06
September

 

 

 

VOInews, Jakarta: Pemimpin ASEAN dan Republik Rakyat Tiongkok (RRT) sepakat untuk meningkatkan kerja sama kedua pihak ke tingkat yang lebih tinggi. Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan para Pemimpin sepakat untuk memperkuat kerja sama ekonomi melalui peningkatan ASEAN-China Free Trade Agreement (ACFTA) 3.0.

 

"Kenapa 3.0, karena mencakup kerja sama baru misalnya di bidang ekonomi digital, ekonomi hijau, dan rantai pasok. Para Pemimpin juga menyambut baik guidelines percepatan negosiasi COC (Code of Conduct) di Laut Cina Selatan," katanya dalam keterangan yang disampaikan di Jakarta, Rabu (6/9/2023).

 

Lebih lanjut Menlu Retno menyampaikan KTT ASEAN-RRT menghasilkan beberapa kerja sama di berbagai sektor, yang tertuang dalam 6 dokumen. 

 

Dua dokumen yang diadopsi yaitu ASEAN-China Joint Statement on Mutually Beneficial Cooperation on ASEAN Outlook on The Indo-Pacific (AOIP) yang berisi kesepakatan untuk mendorong kerja sama konkret implementasi AOIP, antara lain di bidang maritim, transisi energi, infrastruktur, smart cities, e-commerce, dan UMKM, serta dokumen ASEAN-China Joint Statement on Deepening Agricultural Cooperation.

 

"Ini berisi kesepakatan kerja sama yang menjadikan pertanian sebagai new growth engine untuk membangun ketahanan pangan," katanya.

 

Sementara 4 dokumen yang dicatat yaitu:

 

1. ASEAN-China Action Plan on Green Agricultural Development. Bertujuan meningkatkan nilai kompetitif produk-produk pertanian ASEAN di tengah rantai pasok global.

 

2. ASEAN-China Joint Initiative on Enhancing Cooperation on E-Commerce. Bertujuan mendorong kerja sama e-commerce untuk memajukan pertumbuhan ekonomi inklusif dan mengurangi kesenjangan pembangunan kawasan.

 

3. Guidelines for Accelerating the Early Conclusion of an Effective and Substantive Code of Conduct in the South China Sea. Bertujuan mempercepat penyelesaian negosiasi COC dengan hasil yang efektif dan substantif.

 

4. Joint Initiative on Advancing the China-ASEAN Science, Technology and Innovation Enhancing Program. Bertujuan memperkuat kerja sama transfer teknologi dan riset bersama untuk isu-isu strategis seperti Industry 4.0, infrastruktur digital, dan energi bersih.

06
September

Menteri Luar Negeri RI, Retno Marsudi (Foto: Voice of Indonesia)

 

Para pemimpin ASEAN menyimpulkan tidak ada kemajuan signifikan dalam implementasi Konsensus 5 Poin (5PC) dalam penyelesaian konflik Myanmar. “Kesimpulannya, tidak ada kemajuan yang signifikan dalam implementasi 5-point consensus,” kata Menteri Luar Negeri Retno Marsudi di Jakarta, Selasa (5/9/2023).

06
September

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi (Foto : Voice of Indonesia RRI)

 

VOInews, Jakarta: Para pemimpin Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) lainnya telah memutuskan mengubah nama ASEAN Secretariat (Sekretariat ASEAN) menjadi ASEAN Headquarters (Markas Besar ASEAN).

 

 

“Sejalan dengan prioritas penguatan ASEAN leaders jadi kita ingin ASEAN sekretariat diperkuat dan sejalan dengan prioritas penguatan ASEAN ini para pemimpin ASEAN memutuskan untuk mengubah nama ASEAN sekretariat atau Sekretariat ASEAN menjadi ASEAN headquarters atau markas besar ASEAN,” jelas Retno Marsudi pada Selasa (5/09/2023) di Jakarta.

 

 

Perubahan nama tersebut merupakan upaya para pemimpin ASEAN untuk memperkuat kantor Sekretariat ASEAN dan menguatkan mekanisme pengambilan keputusan.

 

 

“Semua leaders menyepakati untuk mengganti nomenklatur tersebut karena sekali lagi para leader sepakat untuk memperkokoh Sekretariat ASEAN,” lanjut Retno.

 

Sebelumnya, Sekretariat ASEAN telah menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) antar-Sekretariat dengan Asosiasi Negara-negara Pesisir Samudera Hindia (IORA) dan Forum Kepulauan Pasifik (PIF) pada Senin (4/09/2023).

 

Nota kesepahaman tersebut berisi kesepakatan untuk mempererat kerja sama antar-Sekretariat di beberapa area prioritas, antara lain maritim, konektivitas, SDGs, ekonomi biru, ekonomi hijau, ekonomi digital dan manajemen bencana.

06
September

 

 

VOInews, Jakarta: ASEAN mengharapkan peningkatan kontribusi Jepang terhadap pembangunan infrastruktur. Menurut Presiden Joko Widodo, Jepang sebagai salah satu mitra paling aktif ASEAN dan pendukung utama ASEAN Outlook on The Indo-Pasific, dapat menjadi kontributor utama dalam mewujudkan kerjasama konkret yang bermanfaat langsung bagi rakyat. 

"Saat ini, ASEAN membutuhkan investasi infrastruktur senilai USD184 miliar per tahun. ASEAN berharap Jepang dapat terus meningkatkan kontribusinya pada ASEAN Infrastructure Fund dan ASEAN Catalytic Green Finance Facility untuk mendukung konektivitas dan Infrastruktur hijau," katanya dalam pembukaan KTT ke-26 ASEAN-Jepang, di Jakarta, Rabu (6/9/2023).

Presiden Joko Widodo mengatakan ASEAN dan Jepang telah sepakat membentuk Kemitraan Komprehensif Strategis yang saling menguntungkan. 

"ASEAN dan Jepang telah sepakat membentuk Kemitraan Komprehensif Strategis yang bukan sekedar seremonial dan bukan sekedar basa-basi, tapi justru berbentuk kerjasama konkret yang saling menguntungkan," katanya. 

Lebih lanjut, Presiden Joko Widodo mengatakan, secara geografis, Jepang dan ASEAN adalah bagian dari Asia. Oleh karena itu, ia mengatakan, ASEAN dan Jepang memiliki tanggung jawab besar untuk menjaga kawasan yang damai, stabil, dan sejahtera.