Selain sebagai ideologi dan dasar negara, Pancasila menjadi sebuah kesepakatan bersama untuk menjadikannya sebagai acuan perilaku rakyat Indonesia sehari-hari. Demikian dikatakan Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Zulkifli Hasan dalam acara Temu Tokoh Nasional/ Kebangsaan dalam rangka Sosialisasi Empat Pilar MPR di Magelang, Jawa Tengah (5/12) seperti dikutip tempo.co. Ia menjelaskan dalam Pancasila, ada Sila Pertama, yakni Ketuhanan Yang Maha Esa. Hal itu adalah acuan rakyat Indonesia untuk berperilaku sesuai dengan agama yang dianutnya. Jadi, ketika ada rakyat yang menjalankan ajaran agamanya, itu artinya Pancasilais.
Zulkifli Hasan mengatakan Pancasila menjadi acuan dalam kehidupan rakyat Indonesia sehari-hari menunjukkan betapa pentingnya Pancasila untuk rakyat Indonesia. Ia juga menjelaskan Sila Kedua, yakni Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab menjadi acuan rakyat Indonesia untuk berlaku adil dan memanusiakan manusia tanpa pandang bulu dengan adil serta penuh keadaban. Sila Ketiga, yaitu Persatuan Indonesia, menjadi acuan perilaku rakyat Indonesia untuk menjaga persatuan, bukan mengotak-kotakkan rakyat, dalam suasana dan kondisi apa pun tetap menjaga persatuan, termasuk dalam suasana tahun politik, baik pemilihan legislatif maupun pemilihan presiden 2019 ini.
Sementara itu, Anggota Badan Pengarah Ideologi Pancasila, Mahfud MD saat memberi kualiah umum “Mengembalikan Keadaban Pancasila: Strategi Internalisasi Nilai Pancasila di Kampus” yang digelar di Universitas Islam Bandung, (21/12) seperti dikutip pikiranrakyat.com mengatakan Pancasila harus dihidupkan di kampus-kampus. Menurutnya, hal itu tidak bisa dengan menggunakan doktrin. Harus dilakukan dengan cara-cara akademis.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal Kementerian Ristek dan Pendidikan Tinggi Ainun Na'im mengatakan, pembinaan ideologi Pancasila di kampus dilakukan dengan menerbitkan Peraturan Menristek Dikti Nomor 55 Tahun 2018 tentang Kegiatan Pembinaan Ideologi Pancasila. Aturan ini, menurutnya memfasilitasi kegiatan-kegiatan di kampus untuk menanamkan ideologi Pancasila.
Tahun 2018 segera berakhir berganti dengan tahun baru 2019. Menjelang berakhirnya tahun 2018, prediksi mengenai masalah politik dan ekonomipun bermunculan. Sebagian optimis, tidak pun kurang yang pesimis. Yang pasti pada tahun 2018 sebagian kawasan dunia masih diwarnai peristiwa yang menyedihkan. Selain disebabkan oleh sejumlah bencana berupa gempa, banjir dan badai, korban yang meninggal dunia juga disebabkan oleh konflik dan peperangan.
Amerika Serikat yang tak pernah dilanda perang atau konflik bersenjata mencatat terjadinya kerusakan akibat badai yang melanda pantai timur negara itu. Indonesia salah satu negara yang terletak di lingkaran cincin api mengalami bencana gempa dan tsunami yaitu di Nusatenggara Barat, Sulawesi Tengah, dan beberapa hari menjelang akhir tahun di selat Sunda. Berbagai pemimpin dunia ikut menyatakan bela sungkawa atas bencana yang mengakibatkan korban jiwa serta kerusakan harta benda di Indonesia.
Dunia juga masih dirundung duka akibat perang saudara berkepanjangan di Suriah, dan disusul di Yaman. Korban jiwa tak terhitung pasti jumlahnya jatuh akibat perang saudara yang akhirnya melibatkan pihak luar. Keikutsertaan negara besar dan berpengaruh yaitu Amerika Serikat, Rusia, Iran dan Arab Saudi bukannya membuat konflik mereda, melainkan api pertempuran menyala. Tak lagi merasa nyaman tinggal di rumah, ribuan warga Suriah dan Yaman mengungsi ke negara-negara Eropa memimpikan kedamaian kehidupan. Hingga pergantian tahun, belum jelas kapan pertikaian akan berakhir. Kabar akan keluarnya Amerika Serikat dari Suriah masih menjadi tanda tanya.
Selama tahun 2018 kesedihan juga masih dialami rakyat Palestina yang tinggal di Gaza. Dengan alasan menggempur tentara musuh, tidak sedikit penduduk sipil Palestina di Gaza yang meninggal dunia akibat bombardir tentara Israel. Ketegangan di Masjid Al Aqsha juga sempat terjadi, ketika tentara Israel melakukan kekerasan kepada para Jemaah yang berusaha memasuki masjid suci Umat Islam itu. Di Asia Selatan, perseteruan antara pemerintah Afghanistan dan milisi perlawanan masih saja tak terhentikan.
Selain perang fisik yang mengerahkan senjata dunia juga terpengaruh akibat perang dagang raksasa ekonomi dunia yaitu RRT dan Amerika Serikat. Sejak Trump berkuasa, perang dagang terhadap Tiongkok dilakukan. Akibatnya ekonomi dunia, khususnya di negara berkembang yang mempunyai kaitan binis dan perdagangan dengan kedua negara besar itu, terpengaruh.
Dari berbagai peristiwa yang terjadi akankah 2019 keadaan dunia akan membaik ? Isyarat perdamaian di negara yang dilanda perang dan konflik masih belum menunjukkan isyarat ke arah itu. Menjelang akhir tahun, baik dari Beijing maupun Washington masih terdengar retorika tetap bertahan dengan kebijakan ekonomi yang menyiratkan terjadinya perang dagang. Walaupun demikian, tidak semua kawasan dilanda kemelut dan kemuraman. Tahun 2019, memang akan penuh dinamika, daripadanya harapan akan terjadinya perdamaian dan perbaikan kehidupan, haruslah tetap dikedepankan.
Indonesia kembali berduka. Belum lama sejak terjadinya gempa di Lombok-Nusa Tenggara Barat, disusul gempa dan tsunami di Palu dan Donggala – Sulawesi Tengah, Sabtu (23/12) malam bencana tsunami kembali terjadi di Selat Sunda, terutama di Provinsi Banten dan Lampung Selatan.
Data sementara hingga Minggu (23/12) menyatakan setidaknya 222 orang meninggal dunia, 843 orang luka-luka dan 30 orang hilang dalam musibah tersebut. Bencana ini juga mengakibatkan kerusakan bangunan dan infrastruktur.
Badan Meterologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) telah memastikan peristiwa tersebut disebabkan oleh aktifitas vulkanik dari erupsi Gunung Anak Krakatau yang sudah terlihat sebelum erupsi Sabtu malam. Hal ini bahkan sudah diingatkan dan gunung ini telah menyandang status waspada sejak Juni 2018.
Aktifitas Gunung Anak Krakatau memang terus meningkat sejak 18 Juni 2018. Pada bulan-bulan selanjutnya, dari Juli hingga November, erupsi terus terjadi. Terakhir erupsi terjadi pada 22 Desember, yang diduga menyebabkan tsunami yang mengerikan di Banten dan Lampung.
Tsunami di Banten dan Lampung Selatan yang menelan korban jiwa hingga ratusan orang telah menarik perhatian dunia. Beberapa media asing turut melaporkan bencana tersebut. Demikian juga ucapan belasungkawa dan simpati berdatangandari beberapa pemimpin dunia.
Bencana alam yang menimpa negara ini secara bertubi-tubi tidak membuat bangsa Indonesia lemah dan berputus asa.Bencana harus dihadapi, diatasi dan disikapi sebagai cobaan. Agar bangsa Indonesia semakin kuat dan tangguh dalam menghadapi tantangan yang lebih besar di masa yang akan datang. Mungkin dapat diambil contoh negara Jepang, yang menjadi negara maju walaupun sering ditimpa gempa.
Bencana yang sering menimpa Indonesia hendaknya dapat dijadikan pelajaran, bagaimana agar bisa terhindar dan mengantisipasinya. Bangsa Indonesia harus selalu waspada dan bersiap-siap terhadap kemungkinan terjadinya bencana selanjutnya. Antara lain dengan mengadakan simulasi bagaimana menghadapinya, sehingga masyarakat mengetahui apa yang harus dilakukan ketika bencana terjadi. Selain itu, harus disiapkan pula perlengkapan sistem peringatan dini (early warning system) yang memadai, sehingga masyarakat dan pemerintah setempat dapat mengetahui dan menyelamatkan diri sebelum bencana terjadi. Cara ini diharapkan dapat menekan jumlah korban yang jatuh akibat bencana.
Indonesia melalui PT Inalum (Persero) resmi menjadi pemegang saham mayoritas PT Freeport Indonesia. Presiden Joko Widodo dalam pernyataan pers di Jakarta, Jumat (21/12), menegaskan kepemilikan ini akan digunakan sepenuhnya untuk kemakmuran rakyat Indonesia. Laporan tersebut juga memastikan bahwa PT Inalum telah membayar lunas pembelian 51,23 persen saham PT Freeport Indonesia senilai 3,85 miliar dolar Amerika. Selain itu, seluruh permasalahan yang berkaitan dengan lingkungan dan smelter yang sempat menjadi ganjalan telah diselesaikan dan disepakati. Kepala Negara menegaskan bahwa pendapatan dari sisi pajak maupun royalti dipastikan akan meningkat. Tidak kalah penting, rakyat Papua turut mendapatkan bagian dari berbagai keuntungan yang akan diperoleh. Masyarakat di Papua juga akan mendapatkan 10 persen dari saham yang ada. Tentu saja di Papua juga akan mendapatkan pajak daerahnya.
Sesuai kesepakatan dalam perjanjian pokok atau Head of Agreement (HoA), Inalum membayar 3,85 miliar dolar Amerika atau sekitar 56 triliun rupiah kepada Freeport McMoRan Inc. (FCX), untuk menjadi pemegang saham mayoritas perusahaan tambang tersebut. Dengan kesepakatan tersebut, Indonesia kini memiliki kendali atas cadangan terbukti dan terkira di lapangan PTFI yang secara kasar bernilai 2.400 triliun rupiah.
Menteri Keuangan RI Sri Mulyani mengatakan, akan berupaya menjamin penerimaan negara dari PT Freeport Indonesia menjadi lebih besar setelah proses pengalihan saham mayoritas (divestasi) kepada holding industri pertambangan PT Inalum (Persero) tuntas. Penerimaan dari sisi perpajakan dan penerimaan bukan pajak lebih besar untuk negara, dengan berapapun nilai dari harga tembaga dan emas. Sri Mulyani menjelaskan keseluruhan komponen penerimaan pajak dan bukan pajak akan menggunakan Pasal 169 Undang-Undang tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, yaitu penerimaan negara harus lebih besar. Ia menjelaskan bahwa skema semacam itu mampu memberikan kepastian dalam hal penerimaan kepada negara.
Sementara itu Pejabat Eksekutif Tertinggi (CEO) PT Freeport Mcmoran Richard Adkerson mengatakan pihaknya menargetkan untuk menyelesaikan pembangunan smelter dalam lima tahun. Richard usai bertemu Presiden Joko Widodo di Istana Merdeka, Jakarta Jumat mengatakan, pihaknya membangun smelter, sesuai harapan Presiden. Menurut Richard, kerja sama itu berdampak positif bagi Indonesia dan PT Freeport./ /Ia mengucapkan terima kasih kepada pemerintah Indonesia untuk mencari solusi bersama. Selain itu, Richard menjelaskan pihaknya akan mulai melakukan penambangan terbuka. Richard juga menjelaskan dirinya berdialog dengan Presiden Jokowi mengenai pengembangan operasi tambang, dan penambahan lapangan kerja, serta pengelolaan lingkungan alam yang lebih baik.