Indonesia terkenal akan kulinernya yang lezat dan kaya akan cita rasa. Tanpa terkecuali kuliner di Provinsi Sumatera Utara. Ada salah satu kuliner khas Batak yaitu Arsik, yang begitu lezat dan menggugah selera.
Arsik merupakan kuliner khas Batak yang begitu lezat karena kaya akan bumbu rempah. Nama lain dari kuliner berbahan dasar ikan mas berwarna merah ini ialah Na Niarsik. Nama ini diambil berdasarkan proses memasaknya. Na Niarsik berarti proses memasaknya dengan cara dimarsik atau dikeringkan. Jadi, ikan ini dimasak secara terus menerus sampai kuahnya kering hingga bumbunya menyerap ke ikan tersebut.
Arsik begitu penting dalam adat Batak. Menurut kepercayaan masyarakat, ikan yang dimasak secara utuh ini merupakan perlambang keutuhan hidup manusia. Oleh karena itu, Arsik bukan sekedar hidangan biasa karena erat kaitannya dengan filosofi adat masyarakat Batak.
dalam upacara adat tertentu ada tata cara khusus dalam menyajikan kuliner Arsik ini. Salah satunya adalah tata cara penataan kuliner ini. Selain ikannya harus berbentujk utuh dari kepala hingga ekor, sisiknya pun tak boleh dibuang. Selain itu, posisi kepala ikan tersebut disajikan menghadap ke pihak yang menerima. Jumlah yang diberikan pun harus ganjil, seperti, satu, tiga, lima, dan tujuh. Satu ekor diberikan untuk pasangan pengantin baru. Tiga ekor untuk pasangan suami-istri yang sudah memiliki anak. Sedangkan lima ekor untuk pasangan atau orang tua yang sudah memiliki cucu, dan tujuh ekor adalah untuk pemimpin masyarakat Batak.
jumlah Arsik yang diberikan beragam karena ada maksud di dalamnya. Misalnya, tiga ekor ikan diberikan untuk pasangan suami-istri yang telah memiliki anak. Hal itu adalah untuk melambangkan jika anggota keluargamereka bertambah satu orang. Satu untuk sang Ayah, satu untuk sang Ibu dan satu lagi untuk sang anak yang baru lahir tersebut. Sedangkan, bagi pasangan yang baru menikah, jumlah ikan yang diberikan orang tua si gadis hanya satu ekor karena untuk melambangkan kedua orang yang mengikat diri dalam jalinan pernikahan tersebut telah menjadi satu.
Edisi kali ini, akan memperkenalkan “Tradisi Ngaturan Buah atau tradisi persembahan durian di desa Sidatapa , Bali.
Desa Sidatapa, Kecamatan Banjar, merupakan salah satu desa yang kaya dengan produksi durian lokal. Pada musim panen tiba ada ritual unik yang dilakukan warganya.Ritual itu dilakukan dengan persembahan durian yang dihasilkan melalui sebuah upacara “Ngaturan Buah.”. Tradisi ini sudah berlangsung secara turun temurun. Kemungkinan sejak tahun 735 saka atau sekitar tahun 767 masehi. Upacara Ngaturan buah biasanya akan dilangsungkan selama tiga hari. Ritual itu dilangsungkan sebagai wujud ucapan syukur dan ungkapan terima kasih pada Dewa yang memelihara tumbuhan.
Ritual “Ngaturan Buah “ itu dilangsungkan sebagai wujud ucapan syukur dan ungkapan terima kasih pada Dewa yang memelihara tumbuhan. Ritual Ngaturan Buah dilakukan di Pura Bale Agung. Masing-masing warga membawa tiga butir buah durian. Para perempuan membawa durian dengan menempatkannya dalam besek. Sementara para pria membawanya dengan menggunakan kisa, atau sangkar ayam yang terbuat dari daun kelapa. Setelah upacara di Pura Bale Agung ini, baru dilanjutkan dengan upacara di kebun di rumah.
Pada hari pertama, warga desa wajib membawa tiga butir buah durian. Apabila ada yang memiliki buah-buahan lain, dipersilahkan mengumpulkan ke pura. Biasanya masyarakat yang memiliki buah manggis, akan membawa sedikitnya tiga kilogram manggis.
Sementara yang memiliki buah rambutan, membawa sedikitnya tiga ikat.Hari kedua, masyarakat kembali wajib membawa dua buah durian. Sedangkan pada hari ketiga, hanya satu buah durian yang wajib dibawa.Warga tidak berani melanggar dan mereka mengerti betul sehingga kalau kebetulan di kebun tidak ada buah, maka bisa membeli atau bahkan meminta ke kerabat atau tetangga.
Tradisi ritual diakhiri dengan sembahyang bersama. Habis sembahyang, warga desa dipersilakan pulang ke rumah masing-masing dengan membawa kembali buah yang sudah mereka haturkan. Berdasarkan kepercayaan kami, sebelum ada tradisi ngaturan buah dilakukan, warga tidak boleh menghaturkan buah hasil panennya di rumah ataupun di kebun. Persembahan pertama harus di Pura Desa, sebagai wujud syukur kepada Sanghyang Sangkara, dewa tumbuh-tumbuhan, dan juga leluhur yang berasal dari Gunung Raung.
salah satu tokoh warga Desa Sidatapa I Wayan Ariawan mengatakan ritual yang tidak ada di daerah lain ini layak untuk dikembangkan sebagai daya tarik wisata. Untuk itu, dia mencoba merintis agar setiap ada ritual ini , digelar juga festival. Selain untuk melestarikan tradisi, pengunjung bisa menikmati durian yang dihasilkan petani. Dampaknya akan memberikan keuntungan dari penjualan durian yang lebih banyak dari biasanya.
Jawa Timur memiliki berbagai macam makanan khas yang sudah cukup terkenal seperti Pecel, Rawon, Rujak Cingur, dan lain-lain. Selain makanan tersebut, Jawa Timur, khususnya Blitar memiliki makanan camilan atau snack bernama Enting Geti.
Enting Geti ini merupakan snack tradisional khas Blitar yang terbuat dari kacang, wijen dan gula merah. Makanan ini biasanya dihidangkan pada hari raya atau pernikahan untuk menyambut para tamu. Gurihnya kacang bercampur wijen ini memberikan sensasi rasa yang sedikit berbeda. Gurih, renyah dan manisnya gula merah berpadu membuat camilan ini selalu diminati tak hanya oleh masyarakat Blitar, tetapi juga wisatawan yang datang ke kota ini. Enting Geti memiki rasa yang khas dan tahan lama, oleh karena itu camilan tersebut sangat pas dijadikan oleh-oleh saat liburan ke Blitar. Enting Geti biasanya diproduksi di Kecamatan Kademangan, daerah yang terletak di tengah-tengah Kabupaten Blitar. Hal ini sangat mempermudah pemasaran keseluruh lingkup Kabupaten. Snack tradisional ini akan terasa nikmat ketika disantap bersama kopi saat bersantai.
proses pembuatan Enting Geti cukup sederhana. Pertama-tama, kacang tanah di sangrai hingga matang, atau berubah warna menjadi coklat keemasan. Angkat dan tumbuk kacang tersebut, tapi jangan terlalu halus. Kemudian, campur gula merah, gula pasir, dan vanili menjadi satu, dan tambahkan air secukupnya dan direbus sambil diaduk-aduk hingga gula larut dan mengental menjadi seperti sirup. Setelah itu masukkan kacang tanah ke dalam air gula yang mengental tersebut dan aduk-aduk agar tercampur rata dan mengental. Lalu, masukkan adonan ke loyang yang telah dialasi dengan kertas minyak, lalu ratakan. Setelah mengering, potong geti menjadi ukuran yang sesuai selera. Harga seporsi Enting Geti bervariasi antara Rp. 5.000 hingga Rp. 35.000.
Hari ini akan memperkenalkan kepada anda Nasi Punel yang merupakan kuliner dari Bangil, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. Jadi tetaplah bersama kami di RRI World Service Voice of Indonesia. Selain melalui gelombang pendek, anda juga dapat mendengarkan siaran kami melalui voinews.id
wisata kuliner pada saat liburan atau melakukan perjalanan ke suatu tempat atau daerah, bagi sebagian besar orang merupakan suatu keharusan. Indonesia yang terdiri dari beragam daerah memang memiliki beragam kuliner yang bisa ditemukan di setiap pelosok daerah negeri ini. Kali ini kita akan mengajak anda ke Jawa Timur, yang merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki beragam kuliner dengan ciri khas daerahnya yaitu: “Nasi Punel dari Bangil”, Bangil sebuah kecamatan yang menjadi ibu kota Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, Itulah topik bahasan Pesona Indonesia kita kali ini.
Nasi Punel berasal dari kata pulen, yang berarti pulen, yaitu matangnya pas, tidak terlalu kering dan juga tidak terlalu lembek. Nasi Punel dibuat dari beras pada umumnya. Bedanya hanya dari cara memasaknya. Agar nasinya pulen, maka beras yang sudah dicuci bersih direndam dengan air panas kurang lebih lima belas sampai dua puluh menit. Baru kemudian ditanak seperti biasa.
Pada awalnya hanyalah makanan yang dijajakan keliling dari kampung ke kampung pada pagi hari. Nasi Punel yang dikemas dengan lembaran daun pisang ini semakain lama semakin digemari masyarakat sebagai makanan khas sarapan pagi. Karena pembeli semakin banyak, maka penjaja Nasi Punel akhirnya membuka warung di pinggir jalan. Dan semakin lama warung yang menjual Nasi Punel semakin banyak. Biasanya nasi Punel ini untuk sarapan, makanya warung nasi Punel mulai buka pagi hari dari jam 07.00 sampai jam 17.00 sore. Karena ketika memasuki jam makan siangpun, warung-warung yang menjual nasi Punel juga ramai dikunjungi pembeli.
Nasi Punel merupakan nasi campur, karena di dalamnya terdiri dari beragam lauk pauk, seperti tahu, tempe, ayam bumbu Bali, sambal kacang panjang yaitu potongan kacang panjang mentah yang dicampur sambal tomat yang pedas, sayur nangka muda, pepes kelapa dan beragam gorengan daging sapi, babat, usus hingga paru yang gurih. Nasi Punel ini memiliki rasa pedas dan bumbu rempah yang kuat. Untuk menambah kenikmatan Nasi Punel ini biasanya di atas nasi pulen ini masih ditambah dengan taburan serundeng, yaitu parutan kelapa yang disangrai dengan bumbu.
Sebungkus nasi punel ini bisa untuk mengganjal perut anda dari pagi hingga siang hari. Dan dengan uang Rp. 10.000 hingga Rp. 20.000 anda bisa mendapatkan Nasi Punel komplit dengan berbagai tambahan lauk pauk sesuai keinginan anda. Sampai saat ini Nasi Punel masih mempertahankan kemasannya dengan daun pisang .
Nasi Punel yang menjadi makanan khas Kota Bangil ini dapat dengan mudah anda jumpai di sejumlah tempat di kota Bangil. Selain itu di sepanjang jalan Pantura, yaitu Raya Gempo-Bangil-Pasuruan dan ada juga yang di pasar dan sudut –sudut kota. Biasanya warung-warung yang menjual Nasi Punel ini tidak terlalu luas dan cenderung sempit, tetapi walaupun demikian para pelanggan tidak mempersoalkan tempat meja kursi yang kadang berhimpitan satu sama lain.
Ada yang mengatakan justru yang seperti inilah yang membuat kesan , karena mempertahankan suasana menyantap makanan khas nasi Punel. Walaupun warung-warung yang menjual nasi Punel ini tetap mempertahankan keasliannya, ternyata para pelanggan tetap menyukainya. Penjual juga berpendapat walaupun dikemas dalam suasana yang sederhana tetapi kualitas dan cita rasa kuliner nasi punel ini tetap terjaga. Bahkan penjual Nasi Punel tetap optimis bahwa keberadaan Nasi Punel akan dicari sepanjang masa.Demikianlah edisi Pesona Indonesia kali ini, dengan topik Nasi Punel, kuliner dari Bangil, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur..Bila anda sedang berada di Jawa Timur tepatnya Pasuruan, jangan lupa untuk mencoba Nasi Punel sebagai sarapan atau makan siang anda.
Jakarta sebagai kota metropolitan punya segudang aktivitas, termasuk penyelengaraan berbagai festival bertaraf nasional maupun internasional, diantaranya Festival kuliner. Ketika kota Jakarta merayakan ulang tahun, warganya bisa dengan mudah menemukan aneka makanan dan minuman khas kota Jakarta dan diakui sebagai bagian dari budaya kota Jakarta, yaitu budaya kuliner.Saat ini kuliner khas Betawi lebih sering hanya ditemukan di festival-festival budaya. Sebagai konsumsi harian, makanan-makanan khas Betawi tersebut sangat sulit ditemukan. Perkembangan zaman, menjadi salah satu alasan mengapa kuliner tradsional tidak lagi sepopuler dulu. Meski kini banyak restoran yang menyajikan hidangan lokal dan tradisional, tapi masih banyak makanan tempo dulu yang mulai punah.
Salah satu kuliner tradisional Indonesia adalah Kue Dongkal, jajanan tradisional masyarakat Betawi. Saat ini tidak mudah untuk mendapatkan kue yang di Jawa Barat dikenal sebagai awug. Tapi di kawasan pinggiran Jakarta, masih ada beberapa tempat yang menyediakan jajanan dari beras ini, di antaranya ada di Jalan Raya Cipayung, Jembatan Serong, Kecamatan Cipayung, Depok, dan kawasan Sawangan, Depok.
Kue Dongkal terbuat dari tepung beras, sagu, gula merah, dan atasnya ditaburi dengan parutan kelapa. Kue ini dibuat dengan cara yang masih tradisonal, yaitu dengan cara dikukus menggunakan dandang dan kerucut tumpeng.
Cara membuat kue ini adalah: pertama, tepung beras harus dikukus di dalam dandang hingga menggumpal. Setelah menggumpal tambahkan sagu kemudian adonan tersebut dimasukkan kedalam kerucut tumpeng yang terbuat dari anyaman bambu dan tambahkan gula merah yang telah diiris-iris. Adonan tersebut selanjutnya dikukus lagi hingga matang. Setelah matang, Kue Dongkal biasanya disajikan hangat diatas daun pisang dengan taburan parutan kelapa di atasnya. Rasa Kue Dongkal gurih dan manis, karena gula merahnya yang agak mencair dan bertekstur lembut.
Edisi kali ini, akan memperkenalkan salah satu tempat wisata di Lombok, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Jadi, tetap bersama kami di RRI World Service-Voice Of Indonesia yang bisa anda dengar melalui gelombang pendek di 9525kHz, live streaming di www.voinews.id atau aplikasi rri play di android anda.
di Lombok, Nusa Tenggara Barat, tersebar banyak pulau kecil atau gili kecil. Namun, diantara banyak gili tersebut, ada dua gili yang masih asri dan begitu eksotis. Kedua gili tersebut bernama Gili Sudak dan Gili Kedis.
Gili Sudak merupakan sebuah pulau kecil yang dikelilingi pantai indah. Terletak di Kecamatan Sekotong Barat, Desa Medang, Dusun Batu Kijuk, Lombok Barat, Gili Sudak memiliki luas sekitar 30 hektar. Meski merupakan sebuah pulau kecil, Gili Sudak begitu eksotis dengan pasir putih dan air yang begitu jernih. Saat ini, wisatawan sudah mulai banyak yang mengetahui Gili Sudak. Namun jika dibandingkan dengan Gili lain yang sudah lebih terkenal terlebih dahulu, seperti Gili Trawangan, Gili Menok, dan Gili Air, Gili Sudak tetap terbilang lebih sepi. Jadi, bagi anda yang ingin bersantai sambil menikmati keindahan alam dengan suasana yang lebih tenang, anda dapat menjadikan Gili Sudak sebagai tempat wisata yang wajib dikunjungi. Tetapi, tempat wisata ini masih minim fasilitas, hanya ada sebuah rumah makan yang hampir semua menu makanannya berupa seafood. Jadi, jangan lupa membawa bekal makanan dan minuman yang cukup jika berkunjung ke Gili Sudak.
Gili Kedis juga merupakan sebuah pulau kecil. Gili Kedis terletak di Sekotong Tengah, Lombok Barat atau lebih tepatnya berseberangan dengan Gili Sudak. Pulau kecil ini masih begitu asri dan alami. Pantai dengan diselimuti pasir putih yang cantik serta air lautnya yang begitu jernih, membuat siapa pun betah berlama-lama di sini.
Tempat wisata ini termasuk pulau yang tidak ada penghuninya. Sama seperti Gili Sudak, tempat ini juga memiliki panorama bawah air yang sangat indah. Beragam terumbu karang cantik serta beragam ikan berwarna-warni dapat ditemukan disini.
sebelum ke Gili Kedis, anda akan melewati Gili Sudak terlebih dahulu. Untuk menuju Gili Sudak, anda harus menyewa perahu kecil bermuatan 6 orang. Biaya sewa perahu ini sekitar Rp 300.000-Rp 500.000 sudah termasuk perjalanan ke Gili Sudak dan Gili Kedis. Perjalanan ini membutuhkan waktu selama 15 menit dari Kota Mataram menuju Gili Sudak. Sedangkan, dari Gili Sudak menuju ke Gili Kedis memakan waktu selama 10 menit.// Enggar
Jawa Barat memiliki berbagai macam senjata tradisional, seperti Kujang, Balincong, Patik, Bedog, dan lain-lain. Kujang merupakan salah satu senjata tradisional Jawa Barat yang cukup terkenal karena keunikan bentuknya. Kujang mulai dibuat sekitar abad ke-8 atau ke-9, dikenal sebagai senjata tradisional masyarakat Sunda, Jawa Barat, yang memiliki nilai sakral dan kekuatan magis. Kujang juga disebut sebagai senjata kaum petani dan memiliki akar pada budaya pertanian.
secara umum, Kujang memiliki pengertian sebagai pusaka yang berasal dari pada Dewa. Sebagai sebuah senjata, sejak dahulu hingga saat ini Kujang menempati satu posisi yang sangat khusus dikalangan masyarakat Sunda. Pada masa lalu Kujang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat Sunda karena fungsinya sebagai peralatan pertanian. Dengan perkembangan kemajuan, teknologi, budaya, sosial dan ekonomi masyarakat Sunda, Kujang pun mengalami perkembangan dan pergeseran bentuk, fungsi dan makna. Dari sebuah peralatan pertanian, kujang berkembang menjadi sebuah benda yang memiliki karakter tersendiri dan cenderung menjadi senjata yang bernilai simbolik dan sakral.
setiap bagian Kujang memiliki namanya tersendiri, dimulai dari bagian ujung yang runcing yang digunakan untuk menoreh atau mencungkil disebut Papatuk atau Congo sampai Ganja atau Landaian, yaitu sudut runcing yang mengarah ke arah yang sama dengan Papatuk. Pada umumnya, Kujang memiliki 5 sampai 9 mata, Kujang yang tidak memiliki mata disebut sebagai Kujang Buta. Selain bentuk, karakteristik bahan Kujang juga sangat unik, karena cenderung tipis, bahannya bersifat kering, berpori dan banyak mengandung unsur logam alam.
menurut orang tua, ada yang memberikan falsafah yang sangat luhur terhadap Kujang sebagai “Ku-jang-ji rek neruskeun padamelan sepuh karuhun urang” yang artinya, Janji untuk meneruskan perjuangan nenek moyang, yaitu dengan menegakan cara-ciri manusia dan cara-ciri bangsa. Cara-ciri Manusia ada 5, Welas Asih (Cinta Kasih), Tatakrama (Etika Berprilaku), Undak Usuk (Etika Berbahasa), Budi Daya Budi Basa, Wiwaha Yuda Na Raga. Cara-ciri Bangsa ada 5, Rupa, Basa, Adat, Aksara, Kebudayaan.
Lembata memang bukan Bali yang terkenal dengan pantai-pantainya yang indah, tetapi Lembata juga mempunyai banyak tempat wisata. Bahkan akhir-akhir ini semakin banyak wisatawan dari Bali yang selalu memilih Lembata sebagai destinasi ke dua. Salah satu tempat wisata indah yang terletak di Kabupaten Lembata, provinsi Nusa Tenggara Timur adalah Pantai Waijarang, yang berjarak sekitar 30 menit dari pusat kota Lewoleba. Pantai Waijarang memiliki keindahan yang menawan serta deburan ombaknya yang cukup kuat. Selain itu daya tarik utamanya yaitu keindahan bawah laut di Pantai Waijarang .
Di pantai Waijarang yang terletak di Desa Waijarang, Kecamatan Nubatukan, merupakan pantai yang indah. Pasir putihnya terbentang luas. Di pantai Waijarang para pengunjung dapat menikmati wisata pantai seperti ski air, berenang, berjemur, camping, volley pantai, bola kaki dan hiking. Penduduk Waijarang juga sering mengadakan atraksi-atraksi budaya untuk menghibur para pengunjung. Tidak hanya itu, keindahan panorama pantai didukung dengan pemandangan bukit-bukit yang indah dan selat Boleng yang membatasi dua pulau yaitu Lembata dan Adonara. Hutan bakau juga menyajikan pesona hijau yang serasi dengan laut biru. Letaknya yang strategis menjadikan pantai Waijarang menjadi salah satu unggulan di Pulau ini.
tidak hanya bisa menikmati keindahan pantai, dengan berjalan kurang lebih satu kilometer dari Pantai Waijarang, anda bisa juga menikmati gugusan pulau-pulau dari atas bukit Waijarang, keindahan pulau Adonara dengan gunung Bolengnya, Alor dan gunung Ile Ape.
Selain itu dari atas bukit ini anda juga bisa menikmati hamparan perahu-perahu nelayan. Semua pemandangan ini tampak indah sekali, dan menjadi daya terik tersendiri, terlebih pada waktu senja menjelang matahari tenggelam。
untuk mencapai pantai Waijarang, yang merupakan salah satu tempat favorit di Kabupaten Lembata, tidaklah sulit. Karena letaknya tidak jauh dari Pelabuhan Feri, atau sekitar 30 menit dari Lewoleba, ibu kota kabupaten tersebut. Dengan menggunakan kendaraan roda dua anda sudah bisa sampai ke tempat ini. Bila anda berangkat dari Pelabuhan Ferry Lewoleba ini, selama perjalanan anda akan disuguhi oleh indahnya panorama pantai yang menawan. Ada barisan bakau yang tumbuh berkelompok di tepian pantai, ada bentangan pasir coklat yang kemudian berganti bentangan pasir yang berwarna putih. Ada pula barisan batu padas yang menyerupai benteng pertahanan. Tetapi ada panorama alam unik yang tidak anda temui ditempat lain yaitu Taman Batu。
Di Taman Batu, batu-batu alam menampilkan keindahan yang tiada duanya. Karena di sini anda akan melihat kerang laut sebesar ban mobil yang telah berubah menjadi batu. Fosil kerang tersebut menempel pada dinding batu, di bagian atasnya menempel akar-akar pohon beringin. Tetapi anda harus waspada karena di sini anda harus hati-hati melangkah agar tidak jatuh. Setelah lelah berjalan-jalan mengelilingi pantai Waijarang, anda bisa beristirahat di lopo-lopo atau tempat beristirahat yang ada di sepanjang pantai. Rindangnya pepohonan dan hembusan angin, dijamin bisa menyegarkan tubuh dan pikiran anda .
Hari ini akan memperkenalkan “To'ok, Tradisi Orang Rote”. adat perkawinan di Indonesia banyak sekali ragamnya, setiap suku mempunyai adat perkawinan sesuai dengan agama dan tradisi upacara yang ada di daerah masing-masing. Adat perkawinan suku di Indonesia bertolak dari anggapan masyarakat bahwa perkawinan adalah suatu hal yang luhur, bukan sekedar ikatan antara seorang laki-laki dan seorang perempuan, tetapi merupakan proses menyatukan dua keluarga.Salah satu unsur perkawinan adalah adanya pembayaran mas kawin atau mahar dan tiap kebudayaan memiliki cara untuk memaknai mas kawin itu sendiri. Demikian pula di Rote. Faktor mahar atau belis kerap menjadi penghalang bagi dua muda-mudi untuk mengikat hubungan kasih mereka dalam pernikahan. Tokoh penting dibalik penentuan belis ini adalah to’ok.
to’ok berasal dari kata benda to’o. Kata itu merupakan penyebutan pada saudara lelaki dari pihak ibunda. Kata To’o yang mendapatkan imbuhan (k) mengandung makna pemilikan atau “yang bertanggungjawab,” yang padanya melekat hak dan kewajiban tertentu. Ringkasnya, to’o berfungsi sebagai pelindung. Itulah sebabnya dalam tradisi orang Rote, to’o memiliki peran sentral.
Biasanya to’ok lah yang menentukan besar-kecil belis, juga jenisnya. Ia dapat meminta hewan, mamar (sebuah lahan perkebunan yang didalamnya ditanam kelapa, pisang, siri, pinang,dan lainnya), lahan kebun atau ladang, petak sawah, emas, uang, dan sebagainya. Jenis hewan yang diminta basa berupa kerbau, sapi, kuda atau babi. Jumlahnya pun tergantung kelihaian “negosiator,” yang diperankan oleh juru bicara dari calon pengantin pria.
Di masa lalu, banyak calon pasangan gagal berlanjut ke pelaminan hanya karena permintaan to’ok yang tak disanggupi. Dan ada pula pasangan yang kemudian melarikan diri dan menikah di tempat lain. Namun, dewasa ini hal itu tidak terjadi lagi.
selain peran pada peminangan, to’ok juga berperan saat ponakannya meninggal. Kebiasaanya, bila ada orang meninggal, yang akan ditanyakan adalah, “siapa to’ok-nya?” To’ok-lah yang menanggung upah pekerjaan menggali kubur.
Karena kematian juga merupakan bagian penting dari ritual adat, biasanya banyak hewan dipotong untuk memberi makan para pelayat. Jumlah hewan yang dipotong tergantung dari status adat, sosial-ekonomi dan senioritas dari almarhum. Bila banyak hewan yang akan dipotong, maka to’ok akan mendapatkan jatah hewan hidup.
to’ok adalah penyebutan pada saudara lelaki dari pihak ibu. Apabila pihak ibu tidak memiliki saudara laki-laki, maka to’ok dapat diberikan kepada saudara lelaki dari pihak keluarga jauh. Kalau dari saudara jauh ini juga tidak ada keturunan laki-laki, maka to’ok bisa juga diberikan kepada pihak lainnya, asalkan dari marga ibu. Kerap terjadi, to’ok juga diberikan kepada orang lain di luar yang dijelaskan di atas, apabila dalam sejarahnya orang itu pernah berperan sangat penting dalam kehidupan yang bersangkutan (orang yang meninggal atau yang akan menikah itu).
Tarian Ketuk Tilu merupakan tarian klasik yang terkenal di Jawa Barat. Tarian ini adalah salah satu tarian yang menjadi cikal bakal dari beberapa tarian yang populer di Jawa Barat. Tari Ketuk Tilu adalah tarian tradisional Jawa Barat sebagai tarian hiburan atau tarian pergaulan. Tari ini sering ditampilkan pada beberapa acara seperti pesta perkawinan dan hiburan penutup acara . Tarian ini juga merupakan cikal bakal tari Jaipongan yang sangat terkenal di Jawa Barat.
Dahulu, tari Ketuk Tilu ini merupakan tarian pada upacara adat menyambut panen padi sebagai ungkapan rasa syukur kepada ‘Dewi Sri” (dewi padi dalam kepercayaan masyarakat Sunda) . Upacara ini dilakukan pada waktu malam hari, dengan mengarak seorang gadis ke tempat yang luas di iringi bunyi-bunyian. Namun seiring dengan perkembangan jaman, tarian ini menjadi tarian pergaulan dan hiburan bagi masyarakat. Nama ketuk tilu diambil dari alat musik pengiringnya, yaitu 3 buah ketuk (bonang) yang memberi pola irama rebab, kendang indung (besar) dan gendang kulanter (kecil, untuk mengatur dinamika tari/kendang yang diiringi kecrek dan gong. Ini adalah merupakan instrumen musik untuk mengiringi tari Ketuk Tilu.
Gerakan yang dilakukan dalam tarian ini adalah gerakan seperti goyang, pencak, dan gerakan yang disebut muncid, gitek dan geol. Pada pertunjukannya , diawali dengan alunan musik dan lagu pengiring untuk mengumpulkan para penonton. Kemudian para penari memasuki panggung dengan gerak jajangkungan dan dilanjutkan dengan gerak wawayangan yaitu saat penari sambil menari dan menyanyi. Setelah itu penari primadona muncul dan menari. Kemudian dilanjutkan dengan ngibing tunggal atau ibing jago dengan iringan 3 lagu cikeruhan, cijagran dan mamang. Kemudian para penari mengajak para penonton untuk menari berpasangan. Dalam pertunjukkan tari Ketuk Tilu ini lagu wajib yang harus dibawakan adalah Kidung dan erang dengan lirik lagu berbentuk pantun dengan tema asmara dan kegembiraan
Kostum yang digunakan pada pertunjukkan Tari Ketuk Tilu terdiri dari kostum pria dan kostum wanita. Pada kostum pria biasanya menggunakan baju kampret dengan warna gelap dan celana pangsi dengan atribut seperti sabuk kulit dan golok. Pada bagian kepala menggunakan ikat kepala. Untuk kostum wanita biasanya menggunakan pakaian kebaya dengan celana sinjang(panjang). Selain itu penari wanita juga memakai aksesoris seperti selendang ,gelang juga kalung. Pada bagian kepala penari biasanya menggunakan sanggul dengan hiasan rangkaian bunga untuk menambah kecantikan para penarinya.
Demikian edisi Pesona Indonesia kali ini dengan topik Tarian tradisional Ketuk Tilu dari Jawa Barat.