Berwisata ke Cirebon di bulan Ramadhan ini, anda wajib mencicipi kuliner berbuka khas Ramadhan masyarakat Cirebon. Masyarakat setempat biasanya berbuka dengan Docang. Docang merupakan singkatan dari kacang dibodo atau dibacem atau tempe bungkil. Makanan ini terbuat dari lontong yang diiris-iris kecil, ditaburi parutan kelapa muda, irisan daun singkong dicampur dengan toge yang telah direbus. Kemudian disiram kuah panas yang berisi dage, atau sejenis oncom yang dihancurkan, sehingga semua bahan makanan mengapung di bagian atas kuah.
sebelum seporsi docang disajikan, terlebih dahulu ditaburi kerupuk kecil-kecil berwarna putih. Ketika disantap, Rasa gurih dari docang sangat terasa. Kuliner khas Cirebon ini makin lezat, apabila disajikan dalam keadaan panas atau hangat. Pada bulan Ramadhan, kuliner ini biasanya disantap sebagai menu berbuka puasa. Sedang pada hari biasanya, kuliner Docang disantap sebagai menu sarapan pagi.
kuliner Docang banyak dijual selama Ramadhan. Pedagang Docang banyak berjualan di sekitar Masjid Agung Cirebon, dan Keraton Kasepuhan Cirebon. Disana banyak terdapat pedagang dadakan yang berjualan makanan khas berbuka puasa ini. Harga kuliner ini dijajakan dengan harga yang relatif murah, sekitar Rp. 10.000 hingga Rp. 15.000 per porsi.
Pulau Kalimantan memang pulau yang memiliki beragam suku. Hal ini membuat Pulau Kalimantan kaya akan budaya dari masing-masing suku yang mendiami pulau ini. Salah satunya adalah Kesenian Rudat yang merupakan perpaduan seni tari dan seni suara yang biasa ditampilkan dalam acara arak-arakan di Kabupaten Banjar. Rudat berasal dari bahasa Banjar yaitu “Rudatik” yang berarti bergerak terus-menerus. Yang dimaksud dalam hal ini adalah gerakan anggota tubuh secara terus-menerus mengikuti irama lagu dan bunyi tabuhan rebana. Rudat biasanya dilakukan sebagai ucapan rasa syukur kelahiran anak dan hajatan atau nazar atas keberhasilan yang dicapai. Kesenian ini penuh puji-pujian kepada Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW, sehingga bernuansa sangat islami.Kesenian Rudat merupakan salah satu budaya asli Banjar yang sampai saat ini masih dilakukan. Jenis tarian dalam seni ini mengandung gerakan-gerakan bela diri. Meskipun begitu, tarian ini didominasi oleh gerakan tari dengan posisi duduk. Awalnya rudat berfungsi sebagai syiar agama Islam dari ulama dan santri kepada masyarakat, kemudian berkembang menjadi sarana menyambut tamu serta hiburan.
Bondowoso desa ini berjarak 40 Km atau dua jam perjalanan dari pusat kota. Di sini ada sebuah tempat bernama desa Solor yang agak terpencil dari keramaian pusat kota Bondowoso. Kabarnya dahulu desa ini memiliki peninggalan zaman megalitikum, yaitu Batu So’on atau Betoh So’on. Sebutan Betoh So’on sendiri berasal dari bahasa Madura yang berarti batu bersusun。
begitu memasuki kawasan Solor, panorama indah sudah mulai terbentang. Anda akan melihat gugusan bukit berbatu setinggi 15-30 meter. Batu-batu tersebut tersusun rapi menumpuk ke atas seperti di tata。 Batuan jenis andesit tinggi menjulang bagaikan menara itu, letaknya memang di dasar lembah. Panorama indah ini hanya bisa dinikmati dari atas bukit. Tetapi jika mau, pengunjung bisa menuruni lembah curam tersebut, lalu dilanjutkan dengan menyusuri hamparan rumput dan semak hingga mendekati gugusan batu。 Diperkirakan batuan itu sudah tersusun sejak ribuan tahun yang lalu.
Akses untuk menuju tempat wisata Batu So’on yang merupakan Stonehenge Van Java ini tidak terlalu sulit. Anda bisa menggunakan motor maupun mobil . Perjalanan menuju ke sana sangat nyaman, meskipun jalannya kecil tetapi sudah beraspal halus. Anda tidak akan menemukan kesulitan karena sudah banyak petunjuk arah menuju ke tempat wisata tersebut。Disepanjang perjalanan anda akan disuguhi keindahan hutan jati dan dinding batu yang menghimpit jalan. Di musim kemarau wilayah sekitar Desa Solor akan terlihat gersang , karena tanah di sini mengandung kapur.
tempat wisata Batu So’on ini sudah mempunyai fasilitas yang cukup memadai seperti area parkir yang luas, toilet, tempat sholat dan juga restoran. Untuk masuk ke tempat Batu So’on ini anda hanya perlu membayar tiket Rp. 5000.Bila ingin berkunjung ke tempat wisata ini , jangan lupa untuk membawa kamera guna mengabadikan pemandangan yang tidak terdapat di tempat wisata lainnya ini. Waktu yang tepat untuk berkunjung ke tempat ini adalah saat pagi hari sebelum jam 11.00 karena tidak melawan matahari.
Apabila anda ingin berlibur tetapi masih bingung mau pergi ke tempat wiata seperti apa ? Tempat wisata Batu So’on ini mungkin bisa menjadi pilihan anda, terutama bagi anda pecinta alam dan yang suka berburu swa foto kekinian .
Bagi anda yang suka camping, sambil melihat keindahan langit biru, Yogyakarta menjadi destinasi wisata yang cocok untuk anda. Disana, tepatnya di kabupaten Gunung Kidul, ada Bukit Kosakora, lokasi ideal untuk berkemah. Dari atas bukit ini, anda bisa menyaksikan indahnya panorama laut selatan dari ketinggian. Lokasinya berada di Banjarejo, Tanjungsari, Kabupaten Gunung Kidul, Jogja. Waktu tempuh dari Jogja sekitar 1 hingga 2 jam. Untuk masuk ke Bukit ini, anda bisa masuk melalui Pantai Drini, dengan tiket masuk Rp.10.000 per orang.
dari pantai Drini, untuk mencapai puncak bukit Anda harus melewati medan jalan tanah bervariasi dengan jarak tempuh sekitar 800 meter. Menariknya, di sepanjang jalan, Anda bisa melihat banyak keindahan alam sekitar. Puncak Kosakora adalah hasil fenomena eksokarst di Gunungkidul. Sebuah bukit karst yang berada dalam satu garis dengan deretan pantai-pantai cantik Gunungkidul. Pantai Ngrumput, Pantai Drini, Pantai Watu Kodok, Pantai Sepanjang, Pantai Kukup bahkan Mercusuar Pantai Baron yang jauh di barat pun dapat terlihat dari bukit Kosakora ini. Lokasi bukit yang memiliki area datar cukup luas, menjadikan lokasi ini ideal untuk berkemah dan menyaksikan matahari terbenam dan terbit di Kosakora.
Nama Kosakora tercipta ketika ada beberapa pecinta alam yang datang ke sana kemudian mendirikan tenda. Para pecinta alam tersebut tidak membawa apapun sebagai bekal di tasnya, hanya tersisa selembar koran yang kemudian membuat nama Kosakora tercetus. Kosakora, merupakan akronim dari “Koran sak lembar, kopi ora ono”, yang dalam bahasa Jawa berarti koran satu lembar, kopi tak ada. Bagi anda yang tertarik berkunjung ke Kosakora,datanglah ke bukit ini sekitar pukul 15.00 WIB, dimana udara tidak terlalu panas. Jika Anda ingin berkemah di sana dan tidak ingin keberatan membawa tenda, Anda bisa menyewanya pada penjual warung yang ada di bukit.
Kota kecil di Nusa Tenggara Timur yang bernama Ende memiliki pesona tersendiri untuk di kunjungi. Kota ini terletak di pesisir selatan Pulau Flores dan berpenduduk 30.000 jiwa. Menurut sejarah, dahulu Ende merupakan sebuah kerajaan dimana penduduknya disebut sebagai orang Lio-ende. Selama beberapa dekade, Ende menjadi pusat pemerintahan, perdagangan, pendidikan, dan aktivitas politik. Kota ini juga pernah menjadi tempat Pengasingan Presiden Pertama Indonesia Soekarno pada masa kolonial. Di bawah pohon Sukun di Kota kecil ini, Presiden Soekarno merancang dasar Negara Indonesia yaitu Pancasila.
Ende dikelilingi oleh tiga gunung nan eksotis, yaitu Gunung Meja, Gunung Iya, dan Gunung Wongge. Sebagai salah satu destinasi wisata di Indonesia, Ende bukan hanya memiliki kekayaan wisata alam yang elok tetapi juga ragam wisata sejarah dan budaya yang menarik. Danau Kelimutu menjadi salah satu ikon wisata di Kabupaten Ende yang banyak menarik perhatian wisatawan. Danau tiga warna yang begitu eksotis di puncak Gunung Kelimutu ini konon memiliki arti warna yang berbeda dengan nuansa mistis yang menyelimutinya.
Ende juga memiliki beberapa destinasi lainnya seperti Pantai Batu Cincin, Pantai Batu Biru, Pantai Ena Bara Maurole, Pantai Mbu'u, Pantai Ria Ende, Air Terjun Murundao Ende, Air Terjun Kede Bodu Bukit Cinta Ende Dan Kampung Adat Saga. Museum Pengasingan Bung Karno juga merupakan salah satu destinasi wisata yang wajib And kunjungi jika berkunjung ke Kota Ende. Rumah yang berdiri menghadap ke timur ini adalah salah satu bangunan bersejarah. Di sinilah rumah pengasingan Ir Soekarno atau Bung Karno di Kota Ende pada zaman kolonial.
Tidak banyak perubahan dari bentuk asli rumah yang didirikan pada tahun 1927 itu, kecuali atapnya. Bagian lain seperti bentuk rumah bahkan pintunya masih sama seperti saat dulu digunakan oleh Soekarno.
Tidak hanya menyuguhkan tempat-tempat wisata yang cantik, Anda juga bisa mempelajari budaya menenun khas perempuan Ende, yaitu Zawo. Hasil tenunan yang berukuran cukup panjang seperti sarung ini dikenakan oleh kaum perempuan. Umumnya, masyarakat membuat tenun Ende dengan berbagai motif dan jenis yang jika dilihat sekilas tidak jauh berbeda dengan motif dan jenis kain tenun dari daerah lain di NTT. Jadi tidak Ada alasan untuk tidak mengunjungi Kota Ende yang mempesona dengan wisata Alam dan budayanya yang unik.
Hari ini akan memperkenalkan Rumah Adat Besemah di Sumatera Selatan. pulau-pulau di Indonesia sudah sejak lama ditinggali oleh masyarakat adat dari berbagai suku bangsa. Sehingga tidak heran jika Indonesia memiliki beragam aksara, bahasa, pakaian tradisional, hingga rumah adat.
Di antara beragamnya kebudayaan itu, rumah adat merupakan tolak ukur terdepan yang menggambarkan kebudayaan suatu suku bangsa. Rumah adat Besemah yang dikenal juga sebagai Rumah Baghi, merupakan rumah adat yang sudah digunakan sejak beratus tahun lampau oleh nenek moyang masyarakat Besemah, Pagaralam.
tipe rumah ini terbagi atas dua, yaitu tatahan dan ghilapan. Yang dimaksud dengan tatahan adalah bagian-bagian rumah, terutama dinding ditatah atau diukir. Sedangkan ghilapan berdinding polos. Baik rumah tatahan maupun ghilapan berukuran sama, yaitu 8 x 8 meter.
Bagian dalam Rumah adat ini hanya terdiri dari 1 ruangan luas tanpa sekat. Namun, sebagian rumah sesuai perkembangan zaman, mulai dibuatkan sekat untuk kamar. Sedangkan bagian dapur yang disebut pawun, dibangun terpisah.
konstruksi rumah baghi sangat unik. Untuk menyatukan bagian-bagian rumah, tidak dipergunakan paku. Kalaupun ada bagian yang perlu diikat, digunakan rotan sebagai penguatnya. Demikian pula bagian tiang, yang tidak ditanam ke dalam tanah.
Tiang-tiang ini berdiri dengan alas batu. Pada konstruksi lama, digunakan tiga batu per tiang dengan posisi segitiga. Sepanjang sejarahnya di Pagaralam, yang dekat dengan Gunung Dempo, rumah baghi tidak pernah rubuh atau rusak kendati daerah itu sering dilanda gempa bumi.
Budaya Bali memang selalu unik. Salah satunya yang selalu menarik perhatian wisatawan adalah tradisi Megibung Karangasem. Budaya ini menjadi salah satu tradisi yang terus dijaga oleh masyarakat Karangasem,bahkan menjadi salah satu wisata budaya yang popular di Bali。Tradisi Megibung Karangasem ini juga dapat diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat dengan berkumpul dan duduk bersama saling berbagi makanan. Atau bisa dikatakan sebagai tradisi makan bersama dalam satu wadah yang selalu dilakukan oleh masyarakat Karangasem Bali.
biasanya setelah upacara adat selesai, masyarakat secara berkelompok duduk bersila bersama dan membentuk lingkaran. Di tengah lingkaran sudah terhadang nasi dan lauk pauknya yang diletakkan dalam nampan atau wadah lain yang dialasi dengan daun pisang. Mereka lalu makan sesuap demi sesuap nasi dengan tertib, sambil diselingi ngobrol-ngobrol ringan。Pada tradisi Megibung ini tidak ada perbedaan status sosial maupun kasta, semua membaur dan makan bersama. Sekarang megibung sering dijumpai saat prosesi berlangsungnya upacara adat dan keagamaan, upacara potong gigi , pernikahan hingga upacara ngaben。
ketika Megibung digelar, semua orang ikut berpartisipasi, mulai dari anak-anak hingga dewasa untuk memasak aneka masakan tradisional. Masakan yang diolah terdiri dari berbagai jenis daging, ikan serta bermacam sayuran. Semua diolah menjadi masakan tradisional. Selain itu , ada juga lauk khusus yang biasa disajikan yakni sate. Sate khusus untuk megibung ini terdiri dari sembilan jenis sebagai perlambang sembilan arah mata angin.
Selain menyiapkan lauk dan sayurannya, juga dipersiapkan nasi putih untuk dimakan bersama. Setelah masakan matang warga meletakkan makanan di atas nampan yang sudah dialasi daun pisang. Nasi putih yang diletakkan di wadah itu disebut gibungan, sedangkan lauk dan sayurannya disebut karangan atau selaan
sebelum memulai makan, ada etika yang perlu diperhatikan seperti mencuci tangan terlebih dahulu, tidak boleh mengambil makanan yang ada disebelahnya, dan apabila sudah kenyang tidak boleh meninggalkan tempat atau meninggalkan temannya .
tradisi megibungyang bertujuan mengikat kebersamaan warga ini masih secara turun temurun dilakukan. Selain menjadi pendidikan moral agar setiap bagian masyarakat selalu menjaga kebersamaan dan keakraban dalam lingkungan, tradisi ini juga sudah menjadi kebanggaan masyarakat Karangasem。
Memasuki bulan Ramadhan, beragam kuliner menu berbuka puasa yang biasanya tak ada di hari biasa mulai bermunculan. Berbagai menu puasa ini ramai dijajakan para pedagang pada sore hari, menjelang waktu berbuka. Di Banyuwangi, tepatnya di Gesibu, ratusan pedagang menjajakan menu berbuka. Gesibu merupakan pusat perbelanjaan makanan takjil selama bulan Ramadan di Banyuwangi. Dari berbagai kuliner buka puasa, Kopyor Roti menjadi salah satu jajanan takjil yang banyak diburu warga Banyuwangi. Kuliner ini merupakan sajian khas menu berbuka masyarakat Bayuwangi.
Kopyor Roti terbuat dari bahan-bahan alami yakni roti, bihun, nangka, dan santan. Bungkusnya bukan plastik, melainkan menggunakan daun pisang. Proses pembuatannya pun dilakukan dengan cara sederhana yakni daun pisang yang dijadikan pembungkus diisi roti tawar, bihun, nangka dan santan yang dipanaskan lalu dikukus selama 15 menit. Ketika disantap, rasa kopyornya begitu nikmat. Manis dan gurih santannya terasa sangat pas. Para pedagang biasanya mencampur kopyornya dengan nangka, sehingga aromanya wangi dan rasa manisnya terasa legit.
karena terbuat dari bahan alami, seperti nangka, santan dan dibungkus daun pisang, kuliner ini tergolong menyehatkan. Rasanya yang manis dan tekstur kuenya yang lembut membuat makanan ini cocok sebagai santapan menu berbuka. Harganya pun cukup murah, sekitar Rp.2.000 hingga Rp.5.000 per bungkus. Karena merupakan menu berbuka puasa pavorit masyarakat Banyuwangi, tidak sulit menemukan kuliner ini. Di berbagai pasar atau Festival Ramadhan, pasti banyak pedagang menjajakan Kopyor Roti.
Sikka merupakan salah satu kabupaten di provinsi Nusa Tenggara Timur. Masyarakat Kabupaten Sikka terkenal sangat kuat adat dan budayanya. Salah satu tradisi masyarakat Sikka yang terus dilestarikan hingga kini adalah Huler Wair. Huler Wair merupakan tradisi menerima tamu yang datang berkunjung ke Sikka.Ritual Huler Wair ini dilakukan dalam acara apa pun di Kabupaten Sikka. Selain digelar untuk menyambut tamu, ritual ini juga digelar agar tamu yang datang terbebas dari bahaya selama berada di Sikka. Penyambutan ini biasanya berlangsung pada pagi hari.
Tamu yang datang ke Sikka, akan diterima dengan tarian penyambutan “Soka Papak”. Tarian ini sejak zaman kerajaan dulu digunakan untuk menyambut raja atau ratu yang datang mengunjungi daerah-daerah di wilayah Sikka. Upacara penyambutan tamu dilanjutkan ritual adat Huler Wair. Ritual ini menggunakan media Daun dan Air Kelapa. Saat tradisi akan dimulai, seorang Tetua adat yang berpakaian adat lengkap membacakan syair-syair dalam bahasa Sikka yang disebut Kleteng Latar. Setelah syair dibacakan kemudian dengan menggunakan 2 helai daun Huler yang masih muda dan air kelapa yang dipegang oleh satu orang perempuan,tetua adat akan menyirami tamu yang hadir..
Daun Huler merupakan nama satu jenis pohon yang ada di Sikka yang pada musim panas atau hujan, daun pohon tersebut selalu tumbuh subur. Sedangkan air kelapa dianggap sebagai lambang kemurnian dan kesejukan karena air kelapa merupakan air yang steril tidak terkontaminasi oleh apa pun. Menurut Tetua adat setempat, Air kelapa itu betul-betul suci , berada di ketinggian dan belum dijamah oleh siapapun. Untuk mendapatkan air kelapa perlu perjuangan, buah kelapa dikupas kulit dan saputnya, kemudian membuka tempurungnya dengan menggunakan golok untuk mendapatkan airnya yang rasanya manis alami.
Kota Mamuju punya banyak spot objek wisata yang indah, mulai dari situs budaya, situs bersejarah, pantai, pulau, pegunungan dan air terjun. Air Terjun Tamasapi adalah sebuah destinasi wisata yang terdapat di Dusun Tamasapi, Desa Mamunyu, Kecamatan Mamuju, Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat. Air Terjun Tamasapi memiliki ketinggian kurang lebih 75 meter, airnya berasal dari Sungai Tamasapi.
suasana alam di kawasan wisata ini masih sangat alami. Nampak asri dengan rerumputan dan pohon-pohon yang besar disekitar air terjun. Saat ini, Air Terjun Tamasapi menjadi salah satu pilihan wisata penduduk lokal maupun pengunjung dari luar kota karena akses jalan ke tempat wisata ini sudah mulai di perbaiki dan memudahkan pengunjung untuk mencapai destinasi wisata ini. Air terjun ini cukup deras, namun Anda tetap bisa bermain air di sekitar air terjun tetapi harus berhati-hati.
untuk menuju lokasi Air Terjun Tamasapi, dari pusat kota Mamuju Anda dapat menggunakan mobil atau motor sampai ke perkampungan, dilanjutkan dengan berjalan kaki menyusuri jalan setapak yang menanjak dan menurun sekitar 1 Km dengan waktu tempuh 30 Menit.
Disepanjang jalan menuju air terjun ini terdapat pohon durian. Jika anda datang ketika musim durian berbuah, anda dapat membelinya langsung dari para petani yang sering menawarkan dengan harga yang murah. Untuk masuk destinasi wisata ini, anda perlu membayar tiket masuk seharga Rp 5.000.