31
July

 

VOInews.id- Temu Inklusi Nasional Ke-5 yang digelar di kawasan Pondok Pesantren Salafiyah Safi’iyah Sukorejo, Situbondo Jawa Timur, memamerkan seratus produk usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) penyandang disabilitas.

"Ada seratusan produk UMKM disabilitas yang dipamerkan dalam Temu Inklusi Nasional Ke-5 ini. Meskipun ada 55 stan tapi produknya ada seratusan jenis," kata Koordinator Panitia Temu Inklusi Nasional Ke-5 Situbondo Luluk Ariyantiny di Situbondo, Minggu. Menurut Luluk, produk UMKM disabilitas berasal dari berbagai daerah di Indonesia, di antaranya Daerah Istimewa Yogyakarta, Nangroe Aceh Darussalam, Makassar, Sulawesi Selatan, Kalimantan Timur, Sumatera Utara, serta pelaku UMKM dari Situbondo.

Tidak hanya produk makanan, minuman, fesyen ataupun karya seni budaya yang dipamerkan, lanjut dia, tapi juga pelayanan kesehatan dan konsultasi serta informasi, juga disediakan dalam pameran inklusi yang akan berlangsung selama tiga hari, dimulai pada Senin, 31 Juli 2023.

"Pameran ini tidak hanya produk yang dipamerkan tapi ada konseling dan layanan konsultasi. Dan pameran ini juga sebagai media informasi dan komunikasi," ujar Luluk. Dia menambahkan pameran produk UMKM disabilitas dalam rangkaian kegiatan Temu Inklusi Nasional Ke-5 ini, peserta berasal dari 16 provinsi di Indonesia dan juga penyandang disabilitas tingkat desa dan kelurahan di Kabupaten Situbondo. "Peserta pameran terdiri dari kaum difabel dan non-difabel. Penjaga pameran akan mengenakan baju adat dari 16 provinsi," kata Luluk.

Temu Inklusi Nasional Ke-5 di Situbondo, ini berlangsung selama tiga hari, yakni 31 Juli sampai 2 Agustus 2023. Dalam kegiatan digelar seminar selama dua hari, yakni Senin 31 Juli dan Selasa, 1 Agustus 2023. Seminar Inklusi ini diselaraskan dengan tema Temu Inklusi Nasional yakni "Berdaya Dalam Keberagaman Menuju Indonesia Inklusif 2030".

Temu Inklusi Nasional adalah kegiatan yang rutin dilaksanakan setiap dua tahun sekali yang mempertemukan berbagai pihak penggiat isu disabilitas. Temu Inklusi Nasional Ke-Ke-5 ini akan dihadiri oleh Presiden Joko Widodo pada Selasa, 1 Agustus 2023.

 

Antara

28
July

 

VOInews, Jakarta: Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno mengajak seluruh pemangku kepentingan (stakeholder) pariwisata pariwisata dan ekonomi kreatif memiliki kesadaran dan tanggung jawab bersama untuk mengatasi ancaman perubahan iklim sebagai salah satu upaya mewujudkan pariwisata yang berkualitas dan berkelanjutan.

Menparekraf Sandiaga saat hadir di kegiatan panel discussion bertemakan "Exploring Best Practices of Decarbonization and Climate Actions in the Tourism Sector" yang merupakan side event dari International Tourism Investment Forum (ITIF) 2023 di Merusaka, Nusa Dua, Bali, Rabu (26/7/2023), mengatakan menjadi kewajiban bagi seluruh pemangku kepentingan pariwisata untuk ikut serta dalam upaya mengatasi perubahan iklim yang terjadi sekarang ini.

“Perubahan iklim sekarang tidak mengenal batas wilayah, setiap sudut di bumi telah mengalaminya. Kita bisa rasakan saat ini bagaimana terjadinya peningkatan temperatur, cuaca ekstrem, pencairan gletser, dan kenaikan debit air laut. Hal ini tentunya harus menjadi perhatian kita semua,” ujar Menparekraf Sandiaga.

Menparekraf menekankan agar pelaku industri pariwisata terus berupaya dalam melakukan pengelolaan limbah agar dapat menuju zero waste yang merupakan salah satu bentuk dari sustainable tourism, sehingga dapat menjaga bumi ini untuk generasi selanjutnya.

“Dampak perubahan iklim tidak hanya menjadi masalah lingkungan, tapi juga menjadi masalah ekonomi, sosial, dan budaya, sehingga kita perlu kerja sama untuk menjaga planet kita ini demi anak cucu kita agar terhindar dari masalah yang kita ciptakan pada saat ini,” katanya.

Kemenparekraf secara aktif menghadirkan berbagai program dalam mengatasi perubahan iklim sekaligus sosialisasi praktik pariwisata berkelanjutan dan mendorong seluruh stakeholder agar aware dengan lingkungan.

“Penandatanganan Deklarasi Glasgow tentang Climate-Action dalam Industri Pariwisata pada tahun 2022 memperkuat komitmen Kemenparekraf untuk menyelaraskan kebijakan pariwisata sesuai dengan climate goals. Kita juga memiliki program mangrove di lima tempat yaitu Plataran Menjangan Taman Nasional Bali Barat, Mangrove Tembudan Berseri Berau Kalimantan Timur, Pantai tiga Warna (Clungup Mangrove Conservation/CMC) Malang, Bukit Peramun Bangka Belitung dan Taman Wisata Mangrove Klawalu Sorong (Papua Barat) sebagai bentuk dedikasi kita dalam menciptakan solusi berbasis alam untuk ketahanan iklim,” ujar Menparekraf Sandiaga.

Menparekraf mengajak seluruh stakeholder yang ada agar saling berkolaborasi, baik itu pemerintah, swasta, organisasi internasional maupun regional, guna menciptakan pariwisata yang berkelanjutan dengan menciptakan climate-friendly tourism.

“Kemenparekraf akan bergandengan tangan dengan seluruh stakeholder baik itu pemerintah pusat, pemerintah daerah, sektor swasta, asosiasi, organisasi internasional seperti UNDP atau AIS Forum, untuk siap menjadi leader dalam upaya pengatasan isu perubahan iklim ini, apakah kita semua siap?” ujar Menparekraf Sandiaga.

Deputy Resident Representative United Nations Development Programme (UNDP) Indonesia, MsSujala Pant, menyambut baik kerja sama yang dilakukan UNDP dengan Kemenparekraf dan berkomitmen penuh serta siap melaksanakan program guna penanggulangan isu perubahan iklim di Indonesia.

“Kami senang dapat berkolaborasi pada langkah pertama menuju pembuatan peta jalan dekarbonisasi untuk sektor pariwisata yang berkelanjutan di Indonesia, dengan pengalaman yang kita punya di beberapa negara tentunya dapat menjadi best practice bagi Indonesia,” ujar Ms. Sujala Pant.

28
July

 

VOInews, Jakarta: Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif memastikan persiapan pemberlakuan kebijakan golden visa terus dilakukan pemerintah sehingga dapat menjadi pilihan bagi wisatawan berkualitas. "Kebijakan ini bisa menjadi pilihan bagi para wisatawan yang berkualitas, khususnya vagi mereka yang ingin berinvestasi di tanah air," kata Menparekraf Sandiaga kepada wartawan di Bali, Rabu (26/7/2023) malam.

Golden visa sendiri merupakan produk keimigrasian yang memungkinkan warga negara asing untuk masuk dan tinggal di Indonesia dalam jangka waktu 5 hingga 10 tahun. Pemegang golden visa ini nantinya akan memiliki manfaat berbeda dengan pemegang visa umum. Yakni prosedur dan persyaratan permohonan visa dan urusan imigrasi lebih mudah dan cepat, mobilitas dengan multiple entries, jangka waktu tinggal lebih lama, hak untuk memiliki aset di dalam negara, serta menjadi jalur fast track untuk pengajuan kewarganegaraan.

Rencananya ada 10 tipe golden visa yang diberikan yakni untuk investor perorangan diantaranya seperti investor pendiri perusahaan, investor tidak mendirikan perusahaan, diaspora WNA eks WNI, global talent, dan digital nomad.

Melansir situs Setkab RI, golden visa dikeluarkan pemerintah untuk menarik investasi asing yang signifikan serta mendorong pertumbuhan ekonomi dan lapangan kerja.

"Jadi mereka masuk kategori wisatawan yang berkualitas karena mereka berinvestasi dan akan tinggal dalam jangka panjang 5-10 tahun," ujar Menparekraf Sandiaga.

Tidak hanya investasi, para investor juga diharapkan membawa teknologi ke Indonesia yang dapat diaplikasikan dalam pengembangan pariwisata dan ekonomi kreatif.

Respons terhadap kebijakan golden visa ini pun disambut sangat baik oleh para investor. Di ajang International Tourism Investment Forum (ITIF) 2023 di Bali banyak investor yang menanyakan hal tersebut.

"Permintaanya cukup banyak dari para investor dari pada investor karena mereka akan keluar masuk Indonesia dan itu butuh kepastian regulasi visanya dan ini sangat urgent," kata Sandiaga.

Saat ini proses terkait golden visa diungkapkan Sandiaga masih dalam tahap sinkronisasi di bawah koordinasi KemenkoMarvest.

"Target waktu sebenarnya akhir Juni 2023 dan mungkin diperkirakan di akhir September 2023," ujar Menparekraf Sandiaga.

27
July

 

VOInews, Jakarta: Seniman asal Papua dan Nusa Tenggara Timur (NTT) tampil dalam perhelatan the 7th Melanesian Arts and Culture Festival (MACFEST) 2023 yang digelar di Port Vila, Vanuatu, Rabu (26/7).

“Para seniman tanah air menampilkan penampilan yang menarik di festival budaya sub-kawasan Melanesia ini,” tulis Kementerian Luar Negeri RI dalam pernyataan resmi yang diterima di Jakarta, Kamis (27/7).

Para seniman yang tampil di acara tersebut adalah Michael Jakarimilena, Lala Suwages, Frans Sisir, dan Boii Soasoa. Mereka membawakan lagu-lagu bernuansa Melanesia yang dipadukan dengan ciri khas musik Indonesia.

“Beberapa lagu yang disajikan termasuk Kawarine, Wayawai Windawe, Diru Diru Nina O, serta beberapa lagu lain yang membuat penonton terkesan,” tulis Kemlu.

Kelompok penari asal Papua, Kasbi Dance, juga turut berkontribusi dalam memeriahkan penampilan para seniman. Selain itu, grup musik kampung Leisplang asal Maumere, NTT, juga menampilkan tarian Ikun B’eta yang disusul dengan lagu Sora (Song For Children) dan Gemu Fa Mi Re.

“Mereka menggunakan berbagai alat musik tradisional seperti Gong, Waning, Sa’ur, Jimbe dengan Terren Bass, Juk (Ukulele), Benyol (Benjo), dan biola untuk menciptakan harmoni yang khas dalam setiap lagu yang dibawakan,” kata Kemlu.

Kelompok Leisplang merasa bangga dapat tampil di luar negeri untuk pertama kalinya, dan ini menjadi pengalaman yang membanggakan bagi mereka. 

“Erik, salah satu anggota Leisplang, mengungkapkan kebanggaannya atas apresiasi yang diterima dari publik Vanuatu dan bersemangat untuk terus melestarikan musik tradisional mereka,” tulis Kemlu.

Putri Nere, salah satu wakil tim seniman asal Papua, menyatakan bahwa penampilan mereka di Vanuatu merupakan pengalaman yang istimewa. Bagi mereka, festival Melanesia ini menjadi kesempatan untuk menunjukkan bahwa budaya Melanesia adalah bagian hidup yang tak terpisahkan dari keragaman budaya Indonesia.

MACFEST merupakan ajang pertemuan para seniman dari negara-negara anggota Melanesian Spearhead Group (MSG) dengan Indonesia sebagai associate member bersama negara-negara lain seperti Fiji, Papua Nugini, Solomon Islands, Vanuatu, dan Front de Libération Nationale Kanak et Socialiste (FLNKS). Acara yang berlangsung mulai 19 hingga 31 Juli di Port Vila, Vanuatu, ini diadakan oleh mitra setempat organisasi MSG, Vanuatu Kaljoral Senta (Vanuatu Cultural Center).