menyediakan bumbu anyang, yaitu bumbu yang terbuat dari santan kelapa dan daging buah kelapa yang digoreng.Permintaan Pakat saat bulan suci Ramadan cenderung meningkat pesat. Bila pada hari biasa Pakat laku terjual sebanyak 300 batang, maka di bulan puasa mencapai seribu batang per harinya.Selain suku Mandailing, Pakat juga digemari oleh hampir semua orang di Sumatra Utara, termasuk mereka dari suku Jawa dan Padang yang tinggal di sana.Mereka percaya bahwa Pakat dapat meningkatkan nafsu makan. Itu sebabnya pakat selalu dikonsumsi sebagai menu buka puasa maupun jelang sahur.
rasa Pakat yang pahit membuat makanan lain terasa jauh lebih enak. Manfaat lain Pakat adalah untuk menjaga kesehatan.Pakat dipercaya dapat mengobati penyakit kencing manis, malaria dan darah tinggi. Untuk mengobati kencing manis, konsumsi Pakat tanpa nasi.Di daerah asalnya, Tapanuli Selatan, Pakat tak hanya dijadikan menu buka puasa, tetapi sekaligus makanan adat saat upacara-upacara khusus bagi masyarakat Tapanuli Selatan dan Mandailing Natal.
anda Berminat mencicipi pakat?. Segeralah menuju Sumatera Utara saat bulan Ramadan karena Pakat termasuk kuliner musiman. Jika Anda ingin mencari Pakat, sangat mudah menemukannya di pinggir-pinggir jalan kota Medan maupun di restoran. Misalnya di Jalan Karya Medan, Jalan Suka Ramai, Simpang Aksara, Jalan Denai, di bawah tol dan di beberapa lokasi lainnya.
Hari ini kami akan memperkenalkan Malamang, kegiatan membuat makanan tradisional yang disebut lemang di Sumatera Barat.
menjelang bulan Ramadhan, atau pada kegiatan keagamaan lain, setiap daerah memiliki tradisinya sendiri dalam merayakannya. Salah satunya Sumatera Barat, khususnya Minangkabau dengan Tradisi Malamangnya.
tradisi Malamang ini memiliki arti “Memasak Lemang”. Lemang adalah penganan yang berasal dari bahan ketan, kemudian di masukkan ke dalam bambu yang sudah berlapis daun pisang muda. Kemudian di panggang di atas bara api. Biasanya Lemang disajikan dengan tapai atau ketan hitam yang sudah difermentasikan. Lemang ini akan disajikan untuk para tamu yang hadir dalam acara adat tersebut.
kegiatan Malamang ini dapat ditemui hampir di seluruh wilayah Minangkabau, baik di daerah darek (darat), seperti Solok, Bukittinggi, Payakumbuh ataupun daerah pesisir seperti, Padang, Pariaman, dan Painan. Dalam adat Minang, Tradisi Malamang ini dilakukan secara bergotong-royong, dan tidak dilakukan oleh pribadi untuk kepentingan pribadi. Tradisi ini merupakan bagian dari kebiasaan yang dilakukan secara bersama oleh sekelompok masyarakat atau kerabat. Pelaksanaan Tradisi Malamang ini, dilaksanakan untuk kepentingan tertentu, beberapa hari sebelum datangnya bulan Ramadhan, acara Maulid Nabi, dan acara adat lainnya.
untuk menyambut datangnya bulan Ramadhan sebagai event yang penting dalam acara saling bermaaf-maafan, Lemang dihidangkan pada saat menerima tamu yang berkunjung untuk silahturahmi. Penghidangan Lemang sebagai menu kudapan dianggap sebagai bentuk penghormatan terhadap tamu. Sementara itu, di sebagian masyarakat Minangkabau seperti di Solok, tradisi Malamang juga dilaksanakan pada saat memperingati hari kematian. Biasanya pada peringatan empat belas hari kematian, empat puluh hari kematian, atau seratus hari kematian. Tujuannya pun tidak jauh berbeda dengan yang lain, yaitu untuk menjamu tamu.
Hari ini akan mengajak anda untuk mengagumi keindahan salah satu pantai yang terdapat di Lombok, yaitu Pantai Tanjung Aan. Pulau Lombok memang terkenal memiliki pantai-pantai yang mengagumkan, terlebih di wilayah selatan Pulau Lombok. Salah satunya adalah Pulau Tanjung Aan. Satu hal yang membedakan Pantai Tanjung Aan dengan pantai-pantai lainnya yang ada di Lombok adalah pasirnya yang berbentuk bulat seperti merica. Pantai Tanjung Aan sangat tepat bagi anda yang gemar bersnorkling dan berenang. Karena Ombak di Pantai Tanjung Aan ini cukup tenang dengan kedalaman yang relative dangkal。
Pantai Tanjung Aan ini dikelilingi oleh beberapa bukit. Anda bisa dengan mudah mencapai bukit tersebut untuk melihat pemandangan Pantai Tanjung Aan yang indah dari ketinggian. Di sekitar pantai Tanjung Aan ini, anda akan melihat beberapa payung kayu dengan rajutan jerami sebagai atapnya. Dan salah satu cara untuk menikmati Pantai Tanjung Aan ini adalah dengan berbaring di bawah payung tersebut sambil menikmati kelapa muda yang dijajakan di pantai ini. Dan kalau anda lapar, anda bisa memilih restoran yang menyediakan berbagai macam masakan dari daerah lain dan juga menu-menu masakan setempat.
Pantai Tanjung Aan terletak sekitar 75 Km dari kota Mataram . Jika anda dari kota Mataram menggunakan kendaraan pribadi, maka anda akan menempuh perjalanan tersebut kurang lebih 1, 5 jam, dengan rute Mataram-Cakranegara-Kediri-Praya-Batunyale- Sengkol-Rambitan-Sade-Kuta dan terakhir Tanjung Aan. Selain kendaraan pribadi , disarankan untuk menyewa sepeda motor atau mobil dari kota Mataram, karena sarana angkutan umum akan membuang waktu dan relatif lebih repot.
sebelum anda mengunjungi Pantai Tanjung Aan, ada beberapa persiapan yang harus diperhatikan; karena sangat panas, pastikan juga untuk membawa kacamata hitam, penutup kepala seperti topi dan juga memakai tabir surya. Selain itu tentu saja jangan lupa untuk membawa baju ganti apabila anda berencana untuk melakukan kegiatan di air. Disarankan juga untuk memakai alas kaki seperti sepatu yang nyaman, sehingga anda tidak akan direpotkan apabila anda mendaki bukit di pantai Tanjung Aan ini. Dan yang terpenting jangan sampai lupa membawa kamera, untuk mengabadikan keindahan Pantai Tanjung Aan . Anda tidak perlu khawatir apabila anda lupa membawa peralatan snorkeling, karena di pantai ini tersedia persewaan alat untuk snorkeling. Dan waktu yang tepat untuk snorkeling adalah menjelang sore, karena pada saat itu permukaan air laut akan mulai naik, dan menjadikan Pantai Tanjung Aan ini tempat yang tepat untuk berselancar。
Pada edisi kali ini, akan memperkenalkan ‘’ Bubur Kanji Rumbi, Masakan Khas Aceh Untuk Berbuka Puasa’’.
Bubur adalah jenis makanan yang dimasak sampai bahannya menjadi sangat lunak. Selain berbahan dasar beras, bubur juga bisa dibuat dari ketan atau kacang hijau. Makanan ini dapat dengan mudah ditemukan di mana-mana. Karena teksturnya yang lembut, bubur juga dapat dikonsumsi oleh anak balita sampai orang lanjut usia. Setiap daerah di Indonesia mulai Aceh hingga Papua punya jenis bubur. Budaya makan bubur dibawa para pedagang China saat bertransaksi di Nusantara. Sejak itu kebiasaan tersebut mulai ditiru oleh orang Indonesia hingga sekarang.Di Indonesia, bubur yang memiliki rasa asin jenisnya cukup beragam dan memiliki perbedaan di setiap daerah. Misalnya, bubur ase khas Betawi, bubur Manggul khas Madura, bubur tinutuan dari Manado, atau bubur Kanji Rumbi khas Aceh. Bubur Kanji Rumbi merupakan bubur berbuka puasa khas Aceh yang tak pernah ketinggalan untuk disajikan di bulan Ramadhan.
Bubur ini kaya nutrisi dengan aneka sumber protein dan sayuran yang membuat hidangan terasa istimewa. Biasanya di bulan Ramadhan, masjid-masjid besar akan membuat hidangan berbuka puasa ini dalam jumlah besar. Bubur tersebut akan disajikan saat berbuka bersama di masjid. Jika bubur tersebut masih ada, bubur akan dibagikan ke seluruh warga sekitar masjid serta musafir.Bubur kanji memliki rasa yang khas karena kaya akan bumbu. Bahan utamanya adalah beras dan sayar-sayuran serta rempah-rempah yang telah digiling. Ada kentang, wortel, kunyit, jahe, bawang, daun sop, santan kelapa, daun pandan, serai, serta lainnya. Bagi masyarakat Aceh, kanji rumbi bukan sekadar makanan berbuka puasa, tapi juga memiliki multi khasiat yang ampuh sebagai obat masuk angin dan maag.Memasak bubur ini butuh waktu dua sampai tiga jam, dalam belanga bergaris-tengah semeter lebih, dan api di tungku yang menggunakan kayu bakar tak boleh padam. Karena itu kayu bakar harus selalu tersedia.
Menjaga tradisi memasak Kanji Rumbi adalah kesepakatan bersama seluruh masyarakat desa. Dananya dikumpulkan bersama oleh warga sebelum Ramadan. Hal ini bertujuan menjaga silaturahmi sesame warga. Di Banda Aceh, selain di Masjid Beurawe, Kanji Rumbi dapat ditemui di pusat-pusat kuliner. Di luar Ramadan, sangat sulit mencari bubur khas yang berkhasiat itu.
Di Indonesia sebagian besar umat muslim memiliki tradisi yang sama dalam merayakan Lebaran atau Idul Fitri. Mereka ada yang mudik atau pulang kampung untuk merayakan Lebaran, Shalat Ied, Silaturahmi dan ziarah. Umat muslim juga menyajikan ketupat dan opor sebagai kuliner pada hari Raya Lebaran. Selain itu, di Indonesia juga memiliki beragam adat istiadat , suku dan budaya . Salah satu tradisi yang unik sehubungan dengan Lebaran adalah tradisi Meriam Karbit di Pontianak, Kalimantan Barat.
Tradisi Meriam Karbit memiliki sejarah yang menarik. Konon, dahulu Kesultanan Kadriah di Pontianak yang berdiri pada tahun 1771 – 1808 membunyikan meriem untuk mengusir hantu, khususnya kuntilanak yang ada di Kota Pontianak. Karena pada waktu itu, Raja pertama Pontianak yang bernama Syarif Abdurrahman Alkadrie ketika membuka lahan untuk bertempat tinggal di Pontianak sempat diganggu oleh hantu-hantu. Lalu Sultan memerintahkan pasukannya untuk mengusir hantu itu dengan meriam . Pontianak menurut cerita adalah sebuah kota yang memiliki hantu kuntilanak. Karena pada dasarnya Pontianak berasal dari kata bunting dan anak. Selain itu bunyi yang keras dari meriam karbit menandakan waktu azan magrib.
Sekarang ini seiring berjalan waktu, meriam karbit dihidupkan untuk daya tarik pariwisata. Meriam tradisional ini dibuat dari kayu pohon durian atau pohon kelapa yang cukup keras dan kemudian diikat dengan tali rotan seberat 100 kg, agar meriam tidak bergerak pada waktu berdentum. Selain itu meriam dicat dengan warna-warni yang menarik. Panjang meriam karbit kurang lebih 4-7 meter. Meriam karbit ini dilubangi bagian tengah untuk disulut api hingga meriam berbunyi. Untuk satu kali permainan dibutuhkan sekitar 3-5 ons karbit.
Meriam yang akan turut serta dalam permainan Tradisional Meriam Karbit harus mengikuti persyaratan yang sudah ditentukan oleh forum komunitas Tradisi Meriam Karbit, seni dan budaya Pontianak. Persyaratan itu antara lain, meriam harus dihias dengan beragam dekorasi, seperti berlatar belakang masjid. Oleh karena itu untuk membuat 1 meriam biaya yang diperlukan sekitar 3 sampai 5 juta rupiah. Permainan tradisi Meriam karbit ini menjadi keunikan tersendiri di kota Pontianak dalam menyambut Hari Raya Idul Fitri. Bahkan permainan tradisional Meriam Karbit sekarang dilombakan dan sudah masuk dalam kalender pariwisata . Kegiatan ini menjadi yang sangat dinantikan oleh masyarakat kota Pontianak.
Lokasi dari Permainan Tradisi karbit ini adalah di sepanjang bantaran Sungai Kapuas. Biasanya permainan ini dimulai sejak 3 malam sebelum Lebaran. Meriam karbit sudah berjajar di dua sisi bantaran sungai Kapuas. Menjelang azan magrib meriam ditembak sebagai penanda waktunya buka puasa. Dentumannya sangat keras bahkan terdengar hingga radius 5 Km.
Sulawesi Utara tak hanya terkenal akan keindahan tempat wisatanya, tapi juga beragam kuliner khasnya yang unik. Cita rasa kuliner khas Sulawesi Utara pun tak kalah dengan kuliner dari daerah lain di Indonesia. Oleh karena itu, tak lengkap rasanya jika mengunjungi Sulawesi Utara tanpa menyicipi kuliner khas Sulawesi Utara. Salah satu kuliner khas Sulawesi Utara yaitu Sate Kolombi.
Sate kolombi berbahan dasar daging kolombi yaitu siput dengan ukuran yg cukup besar yang berwarna emas atau hitam. Kolombi ini banyak ditemukan hidup di Danau Tondano. Untuk mendapatkan kolombi, biasanya para pencari menggunakan jaring. Selain itu, mereka harus datang di pagi hari, karena jika sudah mulai terasa panas maka kolombi yang muncul di permukaan air, menenggelamkan dirinya ke dalam danau.
Kuliner khas Sulawesi Utara ini bisa anda temukan di Kawasan Kuliner Boulevard Tondano, Kabupten Minahasa, Sulawesi Utara. Terdapat puluhan warung makan yang berjejer di sepanjang jalan. Selain itu, lokasinya yang berada di kawasan persawahan, membuat anda dapat mencoba Sate Kolombi ini sekaligus melihat pemandangan yang dapat memanjakan mata. Sebab, kawasan ini berada di anah datar dan dikelilingi pegunungan yang membentuk lingkaran sehingga seolah anda berada di sebuah kawah raksasa.
cita rasa Sate Kolombi ini pedas karena sesuai dengan selera mayoritas masyarakat di Sulawesi Utara. Bumbu-bumbu yang dipakai adalah bawang putih, bawang merah, cabai rawit, jahe, kemiri, kunyit, jeruk nipis, gula, dan garam. Cara memasaknya pertama pisahkan daging dengan cangkangnya. Setelah itu daging direbus dan dibersihkan. Kemudian gigi keong yang masih tersisa dikeluarkan. Setelahnya, daging direndam dengan bumbu-bumbu. Setelah beberapa jam direndam, daging kemudian direbus untuk membuat dagingnya empuk. Lalu daging pun siap dibakar. Setelah dibakar, campuran bumbu yang sudah disiapkan terlebih dahulu lalu disiram ke atas Sate Kolombi.
Memasuki salah satu situs bersejarah di Minahasa Utara ini butuh sedikit perjuangan. Letaknya yang berada di belakang perumahan dan lahan penduduk membuat salah satu situs bersejarah di Sulawesi Utara ini agak tersembunyi. Inilah Situs Waruga Sawangan yang merupakan kuburan tua peninggalan zaman megalitik orang Minahasa.
Waruga di Minahasa diperkirakan berkembang pada sekitar awal abad ke-13 sebelum Masehi. Kemunculan Waruga pertama kali di daerah Bukit Kelewer, Treman, dan Tumaluntung, Kabupaten Minahasa Utara. Kemunculan Waruga kemudian terus berkembang di berbagai daerah di Sulawesi Utara hingga awal abad ke-20 Masehi.
Pada zaman pra-sejarah masyarakat Minahasa masih percaya jika roh leluhur memiliki kekuatan magis. Untuk itu, kuburan dibuat secara khusus dan seindah mungkin. Waruga terdiri dari dua bagian, bagian badan dan bagian tutup. Bagian badan berbentuk kubus dan bagian tutup berbentuk menyerupai atap rumah
Uniknya, waruga tidak dibuat oleh kerabat atau keluarga dari orang yang meninggal akan tetapi dibuat sendiri oleh orang yang akan meninggal. Ketika orang itu akan meninggal maka dengan sendirinya akan memasuki waruga yang dibuatnya itu setelah diberi bekal kubur lengkap. Suatu hari bila itu dilakukan dengan sepenuhnya akan mendatangkan kebaikan bagi keluarga yang ditinggalkan.
Sebenarnya di Sulawesi Utara banyak terdapat situs Waruga, salah satunya di Desa Sawangan Kecamatan Airmadidi, Kabupaten Minahasa Utara. Terdapat 143 buah Waruga di desa ini yang dibagi dalam beberapa ukuran yang dikelompokkan menjadi 3 kelompok.
kelompok pertama, Waruga berukuran kecil dengan ketinggian antara 0-100 cm sebanyak 10 buah. Kedua, Waruga berukuran sedang dengan ketinggian antara 101-150 cm sebanyak 52 buah. Ketiga, Waruga berukuran besar dengan ketinggian antara 151-250 cm sebanyak 81 buah.
Waruga sendiri berasal dari bahasa Tombulu, yakni dari suku kata Wale Maruga yang memiliki arti rumah dari badan yang akan kering. Waruga juga memiliki arti lainnya yakni Wale Waru atau kubur dari Domato atau sejenis tanah lilin.
Hari ini akan memperkenalkan Tradisi Dugderan dari Jawa Tengah. beberapa daerah memiliki tradisi yang dilakukan untuk menyambut datangnya bulan suci Ramadhan. Salah satunya adalah tradisi Dugderan dari Semarang, Jawa Tengah. Tradisi Dugderan ini sudah dilakukan sejak tahun 1881 dan sampai saat ini masih dilakukan oleh masyarakat Semarang. Bedanya Dugderan saat ini berupa pesta rakyat yang rangkaian acaranya adalah tari-tarian, karnaval, dan tabuh bedug.
nama Dugderan berasal dari “Dug” yang merupakan suara pukulan bedug, dan “Der” yang merupakan suara ledakan petasan. Nama tersebut sebagai penanda puasa, yakni diawali dengan bedug dan diakhiri dengan petasan. Tradisi ini digelar untuk mengingatkan warga bahwa bulan Ramadhan sudah dekat. Selama seminggu sebelum bulan Ramadhan, akan ada pasar kaget yang menjual berbagai macam barang, dan ada maskot yang terkait dengan festival ini, yaitu “Warak Ngendok”.
Dugderan akan berakhir satu hari sebelum puasa, dan acara puncak tradisi dugderan diisi dengan karnaval budaya. Karnaval budaya ini biasanya dimulai dari halaman balaikota Semarang. Pembukaan acara ditandai dengan pemukulan bedug oleh Walikota Semarang.
Usai upacara pembukaan, Walikota menaiki kereta kencana yang dikawal oleh Pasukan Pandanaran menuju Masjid Agung Semarang Kauman. Disana Walikota akan disambut Warak Ngendok. Warak Ngendok ini mewakili akulturasi budaya dari keragaman etnis yang ada di Kota Semarang, yaitu etnis Tiongkok, Arab dan Jawa.
tradisi Dugderan telah dimulai sejak tahun 1881 pada masa pemerintahan Bupati Kyai Raden Mas Tumenggung Purbaningrat, didasari oleh keprihatinan beliau terhadap kedamaian masyarakat Semarang, karena adanya gerakan yang memecah belah sejak kedatangan Kolonial Belanda. Sampai terjadi pengelompokan masyarakat di Semarang.
Tradisi Dugderan ini dimaksudkan untuk mengumpulkan seluruh lapisan masyarakat dalam suasana suka cita untuk bersatu, berbaur dan bertegur sapa tanpa pembedaan. Selain itu dapat dipastikan pula awal bulan Ramadhan secara tegas dan serentak berdasarkan kesepakatan Bupati dengan imam Masjid. Sehingga terlihat semangat pemersatu sangat terasa dalam tradisi tersebut.