pesona indonesia

pesona indonesia (547)

01
April

Tradisi Ngarot adalah upacara adat yang terdapat di Desa Lelea, Kecamatan Lelea, Jawa Barat. Tradisi ini memiliki arti ucapan syukur terhadap datangnya musim tanam. Upacara ini biasanya dilaksanakan pada minggu ketiga bulan November atau Desember dan selalu pada hari Rabu. Hal ini dilakukan karena hari Rabu dianggap keramat dan hari yang baik untuk menanam padi.

Ngarot berasal dari bahasa Sunda yang berarti minum. Sedangkan dalam bahasa Sansekerta “Ngaruat” yang berarti bebas dari kutukan dewa, atau bebas dari segala dosa. Budaya Ngarot pertama kali dirintis Ki Buyut Kapol, yaitu seorang tokoh yang loyal dan berpengaruh di Desa Lelea. Ia rela memberikan sawah seluas 26.100 m2 sebagai wujud realisasi acara Ngarot dan dengan sangat senang masyarakat Lelea menyambutnya. Upacara ini biasanya dilakukan oleh pemuda-pemudi warga desa Lelea.

upacara Ngarot terdiri dari tiga bagian yaitu arak-arakan, seserahan dan pesta pertunjukan. Peserta yang mengikuti upacara Ngarot harus menggunakan pakaian khas, yaitu remaja putri menggunakan kebaya berselendang dilengkapi aksesoris seperti kalung, gelang, cincin, bros, peniti emas, dan hiasan rambut. Sedangkan remaja putra menggunakan baju komboran dan celana gombrang beserta ikat kepala.

Upacara dimulai jam 08.30 dan semua peserta Ngarot berkumpul di rumah Kepala Desa untuk didandani. Kemudian pemuda-pemudi diarak mengelilingi kampung. Setelah itu peserta Ngarot masuk balai desa dan disambut dengan tari-tarian daerah.

Lalu masuk ke inti acara, dimulai dari pembukaan, pembacaan sejarah Ngarot, ucapan sambutan dari Kepala Desa, dan proses penyerahan kepada para kasinoman atau pemuda-pemudi.

31
March

Selain menjadi kota bagi pelajar dan para seniman, kota Yogyakarta juga memiliki destinasi wisata yang seakan-akan tidak ada habisnya. Salah satu tempat wisata baru yang sedang ramai menjadi pembicaraan di antara wisatawan adalah Bendungan Kamijoro Bantul .

Bendungan Kamijoro yang terletak di perbatasan Bantul dan Kulon Progo ini, tepatnya di Plambongan, Triwidadi, Pajangan, Bantul , dibangun untuk mengairi sawah seluas 2370 hektar lebih di Kabupaten Bantul. Meskipun fungsi utama bendungan ini adalah sebagai saluran irigasi, tetapi justru bendungan ini kemudian lebih dikenal sebagai tempat wisata. Selain sebagai tempat wisata, tempat ini juga cocok untuk dijadikan sebagai tempat untuk bersantai, berolahraga, taman bermain anak, dan sebagai tempat untuk berfoto yang tentu instagramable.

bendungan Kamijoro ini ternyata mempunyai sejarah yang cukup panjang, karena dibangun pada era Hindia-Belanda. Menurut sejarahnya , bendungan Kamijoro ini dibangun oleh seorang keturunan Belanda-Jerman pada awal abad 19. Dan setelah mengalami berbagai bentuk renovasi, banyak sekali pengunjung dari luar dan dalam kota Yogjakarta sendiri yang tertarik untuk melihat keelokan tempat ini. Selain itu fasilitas di Bendungan Kamijoro juga sudah menyediakan berbagai fasilitas seperti musholla, tempat parkir, warung makanan dan minuman, taman untuk bermain anak-anak dan masih ada lagi lainnya yang membuat anda betah dan nyaman menghabiskan waktu di sini

Bendungan Kamijoro yang terletak sekitar 21 Km dari pusat kota Jogja bisa dicapai dengan melalui Jalan Yogyakarta-Wates atau sekitar 40 menit bila ditempuh dengan menggunakan kendaraan roda dua ataupun roda empat. Bendungan ini terletak sekitar 18 Km dari Terminal Giwangan Yogjakarta dengan waktu tempuh kurang lebih 33 menit. Untuk berkunjung dan menikmati keindahan Bendungan Kamijoro ini anda hanya harus membayar parkir saja,   Rp. 2000 untuk motor dan Rp. 5000 untuk mobil . Bendungan Kamijoro setiap hari buka mula dari pagi hari hingga malam hari. Tetapi waktu yang paling tepat untuk berkunjung ke Bendungan Kamijoro ini adalah sekitar pukul 16.00 WIB sampai dengan pukul 18.30 WIB. Mengapa sore hari? Karena yang menjadi primadona di sini adalah keindahan pemandangan pada waktu matahari terbenam.

bila anda sedang berlibur ke provinsi Daerah Khusus Istimewa Yogjakarta, Jawa Tengah khususnya Bantul sempatkanlah untuk berfoto-foto dan menikmati keindahan matahari terbit di Bendungan Kamijoro ini

27
March

Sebagai salah satu dari sepuluh destinasi prioritas, Labuan Bajo di Nusa Tenggara Timur (NTT) kini siap memberikan pengalaman baru bagi para wisatawan dalam bentuk _Nomadic Tourism_ di samping atraksi wisata komodo dan selam. Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya menyebut konsep nomadic tourism sebagai solusi sementara untuk selamanya.

Live a board yang telah berkembang lima hinga tujuh tahun terakhir di Labuan Bajo adalah contoh dari solusi sementara itu. Ini bisa jadi solusi amenitas dan juga akses bagi wisatawan nomad. Dulu kita mengenalnya sebagai wisata minat khusus, tapi seiring perkembangan zaman, tren ini menjelma menjadi wisata minat umum. Menurut Menpar, untuk membangun destinasi Labuan Bajo membutuhkan waktu sekitar 20-30 tahun, karena itu ia memutuskan menjalankan solusi sementara yaitu Nomadic Tourism.

pengembangan Nomadic Tourism di Labuan Bajo bisa dipercepat agar mendapat hasil yang lebih baik baik terutama dalam bidang amenitas. Untuk atraksi, Labuan Bajo sudah tidak perlu ditanyakan lagi, karena sudah terkenal dengan Pulau Komodo dan tempat menyelam terbaik dunia, sementara untuk amenitas konsep Nomadic Tourism bisa mempercepat pertumbuhan wisatawan.

Selain itu, sejumlah tempat glamping atau glamour camping terlihat mulai muncul di kawasan ini. Di antaranya di Pulau Saloka yang digarap oleh sebuah social enterprise bernama Pulau Bahagia Ekosistem. Terdapat juga CND Nomadic Huts yang dibangun oleh CND Dive Center yang dipimpin oleh Condo Subagyo, salah seorang nomad terpandang di dunia diving di Labuan Bajo. Untuk wisatawan yang ingin melakukan liburan glamor, mereka dapat mencoba mengarungi pantai-pantai indah dengan menggunakan kapal-kapal mewah seperti Sea Safari Cruise, Salila, Grace Alone, Maluku, Plataran Komodo, dan lain-lain. Berbagai kapal mewah ini dapat dengan mudah ditemukan di Kawasan Marina Pelabuhan Labuan Bajo.

26
March

26 Februari hingga 5 Maret 2019 lalu telah berlangsung sebuah festival bertajuk Festival Pantai Enagera. Digelar di Lembah Sawu, di bawah kaki gunung api Ebulobo, Kecamatan Mauponggo, Kabupaten Nagekeo, Nusa Tenggara Timur, Festival Pantai Enagera dilangsungkan untuk melestarikan dan mempertahankan tarian dan musik tradisional setempat. Ada 15 musik dan tarian tradisional yang dipentaskan selama Festival itu berlangsung, baik yang dibawakan oleh masyarakat setempat maupun siswa dan siswi dari berbagai Kecamatan di Kabupaten Nagekeo. Salah satu dari musik dan tarian tersebut adalah Tarian Toda Gu.

Dinamakan Toda Gu, karena tarian ini menggunakan alat musik pengiring berupa gendang (TODA) dan bambu aur (GU) yang ditabuh dalam nada dan irama, sehingga menjadi satu kesatuan ekspresi gerak dan tari. Tarian Toda Gu adalah tarian kemenangan bagi kaum laki-laki yang pulang perang di masa silam. Jadi kaum laki-laki Nagekeo saat merayakan kemenangan perang menari-nari dengan tarian Todagu diiringi musik bambu. Saat ini, tarian Toda Gu biasa ditarikan saat pembuatan maupun pemugaran rumah adat (SAO WAJA) maupun saat penancapan tiang agung di tengah kampung.

Tarian Toda Gu biasanya dibawakan oleh kaum laki-laki, karena merupakan tari kemenangan setelah perang. Sementara khusus untuk kaum perempuan ada tarian Tea Eku. Tarian Tea Eku merupakan tarian kaum perempuan atau para istri untuk menyambut suami dan kaum laki-laki yang pulang perang dengan membawa kemenangan. Untuk mengimbangi gerakan kaki, para penari tari Toda Gu menari menggunakan tombak (Bhuja) dan Pedang (Topo),.

25
March

Pantai Watotena adalah pantai yang terletak di sebelah tenggara Pulau Adonara. Tepatnya di Desa Nelerereng, Kecamatan Ileboleng, Adonara Timur, Flores Timur. Pantai ini masih belum banyak dikunjungi oleh wisatawan, sehingga tempat ini cocok untuk bersantai dan menikmati pemandangan yang indah.

Selain pasir putih dan laut biru, daya tarik pantai ini adalah batuan hitam atau batu magma dengan aneka bentuk dan formasi yang menghiasi bibir pantai, yang menambah kecantikan pantai Watotena dan membuatnya berbeda dengan pantai-pantai di daratan Flores.

Nama Watotena berarti perahu dari batu, atau batu yang berbentuk perahu. Hal ini bisa anda lihat dari batu magma yang berbentuk seperti perahu. Terdapat banyak batu magma yang muncul di permukaan pasir putih. Keeksotisan pantai ini semakin mempesona dengan pemandangan Gunung Ile Boleng di belakangnya.Banyak yang dapat anda lakukan di sana. Mulai dari menyusuri pantai, bermain pasir atau air hingga mencari spot foto menarik. Khusus bermain air, anda harus berhati-hati karena terkadang ombak di sana cukup besar.

Untuk mencapai Pantai Watotena anda dapat menggunakan perahu motor dari Larantuka dan berlabuh di dermaga Terong atau Pelabuhan Waiwerang di pulau Adonara. Pantai ini berjarak 6 Km dari Pelabuhan Waiwerang dan membutuhkan waktu sekitar 30 menit dari Waiwerang dan secara keseluruhan membutuhkan waktu kurang lebih 3 jam dari Pelabuhan Larantuka.

Satu hal yang paling diperhatikan di pantai ini adalah kebersihan. Para wisatawan dilarang keras membuang sampah sembarangan, tidak merokok dan membawa minuman ke area pantai. Hal tersebut tentunya membuat tempat ini sangat bersih dan tidak tercemar.

24
March

 

Hari ini akan mengajak anda berwisata ke kabupaten Kuningan di Provinsi Jawa Barat untuk mencicipi kuliner khas kota kecil yang berbatasan dengan Kota Cirebon ini. Karena letaknya yang berbatasan dengan Cirebon dan Jawa Tengah, maka masyarakatnya pun beragam, baik dari budaya, bahasa , adat dan juga makanannya. Kali ini kami akan memperkenalkan salah satu kuliner yang menjadi unggulan kota Kuningan ini , yaitu Hucap.

Hucap bagi warga Kuningan adalah salah satu menu untuk sarapan. Di Kabupaten Kuningan banyak sekali pedagang Hucap , sehingga anda tidak akan kesulitan ketika mencari Hucap untuk sarapan. Selain dijajakan dengan berkeliling, di dekat pusat keramaian biasanya juga banyak warung Hucap, yang selalu dipadati pembeli, terlebih diwaktu makan pagi. Warung Hucap ini mulai buka pada pukul 06.00 sampai dengan pukul 10.00 pagi. Tetapi sekarang ini Hucap tidak saja untuk menu sarapan tapi kadang juga untuk makan siang bahkan makan malam, dengan begitu warung Hucap banyak juga yang buka mulai dari jam 06.00 pagi sampai dengan jam 03.00 dini hari.

Hucap sendiri adalah singkatan yang berasal dari tahu dan kecap. Sesuai namanya, kuliner ini memang terdiri dari campuran tahu, ketupat dan kecap yang disiram dengan saus kacang yang gurih dan nikmat. Rahasia nikmatnya Hucap ini memang pada saus kacangnya, yang terbuat dari campuran kacang tanah yang digoreng , cabe merah, gula jawa, garam dan penyedap yang dihaluskan hingga bercampur menjadi satu. Ketupat yang terdapat di dalam kuliner Hucap bukanlah ketupat biasa karena dalam pembuatannya, ketupat ini sudah direbus dengan air merang sehingga kulitnya berwarna coklat dan tentu saja cita rasanya pun menjadi lebih nikmat.

Bahan utama Hucap adalah tahu khas Kuningan yang padat dan gurih. Untuk penyajiannya, tahu ini harus digoreng lebih dahulu secara dadakan dan disajikan saat masih panas

Untuk penyajian sepiring Hucap , pertama-tama ketupat dibuka kulit pembungkusnya dengan cara dibelah dan kemudian dipotong-potong lalu di letakkan di piring. Kemudian tahu goreng dipotong dan diletakkan di atasnya, lalu siramkan saus atau bumbu kacang sesuai kebutuhan dan ditambahkan kecap secukupnya. Setelah itu ditaburi bawang goreng di atasnya. Sebagai tambahan , anda bisa juga menambahkan kerupuk ikan atau bakwan yang biasanya di sediakan di atas meja warung penjual Hucap. Untuk sepiring Hucap dan segelas teh tawar panas anda cukup membayar kira-kira Rp. 12.000 sampai Rp. 15. 000.

bila anda sedang berlibur ke provinsi Jawa Barat, khususnya Cirebon, sempatkanlah untuk mencoba kuliner Hucap ini , selain rasanya yang lezat , bisa membuat anda kenyang hingga makan siang. Selain itu, harganya pun tidak menguras kantong. Kami akhiri Pesona Indonesia hari ini, kita bertemu lagi besok, tentu saja dengan topik yang lebih menarik. Inilah Suara Indonesia, dari Indonesia menuju dunia.

20
March

Pulau Dua terletak di Distrik Werbes, Kabupaten Tambrauw, Papua Barat. Sebuah peninggalan sejarah kembali membawa pengalaman lain bagi wisatawan di pulau ini. Pulau Dua merupakan sebuah pulau tidak berpenghuni yang pernah menjadi lokasi petilasan misionaris bernama Yonas Nandisa. Dia adalah seorang guru Injil yang mendarat pada 12 Agustus 1912 di Pulau Dua. Yonas adalah pembawa kabar Kristen pertama yang menginjakan kaki di Tambrauw.

Prasasti petilasan Kristen Injil di perkampungan Pulau Dua mencatat, Yonas merupakan salah satu penyebar agama Kristen di sana. Bisa dibilang, pengaruh Yonas dan para pengikutnyalah yang membuat 90 persen masyarakat Tambrauw menganut agama Kristen. Untuk mengenang petilasan Yonas, didirikan sebuah tugu. Dulu, di dekatnya ada sebuah gereja. Namun, bangunan gereja itu rusak, perkakasnya dicuri diduga oleh para awak kapal yang mendarat. Akhirnya, hanya ditemukan bekas bangunan gereja. Gereja mulai koyak pada Perang Dunia II.

Ketika itu, Pulau Dua menjadi salah satu lokasi petarungan para tentara. Pada masa itu, para warga diungsikan ke Bika. Karena tak bertuan, pencuri pun lelusa membawa perkakas gereja. Hingga kini, masyarakat Kristen di Tambrauw merayakan petilasan tersebut setiap Agustus. Untuk mencapai Pulau Dua wisatawan harus mengendarai speedboat dari Pelabuhan Sausapor, dengan waktu tempuh 15 menit. Selain melakukan wisata sejarah, wisatawan juga bisa menyelam kapal dan pesawat yang ditenggelamkan pada masa Perang Dunia II. Sementara untuk sampai ke Sausapor, wisatawan bisa menggunakan akses udara dengan Susi Air seharga Rp270.000, beroperasi tiap hari Selasa hingga Jumat.

Wisatawan yang datang ke Pulau Dua umumnya akan terkesima dengan keindahannya. Warna pasirnya bak kristal, begitu lembut. Bersama itu wisatawan juga bisa menikmati air laut yang bening dan bergradasi toska, biru tua dan biru muda. Tak kalah elok ada juga ikan warna-warni yang melintas di antaranya juga terdapat ikan yang bahkan belum pernah dilihat di tempat lain, tubuh ikan tersebut dipenuhi bercak berwarna hijau, biru, merah, dan kuning. Wilayah timur Indonesia memang selalu menyajikan pemandangan yang memuaskan hati dan menenangkan jiwa.

19
March

Berwisata ke suatu daerah, kurang lengkap rasanya jika anda belum mencicipi kuliner lokal masyarakat setempat. Seperti misalnya jika anda berkunjung ke kota Solo, Jawa Tengah, anda harus mencoba beragam kuliner khas masyarakat Solo. Tempat terbaik mencicipi keragaman kuliner Solo adalah Pasar Gede. Salah satu pasar terbesar yang menjadi ikon Kota Solo ini memang tak hanya menjadi tempat jual-beli bahan makanan. Sajian tradisional juga dijajakan di sini, Dari beragam kuliner khas solo yang dijajakan di Pasar Gede, cobalah mencicipi kuliner Brambang Asem.

Brambang Asem terdiri dari daun ubi jalar atau yang dikenal oleh warga Solo dengan nama jeglor. Tentunya yang digunakan adalah daun ubi yang masih muda. Cara memasakbrambang asemsangat sederhana. Daun ubi jalar segar direbus terlebih dahulu. Proses perebusannya hanya sebentar, karena hanya cukup dicelupkan ke dalam air yang mendidih. Lalu untuk sambalnya, Brambang atau yang dikenal dengan nama bawang merah dibakar, kemudian dihaluskan bersama asam jawa, gula merah, garam, terasi dan cabai. Saat disajikan, sambal yang telah dihaluskan tersebut kemudian disiramkan ke daun ubi rebus. Karena menggunakan bawang merah (brambang) dan asam (asem) dalam pembuatannya, karenanya kuliner ini disebut Brambang Asem.

Brambang asem biasanya disajikan bersama tempe gembus dan kerupuk karak. Tempe gembus terbuat dari ampas tahu yang difermentasikan. Saat disantap, cita rasa manis, asam dan pedas bercampur menjadi satu. Selain rasanya yang unik, harganya yang relatif murah membuat kuliner ini juga banyak diburu orang. Brambang Asam dijual Rp.5.000 per porsi. Biasanya pedagang menjajakan Brambang Asam dari pagi hingga sore hari. Tidak hanya di Pasar Gede, kuliner khas Solo ini dapat dijumpai di Pasar Grosir Solo.

18
March

Nusa Tenggara Timur yang terkenal akan wisata alamnya tenyata tidak hanya memiliki objek wisata alam yang memukau, tetapi juga memiliki wisata budaya seperti, Rumah Adat Mbaru Embo yang berada di Kampung Mok, Desa Mbengan, Kecamatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur, Flores, Nusa Tenggara Timur. Rumah adat ini unik karena, rumah ini tidak pernah di huni oleh manusia.

Kampung Mok tempat dimana Rumah Adat Mbaru Embo ini berada merupakan perkampungan tua yang dihuni oleh suku Nanga. Warga kampung ini percaya bahwa Mbaru Embo adalah hunian khusus arwah leluhur. Pasangan Embo Lenang dan Embo Teje diyakini sebagai tetua utama leluhur penghuni rumah adat itu.

Sesuai dengan tuntutan adatnya, Mbaru Embo berdiri di ketinggian punggung bukit bagian hulu kampung. Bangunannya berkolong, berbentuk melingkar, dengan satu titik yang merupakan puncak atap. Sebagian besar kerangka bangunan dari bahan bambu dan beratap ijuk. Suasana rumah leluhur itu selalu hening karena tidak berpenghuni dan lokasinya agak terpisah sekitar 50 meter hingga 200 meter dari jejeran perumahan warga.

Lokasi Kampung Mok berjarak 30 kilometer disebelah utara Borong, ibu kota Kabupaten Manggarai Timur. Berkunjung ke perkampungan ini tidak sulit karena sudah terhubung dengan jalur beraspal, meskipun disejumlah lokasi masih berlubang sehingga pengendara harus berhati-hati.

Jika berkunjung untuk melihat Rumah Adat Mbaru Embo, ada 5 peraturan yang harus dipatuhi oleh pengunjungnya. Pertama, pengunjung hanya boleh berada di luar rumah adat. Kedua, tidak boleh merokok. Ketiga, tidak boleh memakai baju berwarna merah. Keempat, tidak boleh mengambil foto rumah adat. Untuk mengambil foto pengunjung harus mendapat persetujuan tetua dan melakukan sebuah ritual adat. Kelima, tidak boleh membawa alat penerangan.

17
March

Guha Pawon adalah sebuah goa purbakala yang terdapat di Desa Gunung Masigit, Cipatat, Padalarang, kabupaten Bandung Barat. Guha/ goa ini merupakan tempat yang sangat penting bagi masyarakat Jawa Barat, khususnya suku Sunda. Menurut cerita, tempat ini adalah tempat asal nenek moyang orang Sunda . Kebenaran cerita ini diperkuat dengan ditemukannya tulang belulang dan serpihan batu oleh peneliti. Diperkirakan peninggalan purbakala ini sudah berusia 10 ribu tahun . Hasil penelitian membuktikan tulang tersebut adalah milik manusia yang dahulu hidup di dalam goa, sedangkan serpihan batu merupakan perkakas yang digunakan pada zaman itu . Salah satu alasan goa ini dinamakan Guha Pawon adalah karena di sini ditemukan banyak perkakas rumah tangga peninggalan jaman dahulu .

untuk sampai ke tempat wisata ini tidak terlalu sulit. Karena jalannya tidak jauh dari jalan utama, sehingga bisa menggunakan transportasi umum. Jika berangkat dari Bandung, anda bisa menggunakan bus antar kota jurusan Bandung-Sukabumi atau Cianjur, dengan membayar Rp. 15.000 (Lima belas ribu Rupiah). Kemudian anda turun di Cipatat, Padalarang setelah melihat gapura bertuliskan “Selamat datang di Objek wisata Guha Pawon”. Jarak dari gapura ke obyek wisata Guha Pawon sekitar 2 Kilometer. Anda bisa menggunakan motor sewaan atau berjalan kaki dengan melewati perkampungan warga .

Untuk tiket masuk Ke Guha Pawon, pengunjung hanya membayar Lima ribu Rupiah per orang. Harga yang cukup terjangkau untuk tempat wisata yang kental dengan nilai edukasi. Ketika anda akan memasuki mulut goa yang berjarak sekitar 50 meter dari tempat parkir, anda akan disambut oleh kawanan monyet-monyet liar. Tetapi tidak perlu khawatir , karena monyet-monyet di Guha Pawon ini tidak mengganggu dan memang monyet-monyet ini hidup bebas di sekitar Guha Pawon.

untuk bisa masuk ke dalam Guha Pawon yang memiliki panjang 38 meter dan lebar 16 meter ini , anda harus mendaki bebatuan, karena mulut goa terletak beberapa meter di atas tanah. Oleh karena itu disarankan untuk memakai sepatu atau sandal gunung. Setelah sampai di mulut goa, anda harus melalui sebuah anak tangga kecil dari kayu untuk bisa masuk ke dalam lambung goa. Sementara di langit-langit goa, kawanan kelelawar terbang berputar-putar .   Goanya sendiri tidak terlalu besar, di dalam goa anda bisa melihat susunan bebatuan yang artistik, replika fosil manusia purba di sudut ruangan goa yang dilindungi pagar pengaman.

bila anda sedang berlibur ke Bandung , sempatkanlah untuk mengunjungi Goha Pawon ini. Dapat dipastikan liburan anda semakin berkesan. Kami akhiri Pesona Indonesia hari ini, kita bertemu lagi besok, tentu saja dengan topik yang lebih menarik. Inilah Suara Indonesia, dari Indonesia menuju dunia.