VOI PESONA INDONESIA Berselancar menjadi salah satu olahraga air yang cukup menantang dan menyenangkan bagi sebagian orang. Bagi para surfer pantai-pantai dengan gelombang ombak yang besar menjadi sebuah spot buruan yang dicari-cari. Salah satunya adalah Desert Point atau Pantai Bangko-Bangko di Pulau Lombok.
Secara administratif Pantai Bangko-Bangko termasuk dalam wilayah Kecamatan Sekotong, Kabupaten Lombok Barat, Propinsi Nusa Tenggara Barat. Lokasinya tepat berada dibagian barat daya pesisir pulau Lombok. Jarak dari Kota Mataram sekitar 70,5 km atau jarak tempuh sekitar 1 jam 48 menit dengan menggunakan kendaraan roda empat.
Pantai Bangko-Bangko menjadi salah satu spot surfing terfavorit di pulau Lombok dan cukup popular dikalakan peselancar lokal maupun mancanegara karena tipe ombak yang tidak mudah pecah hingga tepian, gulungannya yang dalam serta tingginya ombak menjadikan tempat ini sebagai salah satu dari 10 spot surfing dengan ombak terganas menurut International Surfing Association.
Bagi anda yang hobi berselancar, waktu terbaik untuk anda mengunjungi Pantai Bangko-Bangko adalah sekitar bulan Mei hingga Oktober. Dimana pada bulan-bulan tersebut terjadi pasang surut gelombang yang cukup berongga yang mampu membuat gulungan ombak sepanjang 300 meter dengan ketinggian ombak berkisar hingga 3 meter sehingga membuat para peselancar ingin menaklukkannya.
, daya tarik pantai Bangko-Bangko tidak hanya sebagai spot surfing saja. Keindahan pasir putih yang menghampar di sepanjang pantai semakin terlihat indah dengan latar jajaran perahu nelayan yang berwarna-warni dengan air laut yang jernih.
Keindahan lain yang tidak kalah menarik adalah wisata trekking dan peristiwa di kawasan Taman Wisata Alam Bangko-Bangko seluas 2.169 hektar area.
Rimba Taman Wisata Alam Bangko-Bangko termasuk dalam tipe ekosistem hutan pantai, hutan musim dataran rendah, dan hutan mangrove. Berbagai jenis fauna yang jarang dijumpai masih terjaga habitannya seperti elang bendol, ayam hutan, raja udang, koakiu, kupu-kupu troces helena, eleng laut, dan jenis fauna lainnya.
Kain tenun asal Indonesia tampil di panggung dunia melalui peragaan busana Dior di Paris Fashion Week yang digelar Selasa, 29 September 2020 di Jardin de Tuileries, Paris, Prancis.
Dalam pagelaran ini, rumah mode Christian Dior kembali menghadirkan karya-karya terbaiknya, salah satunya adalah kain tenun ikat khas Bali, yaitu Kain Endek. Dior menjadikannya sebagai koleksi Spring atau Summer 2021. Dari sekitar 86 koleksi busana yang ditampilkan, ada sembilan koleksi yang memakai kain Endek asal Bali ini. Busana tersebut diperagakan para model yang berjalan di atas cat walk.
Menurut tim Christian Dior, kain Endek Bali memiliki nilai kebudayaan yang sangat sesuai dengan hasil karya yang ingin mereka angkat. Tak sampai di situ, Artistic Director Dior menyatakan bahwa inspirasi Christian Dior menggunakan kain Endek Bali karena ingin mengangkat nilai kebudayaan serta craftsmanship Indonesia terutama dari para penenun perempuan. Pemerintah Provinsi Bali telah memberikan dukungan penggunaan kain Endek Bali kepada pihak Dior. Mereka pun meminta Dior agar bisa menghormati kain asal Indonesia itu.
Paris Fashion Week digelar pada 29 September 2020 hingga 6 Oktober 2020, dengan tetap memberlakukan protokol kesehatan dengan ketat, mulai dari pembatasan tamu yakni hanya 300 orang. Selain itu, para tamu juga diwajibkan memakai masker wajah dan diminta untuk melakukan pemeriksaan suhu tubuh.
VOI KOMENTAR Setiap tanggal 1 Oktober, bangsa Indonesia selalu memperingati Hari Kesaktian Pancasila. Peringatan hari 1 Oktober masih terus digaungkan walau masih terdapat sejumlah pertanyaan dan polemik seputar awal muasal kenapa tanggal tersebut disebut juga hari Kesaktian Pancasila. Terkait Hari Kesaktian Pancasila 1 Oktober, bangsa Indonesia tidak lepas dari apa yang terjadi sehari sebelumnya yaitu 30 September. Karena 30 September 1965 adalah kejadian bersejarah dan momentum bangsa Indonesia menatap ke depan, namun tidak lupa untuk melihat apa yang terjadi di dalam konflik dalam negeri yang dimulai sejak masa perang kemerdekaan pada September 1948 dan September 1965.
30 September bagi bangsa Indonesia tidak lepas dengan kata ‘Komunis’. Terkait hal tersebut, Anggota DPR sekaligus penulis buku-buku sejarah perjalanan bangsa Indonesia, Fadli Zon, dalam sebuah diskusi di salah satu TV swasta nasional mengatakan bahwa terdapat dua kali upaya Partai Komunis Indonesia -PKI melakukan kudeta pada 1948 dan 1965. Dalam masa tersebut, para petinggi TNI, Polisi, tokoh agama dan pemuka masyarakat serta para anggota organisasi keagamaan menjadi korban kekejaman para penganut faham komunis. Semua upaya itu tidak lain untuk menjadikan Indonesia berhaluan Komunis dalam bernegara menggantikan Pancasila.
Sementara itu, Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional Letjen TNI (Purn) Agus Widjojo menyatakan, baik negara maupun PKI dan pihak-pihak lain yang terlibat dalam tindak kekerasan terkait Gerakan 30 September 1965 dan setelahnya harus saling memaafkan. Dia juga menegaskan bahwa rekonsiliasi adalah jalan terbaik untuk mengakhiri dan menyelesaikan persoalan kebangsaan terkait G-30 September.
Sejatinya, peristiwa pada tahun 1948 dan 1965 bagi para penganut paham komunis adalah sebuah gerakan untuk merubah Pancasila sebagai haluan dan dasar negara bangsa Indonesia.
Saat ini, isu PKI tidak lagi relevan untuk diangkat dalam dunia politik. Namun, perlu disadari bahwa paham komunis harus tetap diwaspadai bagi seluruh stakeholder bangsa Indonesia yang majemuk ini. Untuk itu, masyarakat Indonesia, khususnya kalangan milenial harus menjunjung tinggi dan menerapkan esensi yang terkandung dalam Pancasila yang telah dan akan terus menyatukan bangsa Indonesia. Tak kalah pentingnya, petinggi-petinggi negara dan tokoh-tokoh masyarakat harus menjadi panutan dalam menjalankan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
Selamat Hari Kesaktian Pancasila, semoga bangsa Indonesia tetap bersatu!
Kerbau rawa merupakan spesies asli dan salah satu kekayaan plasma nutfah Sumatera Selatan dengan penyebarannya hanya meliputi Kecamatan Pampangan dan Kabupaten Banyuasin. Kecamatan Pampangan merupakan daerah yang menjadi sentra kerbau rawa di Sumatera Selatan dan ternak kerbaunya dikenal sebagai kerbau pampangan. Ternak kerbau ini sebagian besar diambil dagingnya dan hanya sebagian kecil yang dimanfaatkan sebagai ternak kerja. Selain dagingnya, hasil sampingan dari ternak kerbau ini adalah susu kerbau.
Masyarakat Pampang, Kabupaten Ogan Komering Ilir mengolah susu kerbau menjadi berbagai macam olahan, seperti gula puan, sagon puan, minyak kerbau, dan makanan dadih. Diantara makanan tersebut, Gula Puan menjadi olahan makanan yang paling disukai oleh masyarakat Sumatera Selatan. Puan berarti ’susu’ dalam bahasa daerah setempat. Gulo puan bisa diartikan ’gula susu’ sesuai bahan dasarnya, yaitu gula dan susu. Teksturnya lembut sedikit berpasir dengan warna coklat. Untuk membuatnya susu dicampur dengan gula, dengan perbandingan 5 liter susu dan 1 kilogram gula. Campuran tersebut dimasak dengan api kecil sambil diaduk. Setelah sekitar 5 jam, susu mengental hingga mengering dan membentuk gumpalan kecoklatan. Gulo puan bisa disantap langsung dan sangat cocok untuk teman minum kopi atau olesan roti dan pisang goreng.
dulunya Gula Puan hanya dikonsumsi oleh para Sultan di Kesultanan Melayu. Karenanya kuliner ini merupakan penganan istimewa, sehingga tidak mengherankan harganya sangatlah mahal. Kini Gula Puan sudah menjadi penganan khas masyarakat Palembang. Sayangnya, Gula Puan sudah sangat langka. Harganya pun cukup mahal mencapai Rp.100.000 per kilogram. Mahalnya Gula Puan ini membuat makanan ini menjadi berkelas. Untuk mendapatkannya pun sangat terbatas, karena tidak dijual bebas, hanya dijual di Pelataran Mesjid Agung Palembang. Dan hanya dijual pada hari Jumat saja. Waktunya pun terbatas, jelang dilaksanakannya Sholat Jumat hingga berakhirnya sholat.