Suprapto

Suprapto

17
September

               

VOI KOMENTAR Pada Selasa 15 SeptemberBadan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan impor Indonesia mengalami pertumbuhan negatif pada Agustus 2020. Namunneraca perdagangan mengalami surplus, karena ekspor lebih tinggi ketimbang impor. BPS mengumumkan angka impor Indonesia pada Agustus 2020 sebesar US$ 10,74 miliar. Sedangkan, nilai ekspor sebesar US$ 13,07 miliar. Dengan demikian, neraca perdagangan Indonesia pada Agustus 2020 membukukan surplus US$ 2,33 miliar. Surplus neraca perdagangan ini merupakan suatu kejutan ditengah pandemi Covid-19 yang menyebabkan turun dan lesu perekonomian yang terjadi bukan hanya di Indonesia tetapi juga hampir di semua negara.

Melihat perkembangan ekonomi Indonesia pada masa sulit saat ini, Asian Development Bank (ADB) memproyeksikan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia akan membaik pada awal tahun 2021. Ekonom ADB untuk Indonesia, Emma Allen dalam webinar on Asian Development Outlook 2020 di Jakarta, Selasa (15/9), mengatakan, ADB memproyeksikan pemulihan terjadi secara cepat seiring permintaan domestik yang mampu mendongkrak indeks manajer pembelian bidang manufaktur hingga melampaui ambang batas 50 pada Agustus. Oleh sebab itu, dalam publikasi ekonomi tahunannya, Asian Development Outlook 2020 yang baru dirilis turut mempertahankan prediksinya untuk pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun depan sebesar 5,3 persen setelah mengalami kontraksi 1 persen di 2020.

Apa yang disampaikan oleh ADB terkait proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang akan membaik di 2021  tidak terlalu jauh berbeda dengan paparan Pemerintah kepada DPR pada pekan lalu.  Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati pada rapat kerja dengan Banggar DPR menyatakan pada pekan lalu bahwa pertumbuhan ekonomi dalam RAPBN 2021 yang semula ditargetkan berada di level antara 4,5 persen hingga 5,5 persen kini menjadi 5 persen. Dia juga menjelaskan bahwa perubahan target pertumbuhan ekonomi tersebut merupakan keputusan tepat yang menggambarkan harapan dan kehati-hatian terhadap kondisi ketidakpastian pada 2020.

Sejatinya, wabah virus corona merupakan pukulan telak pada pertumbuhan ekonomi pada hampir setiap negara. Bagi Indonesia, kontraksi 1 persen di kuartal IV ini merupakan kejadian langka setelah krisis keuangan tahun 1997-1998. Namun, dengan banyak kebijakan yang diambil oleh pemerintah, misalkan pemberian bantuan tunai untuk mendorong belanja di dalam negeri, dan pemberian kelonggaran berinvestasi dan berbisnis sedikit banyak memberi harapan untuk memulihkan kondisi ekonomi akibat dampak pandemi Covid-19. Walau kini Indonesia menghadapi ancaman gelombang ke-2 virus corona, penanganan bersama menghadapi Covid-19 dengan beberapa negara, terutama dalam pembuatan vaksin yang kini dalam uji klinis tahap akhir, telah memberikan harapan kepada masyarakat untuk dapat hidup sehat dan normal sehingga menggeliatkan kembali perekonomian dalam negeri baik di bidang industri,  jasa, manufaktur maupun pariwisata.

17
September

VOI WARNA WARNI Setelah Februari hingga April 2020 kemarin, Hari Tanpa Bayangan akan kembali lagi terjadi di Indonesia. Sejumlah wilayah di Indonesia akan mengalami Hari Tanpa Bayangan dari bulan September hingga Oktober 2020. Hari tanpa bayangan atau kulminasi atau transit atau istiwa adalah fenomena ketika matahari tepat berada di posisi paling tinggi di langit. Saat deklinasi matahari sama dengan lintang pengamat, fenomenanya disebut sebagai kulminasi utama. Pada saat itu, matahari akan tepat berada di atas kepala pengamat atau di titik zenit.Akibatnya, bayangan benda yang tegak akan menjadi hilang atau tidak terlihat, karena bertumpuk dengan benda itu sendiri.

Dalam keterangan tertulisnya, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan, bahwa hari tanpa bayangan ini terjadi karena bidang ekuatro bumi atau bidang rotasi bumi tidak tepat berimpit dengan bidang ekliptika atau bidang revolusi bumi. Sehingga, posisi matahari dari bumi akan terlihat terus berubah sepanjang tahun antara 23,5 LU sampai dengan 23,5 LS, dan hal ini disebut sebagai gerak semu harian Matahari. Posisi Indonesia yang berada di sekitar ekuator, menyebabkan kulminasi utama di wialyah Indonesia akan terjadi dua kali dalam setahun dan waktunya tidak jauh dari saat Matahari berada di khatulistiwa.

Indonesia secara geografis terletak di antara lintang 6º LU hingga lintang 11º LS. Dengan demikian, akan terjadi hari tanpa bayangan Matahari pada titik-titik tertentu di Indonesia manakala Matahari memiliki deklinasi +6º hingga deklinasi -11º dan sebaliknya. Wilayah yang akan mengalami hari tanpa bayangan  adalah Kota Banda Aceh pada 7 September 2020, di mana waktu kulminasi utamanya terjadi pada pukul 12.36 WIB. Sedangkan, wilayah Kupang adalah daerah yang akan merasakan hari tanpa bayangan paling akhir periode ini, yaitu pada tanggal 18 Oktober 2020. Untuk kota Jakarta, fenomena ini terjadi 8 Oktober 2020, yang kulminasi utamanya terjadi pada pukul 11.40 WIB. (VOI)

 

 

17
September

VOI PESONA INDONESIA Berwisata ke Magelang, Jawa Tengah, tak hanya Candi Borobudur yang bisa anda kunjungi. Kota ini punya banyak  objek wisata menarik lainnya. Sebut saja salah satunya Dusun Butuh, Dusun tertinggi di Magelang. Lokasinya berada di lereng Gunung Sumbing. Desa wisata ini berada di ketinggian 1700an meter diatas permukaan laut. Uniknya, di dusun ini rumah-rumah  berderetan persis berada di bawah Gunung Sumbing. Banyak orang menyangka pemandangan deretan rumah di lereng gunung  ini seperti di Nepal.

 

Lokasi dusun ini berjarak kurang lebih 20 kilometer, sekitar setengah jam perjalanan dari Kota Magelang menggunakan sepeda motor. Jumlah penduduk Dusun Butuh sekitar 610 Kepala Keluarga dan 2.500 jiwa. Mayoritas warga bekerja sebagai petani. Mereka menanam berbagai sayuran mulai dari kentang, wortel, kol dan sayuran lainnya. Susunan rumah warga di Dusun Butuh cukup unik. Rumah dibangun beraturan, mengikuti kontur dari kaki Gunung Sumbing. Dulu, sebelum dibangun rumah, lahan itu merupakan ladang pertanian warga, sehingga bangunan rumahnya jadi mengikuti kontur lahan. Dari bawah, memanjang terus ke lereng paling atas.

Anda yang suka dengan pemandangan alam maupun tracking bisa berkunjung menuju dusun ini. Sambil tracking mengelilingi dusun, anda bisa berfoto dengan pemandangan deretan rumah di lereng gunung layaknya di Nepal. Anda juga bisa melihat hamparan tanaman sayuran, dan jika cuaca cerah anda bisa melihat Gunung Sumbing dari kejauhan. Selain itu, bagi yang hobi naik gunung, desa ini merupakan salah satu basecamp pendakian menuju Gunung Sumbing. Di depan basecamp ini, anda bisa melihat pemandangan dari kejauhan sambil mencicipi  kuliner lokal setempat.

15
September

VOI PESONA INDONESIA Berwisata ke Banjarmasin, Kalimantan Selatan, jangan lupa mencicipi kuliner khas suku Banjar yang merupakan salah satu dari penduduk lokalnya. Suku Banjar punya beragam kuliner lokal yang lezat, seperti Soto Banjar, Sate Banjar dan Ketupat Kandangan. Untuk camilannya sendiri, suku Banjar punya kue Bingka yang begitu populer dan Gogodoh benyalam. Kali ini, kami akan mengajak anda mengenal camilan Gogodoh Benyalam.

dalam bahasa Banjar, Gogodoh berarti pisang. Kuliner ini memang berbahan dasar utama pisang. Dari tampilannya saja tampak irisan pisang bercampur kuah santan bertekstur kental. Selain terbuat dari pisang jenis menurun, gogodoh benyalam terbuat dari tepung terigu, gula pasir, telur ayam, santan kental, garam, vanili, pewarna makanan, dan daun pandan. Cara membuatnya cukup mudah. Kuah santan kental yang dicampur pewarna makanan, garam, vanili, dan gula pasir direbus hingga mendidih.Potongan pisang dilumuri tepung lalu celup ke dalam kuah santan yang sudah mendidih. Setelah itu baru dicampur telur dan diaduk-aduk. Setelah matang, gogodoh benyalam dibiarkan sampai dingin.

Saat penyajian agar tampilan kuliner ini tampak cantik, seringkali ditambahkan potongan kecil daun pandan diatas irisan pisang. Menikmati gogodoh benyalam paling cocok ketika masih hangat. Rasanya gurih dan kental. Kuliner ini sangat nikmat disantap sore hari bersama secangkir teh.Untuk menikmatinya, anda bisa datang ke warung-warung tradisional di Banjarmasin.