pesona indonesia

pesona indonesia (547)

22
August

Sego Cawuk

Written by
Published in pesona indonesia

Berwisata ke banyuwangi, Jawa Timur, cobalah nikmati beragam kuliner khasnya. Misalnya saja Sego Cawuk. Kuliner dari kota bertajuk The Sunrise of Java ini biasanya dinikmati sebagai menu sarapan pagi. Dinamakan Sego Cawuk karena dulunya makanan ini dimakan dengan cara dicawuk atau dimakan menggunakan sendok daun pisang yang dilipat. Alas penyajiannya juga menggunakan daun pisang.

 

Dalam seporsi Sego Cawuk terdiri dari nasi putih yang disiram dengan dengan kuah pindang dan kuah trancam (kuah yang di dalamnya berisi parutan kelapa dan jagung bakar yang diserut). Kuah pindang yang digunakanpun cukup unik, karena kuah pindang ini dimasak dengan cara di Gendam, cara memasak yang cuma ada di Banyuwangi. Cara memasak gendam kuah pindang yaitu dengan memanaskan gula pasir hingga menjadi caramel lalu dicampur dengan air dan dibiarkan mendidih, setelah itu dicampurkan rempah laos dan asam wadung. Terakhir memasukkan ikan laut ke dalam kuah hingga matang. Kemudian Sego Cawuk disajikan dengan beberapa lauk pauk, seperti telur masak pindang, pelasan ikan laut, dan coco tahu (sejenis tahu yang dimasak dengan kelapa). Satu lagi lauk yang tak boleh ketinggalan, yaitu semanggi sambal sereh. Daun semanggi rebus yang diberi sambel sereh yang rasanya pedas asam karena berasal dari campuran cabe rawit, terasi, gula, dan belimbing wuluh sebagai pengganti tomat.

 

Sego Cawuk punya Kuah berwarna merah kuning dengan taburan bawang goreng. Saat dihidangkan, tercium bau gurih dan harum saat masakan ini. Ketika disantap, anda akan merasakan manis, gurih, asam, dan pedas yang tersaji dalam satu porsi Sego Cawuk. Tak sulit menemukan kuliner ini di Banyuwangi. Hanya saja, karena ini merupakan menu sarapan pagi, untuk menikmatinya, jangan membelinya terlalu siang. Soal harga, kuliner ini cukup terjangkau, seporsi nasi Cawuk dibandrol seharga Rp. 10.000 hingga Rp. 15.000.

21
August

Dataran tinggi Dieng (DTD) adalah dataran dengan aktivitas vulkanik di bawah permukaannya, seperti Yellowstone di Amerika Serikat ataupun Dataran Tinggi Tengger. Bentuk Kawah di dataran tinggi Dieng adalah kaldera dengan gunung-gunung di sekitarnya sebagai tepinya. Terdapat banyak kawah sebagai tempat keluarnya gas, uap air dan berbagai material vulkanik lainnya. Keadaan ini sangat berbahaya sekaligus menarik untuk disaksikan. Secara biologi, aktivitas vulkanik di Dieng menarik karena ditemukan di Sumber mata air panas di dekat kawah beberapa spesies bakteri termofilik ("suka panas") yang dapat dipakai untuk menyingkap kehidupan awal di bumi.

Dataran Tinggi Dieng merupakan gunung berapi raksasa dengan telaga-telaga dan kawah-kawah bekas letusan yang dihuni penduduk. Kawah-kawah ini masih menunjukkan aktivitas vulkanik, seperti Kawah Sikidang Dieng. Kawah yang terletak di tanah datar ini, pada waktu tertentu, rata-rata sekali dalam 4 tahun, akan berpindah atau seolah-olah melompat dalam satu kawasan seperti karakter kijang yang suka melompat atau kidang dalam bahasa Jawa kuno.

Kawah Sikidang Dieng termasuk obyek wisata unggulan Dieng yang wajib dikunjungi. Di antara kawah-kawah lainnya di Dieng, Kawah Sikidang adalah yang paling mudah dicapai dan dinikmati karena terletak di tanah datar. Anda pun dapat melihat aktivitas gunung berapi berupa lumpur vulkanik yang meletup-letup disertai gas beracun yang mengepul berbentuk asap putih pekat. Itu lah sebabnya masker menjadi alat penting bagi Anda yang ingin menikmati sensasi aktifitas Lumpur vulkanik ini. Untuk Anda yang suka dengan petualangan menantang, Kawah sikidang merupakan destinasi wisata yang memicu adrenalin Anda.

14
August

 

 

Berlibur merupakan saat yang sangat di tunggu sebagian besar masyarakat urban di Indonesia. Indonesia yang memiliki beragam pesona alam memastikan liburan Anda bersama keluarga tidak mengecewakan. Di kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah Ada sebuah tempat yang wajib Anda kunjungi. Tempat dengan Fenomena alam yang Mengundang decak kagum ini bernama Telaga Warna. Nama Telaga Warna sendiri diberikan karena keunikan fenomena alam yang terjadi di tempat ini, yaitu warna air dari telaga tersebut yang sering berubah-ubah. Terkadang telaga ini berwarna hijau dan kuning atau berwarna warni seperti pelangi.

Fenomena ini terjadi karena air telaga mengandung sulfur yang cukup tinggi, sehingga saat sinar Matahari mengenainya, maka warna air telaga tampak berwarna warni. Berada di ketinggian 2000 meter di atas permukaan laut, dan dikelilingi oleh bukit-bukit tinggi, pesona Telaga warna tidak akan terlupakan. Keindahan telaga warna akan lebih terasa jika Anda naik ke salah satu bukit yang mengelilingi telaga ini. Waktu yang paling tepat untuk mengunjungi telaga warna adalah saat pagi atau siang hari, karena pada sore hari, kabut tebal akan menutupi daerah sekitar telaga warna, sehingga Anda tidak dapat menikmati keindahan alamnya.

Harmonisasi alam dengan udara yang sejuk dan bersih membuat suasana Telaga Warna Dieng begitu memikat. Para wisatawan juga akan merasakan suasana mistis yang hening disempurnakan oleh kabut putih dan pepohonan yang rindang. Telaga warna tidak hanya mampu mempesona wisatawan domestik namun juga wisatawan mancanegara asal Inggris, Shelly.

INSERT SHELLY :

I've been in Indonesia for almost three years now. I always wanted to go to Dieng, I took two days off work so we took sometimes together to come here, we're gonna go to Prau next. It's just because we haven't been here before and it's just nice.

DUBBING :

Saya sudah tinggal di Indonesia hampir tiga tahun sekarang. Saya selalu ingin pergi ke Dieng, Saya mengambil libur Dua Hari jadi kami pergi bersama kesini, kami Akan pergi ke gunung Prau selanjutnya. Kami belum pernah kesini sebelumnya dan ini indah sekali.

Di sekitar Telaga Warna Dieng tedapat beberapa gua yang juga patut untuk dikunjungi, seperti Gua Semar Pertapaan Mandalasari Begawan Sampurna Jati. Di depan gua ini terdapat arca wanita dengan membawa kendi. Gua ini juga memiliki kolam kecil yang airnya dipercaya dapat menyembuhkan berbagai penyakit dan membuat kulit jadi lebih cantik. Ada juga Gua Sumur Eyang Kumalasari, dan Gua JaranResi Kendaliseto. Selain itu, ada pula Batu Tulis Eyang Purbo Waseso. Gua-gua di sekitar telaga warna ini sering dijadikan sebagai tempat meditasi. Keberadaan Telaga Warna Dieng juga sangat berguna bagi masyarakat sekitar. Mereka menggunakan air dari telaga warna sebagai sumber irigasi untuk mengairi tanaman kentang yang menjadi komoditas utama di kawasan ini.

13
August

Kubro Siswo

Written by
Published in pesona indonesia

Tagar #JKWKULINER MAKAN MAKAN DI SOLO merupakan judul Vlog presiden Jokowi yang

bercerita tentang kuliner kesukaan presiden Indonesia ini. Sebelum Vlog episode pertama mengudara, hadir terlebih dahulu teaser Vlog tersebut. Dari teaser tersebut, diceritakan ada beberapa kuliner khas Solo kesukaan presiden Jokowi Salah satunya Timlo. Timlo merupakan kuliner yang masuk kategori Sup dengan cita rasa segar dan biasanya dinikmati pada malam hari. 

Timlo merupakan hidangan berkuah yang terdiri dari mie soun, lalu ditambah sosis Solo, suwiran ayam, wortel, dan irisan telur masak kecap. Kadang ditambah irisan hati ayam dan telur dadar lalu disiram kuah bening seperti kuah sop. Bumbu yang digunakan dalam hidangan timlo ini sangat sederhana, hanya pala, bawang putih, lada, dan bawang goreng. Ketika disantap, rasa kaldunya terasa sangat kental, gurih dan segar. Ditambah sesendok sambal kecap kental dan sedikit perasan jeruk, rasanya makin pas. Apalagi jika dinikmati dengan sepiring nasi panas. Satu porsi timlo lengkap dihargai sekitar Rp 20 ribu, ditambah  nasi Rp 5 ribu.

Asal muasal makanan timlo memang diduga terinspirasi dari sup kimlo yang populer di budaya Tionghoa. Dosen Sejarah Fakultas Sastra Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Heri Priyatmoko, memastikan makanan timlo terinspirasi dari kimlo. Menurut Heri Priyatmoko, Kimlo merupakan nama jenis hidangan berkuah yang berasal dari Cina. Masakan tersebut di area Jawa Timur dan Jawa Tengah berkembang menjadi sup dan beredar di kawasan Pecinan. Heri juga menemukan fakta di buku resep masakan Poetri Dapoer (1941) yang disusun perempuan Tionghoa bernama Lie Hiang Hwa. Di situ, terdapat panduan cara memasak kimlo memakai wajan, lengkap dengan bahan-bahan dan cara memasaknya. Selepas mempelajari buku tersebut dan adanya pengaruh kontak budaya, menurutnya masyarakat solo kemudian bereksprimen dan memcoba memasak makanan baru bernama timlo. Soal penamaan, menurut Heri, hanya mengganti huruf K dengan huruf T. Kemudian, bukan bahan daging babi yang dipakai, melainkan telur dan jeroan ayam yang populer sebagai bahan utama masakan orang Jawa. Diberi pula sosis agar makin nikmat. 

12
August

Provinsi Banten yang terletak di ujung barat Pulau Jawa ini, ternyata memiliki pesona pantai yang tidak kalah dari provinsi lain di Indonesia. Misalnya, Pantai Carita, Pantai Sawarna, atau Pulau Peucang yang berada di Pandeglang, Banten. wisata Pulau Peucang Ujung Kulon ini dikenal sebagai destinasi wisata khusus penangkaran badak bercula satu. Pulau tersebut juga mempunyai keindahan yang sangat eksotis. Hamparan pasir putih di sepanjang tepi pantainya sangat memesona.

 

Eksotisme lainnya yang bisa Anda dapatkan di lokasi ini adalah pesona laut dengan pemandangan langit birunya. Anda juga bisa menikmati indahnya pemandangan laut dari jembatan dermaga. Jembatan tersebut menjadi salah satu lokasi yang paling favorit untuk dijadikan spot foto.

 

bagi Anda yang ingin berkunjung ke pantai ini, rute Pantai Pulau Peucang pun mudah dijangkau. Pulau Pantai Peucang terletak tepatnya di daerah Selat Panaitan, Pandeglang, Provinsi Banten. Jika Anda melakukan perjalanan dari Jakarta, pulau ini bisa ditempuh dalam waktu kurang lebih 7 hingga 8 jam dengan berkendaraan sepeda motor.

Lokasinya juga sangat mudah ditemukan karena berada di sebelah timur dari Taman Nasional Ujung Kulon. Setelah itu, Anda perlu menyeberang ke Pulau Peucang dengan menggunakan perahu bersama wisatawan lain. Anda juga dapat bermalam di Resort Pulau Peucang dengan biaya sekitar Rp 450.000 hingga Rp 700.000 per malam.

08
August

Kubro Siswo

Written by
Published in pesona indonesia

Dieng Culture Festival telah berlangsung 2 hingga 4 Agustus kemarin. Selain punya acara unggulan, yakni Jazz Diatas Awan dan ritual adat pencukuran rambut gembel, Dieng Culture Festival juga menampilkan beragam agenda menarik lainnya, diantaranya Java coffee festival, sky lantern festival (pesta lampion), sarasehan budaya, festival artistik dan pentas seni kebudayaan Dieng. Menariknya, pada 3 Agustus kemarin, pada pentas seni kebudayaan Dieng ditampilkan kesenian Kubro Siswo. Dalam pertunjukan kesenian ini, seringkali baik penari maupun penonton mengalami kesurupan (trans)

 

Kubro Siswo adalah tarian magis yang menceritakan perjuangan Kiai Kolodete saat membuka tanah di Dieng. Ada beberapa karakter antagonis seperti Buto, Macan, Banteng dari mahluk penunggu Dieng. Dalam pertunjukan tarian ini, diceritakan bagaimana perjuangan Kiai kolodete berhasil mengalahkan para mahluk halus yang mendiami daerah Dieng. Kesenian Kubro Siswo sebenarnya berasal dari Magelang. Namun kesenian itu berkembang dengan menyesuaikan dengan budaya yang ada di Dieng. Saat pertunjukan, para penari didandani dengan berbagai macam karakter tokoh. Ada yang dirias menyerupai buta atau raksasa, ada pula yang mengenakan kostum kerbau, leak, dan juga rangda. Awalnya, Mereka menari diiringi oleh musik gamelan tradisional dan angklung. Kemudian keseruan pertunjukan ini dimulai, ketika para penari mulai kesurupan.

 

pentas kesenian Kubro Siswo tidak sembarangan. Penampilan ini melibatkan ritual untuk mendatangkan makhluk ghaib yang akan merasuki penari yang sedang tampil. Saat kesurupan, mereka akan bertingkah aneh, salah satunya mengaum seperti harimau.

 

Saat penari kesurupan, mereka akan terlebih dahulu diberi sesaji seperti air kelapa atau minuman air kembang. Setelah itu, mereka akan menari sambil mengikuti alunan musik gamelan. Gerakan penari yang kesurupan akan berbeda dari penari lainnya. Namun, keseruan penampilan Kubro Siswo tidak hanya terbatas pada penampil saja. Ternyata penonton pun bisa kesurupan. Setelah kesurupan, biasanya penari dan penonton akan dinetralkan kembali. Proses penetralan pun dilakukan dengan beragam cara. Ada orang yang dicambuki, ada pula yang meminta untuk dinyanyikan satu lagu jawa dengan diiringi gamelan.

07
August

Menelusuri Indonesia tentu tidak lengkap jika tidak mengunjungi peninggalan bersejarah berupa Candi. Salah satu peninggalan sejarah yang belum banyak diketahui wisatawan adalah Candi Arjuna yang terletak di Dieng di Propinsi Jawa Tengah. Masyarakat sekitar memberikan nama tokoh pewayangan Mahabarata untuk nama nama candi di area percandian Dieng. Salah satu candi yang terkenal adalah Candi Arjuna. Candi ini diperkirakan sebagai bangunan candi tertua di Indonesia, candi ini diperkirakan dibangun pada abad 8 Masehi oleh Dinasti Sanjaya dari Mataram Kuno. Candi Arjuna merupakan salah satu bangunan candi terbesar di Kompleks Percandian Hindu Dieng. Di kompleks ini juga terdapat Candi Semar, Candi Srikandi, Candi Puntadewa, dan Candi Sembadra yang ukuran nya lebih kecil. Sedangkan Candi Arjuna terletak paling utara dari deretan percandian di kompleks tersebut. Sementara itu, Candi Semar adalah candi perwara atau pelengkap dari Candi Arjuna. Kedua bangunan candi ini saling berhadapan. 

 

Berdirinya bangunan Candi di Dieng pernah menjadi dilemma karena berdekatan penduduk sekitar. Walau berdirinya candi lebih dulu dari masyarakat namun fakta yang terjadi Komplek candi bersinggungan langsung dengan masyarakat sekitar yang sebagian besar adalah para petani. Masyarakat Dieng yang bermata pencaharian sebagai petani sayur mayur terutama kentang, akhirnya menggunakan lahan sekitar candi untuk bercocok tanam. Namun sejak tahun 2010 masyarakat Dieng menyadari pentingnya menghormati peninggalan bersejarah tersebut. Para petani kemudian memindahkan area bercocok tanamnya ke luar kompleks candi dan merubah lahan sekitar candi menjadi lebih asri dengan komplek pertamanan serta menjadikannya salah satu destinasi wisata andalan Kabupaten Purbalingga. 

Perubahan area komplek percandian oleh masyarakat sekitar ini juga ditandai dengan dilaksanakannya Dieng Culture Festival yang menonjolkan Candi Arjuna sebagai tempat utama pelaksanaan ritual pemotongan rambut gimbal atau lebih dikenal dengan wedus gembel yang umum nya dilakukan pada anak anak. Untuk itu, mulai tahun 2010 kompleks Candi Arjuna digunakan untuk pengembangan wisata yang dikemas oleh Dinas Pariwisata Banjarnegara dan Pokdarwis atau Kelompok Sadar Wisata. Wisatawan yang mengunjungi Candi Arjuna atau candi-candi lainnya tak akan menjumpai arca atau patung yang biasa dijumpai di dalam candi namun arca-arca tersebut telah dipindahkan diluar candi dan tertata rapi di dalam Museum Kailasa yang terletak di sebrang kompleks Candi. 

 

Untuk dapat tiba dilokasi Komplek percandian Dieng, wisatawan dapat melalui kota Semarang Jawa Tengah kemudian dilanjutkan jalan darat ke arah Barat Daya menggunakan kendaraan bus umum atau mobil pribadi melalui kota Temanggung atau kota Pekalongan. Alternatif lain melalui Kota Jogjakarta kemudian dilanjut dengan jalan darat ke arah utara melalui kota Wonosobo. Cuaca di Dieng yang berlokasi disekitar gunung Perau dan gunung Sindoro berhawa sejuk dan cenderung dingin, Pada musim panas di bulan Juni Juli Agustus September suhu dapat mencapai minus 11 derajat Celsius terutama di malam hari. Kabut sering kali turun menjelang sore hari kadang jarak pandang menjadi pendek dan agak susah untuk melangkah. Jadi jika anda ingin mengunjungi Candi Arjuna di komplek Candi Dieng pada pertengahan tahun persiapkan diri anda dengan peralatan musim dingin yang baik. 

kebudayaan.kemdikbud.go.id

06
August

 

Festival Teluk Humboldt 2019 di Papua tengah digelar dari 5 hingga 7 Agustus 2019. Acara ini diselenggarakan untuk menyambut HUT ke-74 RI. Wakil Walikota Jayapura Rustam Saru mengatakan, ada 13 konten budaya Bumi Cendrawasih yang akan disajikan pada festival itu. Mengusung tema ‘Loving My Identity’, festival ini menampilkan beragam kekayaan budaya masyarakat Papua. Salah satunya keindahan Kampung Laut Enggros. Kampung Laut Enggros berada di Taman Wisata Alam Teluk Youtefa, Jayapura, Papua. Lokasi kampung Laut Enggros berada di antara Tanjung Pie dan Saweri, serta dipisahkan dari daratan Papua oleh Selat Tobati. Kampung ini merupakan permukiman warga yang mengapung di atas laut. Ada sekitar 160 kepala keluarga yang mendiaminya.

 

Asisten Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Regional III Kementerian Pariwisata Muh. Ricky Fauziyani mengungkapkan, Kampung Laut Enggros adalah destinasi yang unik. Masyarakat Papua identik dengan budaya dan kehidupan di pegunungan. Namun, Kampung Laut Enggros menawarkan sisi lain luar biasa. Mereka sepenuhnya hidup di atas laut, sama seperti suku Bajo. Seluruh bangunan dan aktivitas masyarakatnya dilakukan di atas air. Karena berada di atas air, konektivitas rumah antar warga dihubungkan dengan jeramba, alias jembatan kayu. Panjang total jeramba mencapai 2.000 meter.Keindahan Kampung Laut Enggros semakin lengkap dengan hadirnya Jembatan Holtekam atau biasa disebut Jembatan Merah. Jembatan sepanjang 732 meter itu menjadi landmark baru Papua. Selain itu, Teluk Youtefa memiliki Gunung Mher yang eksotis. Di kawasan sama, terdapat pula Goa Mher yang dikeramatkan.


Kampung Laut Enggros memiliki 2 zona. Pertama untuk para lelaki di zona Panggung Adat. Di dalam bangunan ini, para lelaki belajar hukum adat dan pranata sosial. Sedangkan kaum perempuan diberi wilayah di sekitar hutan mangrove. Mereka bisa menjalankan berbagai aktivitas, seperti menangkap kepiting. Kampung Laut Enggros juga dilengkapi dengan villa terapung, gazebo, balai adat, dan berbagai spot budidaya ikan.

 

Berwisata ke Kampung Laut Enggros, anda akan merasakan banyak pengalaman wisata. Anda juga bisa belajar kearifan lokal masyarakat setempat. Kampung Laut Enggros memiliki filosofi T’sokatd, Tbosadd, dan Trasyud. Artinya, mari berkumpul lalu saling berbicara dan berikutnya direalisasikan dalam bekerja. Selain itu, Kampung Laut Enggros memiliki beragam tarian dengan filosofi tinggi. Ada Tari Shia yang hanya diperuntukan untuk menyambut tamu-tamu penting. Ada Tarian Obipapa yang menjadi gambaran persaudaraan dan hangatnya masyarakat di sana. Ada pula Tari Omande yang menggambarkan ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Anda pun bisa belajar ketiga tarian tersebut ketika berwisata kesana.

01
August

 

 

Ada tradisi unik yang digelar masyarakat Probolinggo, Jawa Timur, saat memasuki musim panen, acara 17 Agustus, atau lomba desa, Yakni Tradisi Karapan Kambing. Karapan kambing merupakan tradisi turun temurun warga Probolinggo, khususnya masyarakat Pandulungan. Tadisi ini merupakan hasil asimilasi antara budaya Jawa dan Madura yang tersebar di pesisir Pantai Utara Jawa Timur (sebagian Tuban, Lamongan, Surabaya, Sidoarjo, Pasuruan, hingga Situbondo) dan sebagian pesisir Selatan Jawa Timur bagian timur (Lumajang, Jember, dan sebagian Banyuwangi). Tradisi ini rutin digelar, sekaigus untuk melestarikan dan mengembangkan budaya lokal dan sebagai ajang promosi wisata Probolinggo.

 

Dalam arena perlombaan, pasangan kambing akan diadu dengan pasangan lainnya. Dalam pertandingannya, Kambing-kambing ini dilengkapi beberapa peralatan, antara lain jepitan telinga, rekeng (sejenis bandulan tapi terpaku), kaleles (rangka kayu yang diikatkan ke badan kambing), kalonongan (terbuat dari kaleng kecil biasanya bekas dari korek api). Kambing-kambing ini pun dilumuri balsam dan minyak angin pada beberapa bagian tubuh kambing, sehingga memberikan rasa panas yang cukup untuk membuat kambing tersebut berlari kencang sekuat tenaga.

 

dalam Karapan Kambing ada aturan pertandingan yang harus dipatuhi. Dalam pertandingan Karapan Kambing, dua pasang kambing dipacu untuk mencari yang tercepat, hanya saja joki karapan kambing tidak menaiki keleles seperti kerapan sapi, melainkan berlari di belakangnya. Kambing yang menang, kemudian diadu lagi pada babak selanjutnya, sampai ditemukan juara utamanya. Kambing jawara punya ciri-ciri tertentu,bentuk kepala yang cenderung kecil, badan lurus, pangkal kaki depan tampak besar, posisi badan sedikit menungging, usia minimal 3 bulan dan belum beranak.

 

Antara.

30
July

Berwisata ke suatu daerah di Indonesia, jangan lupa juga untuk menikmati kuliner khasnya. Misalnya saja jika anda berwisata ke Provinsi Bangka Belitung, cobalah juga mencicipi makanan khas Bangka Belitung. Masakan Bangka Belitung dibedakan atas masakan khas Melayu dan masakan Tionghoa terutama masakan Hakka. Jika anda ingin mencoba menikmati masakan Melayu Bangka Belitung, cobalah Lempah Kuning. Lempah Kuning merupakan salah satu jenis dari masakah Lempah. Lempah adalah masakan berkuah yang biasanya berbahan dasar makanan laut atau daging sapi yang dibumbui rempah-rempah yang beraroma kuat. Dalam bahasa Belitung lempah disebut gangan. Masyarakat setempat mengenal berbagai jenis lempah, misalnya Lempah Kuning, Lempah Darat, dan Lempah Kulat.

Lempah Kuning berbahan dasar ikan kakap merah atau tenggiri. Sebagian masyarakat Bangka Belitung juga menggunakan ikan kembung, kerisi, atau bawal. Ikan tersebut dimasak dengan berbagai bumbu yang telah dihaluskan, seperti kunyit, cabai merah, bawang merah, bawang putih, lengkuas dan terasi. Alhasil Lempah ini memiliki kuah berwarna kuning. Biasanya juga dimasukkan potongan-potongan nanas. Ketika disantap, rasa asam, pedas, dan segar begitu terasa dari lempah kuning.Untuk varian lain, ada juga yang menambahkan mentimun sebagai pelengkap.

Masyarakat Pulau Belitung menyebut hidangan ikan kuah kuning dengan nama "gangan ketarap", sedangkan masyarakat Pulau Bangka menyebut hidangan yang sama dengan nama lempah kuning, karena kuahnya berwarna kuning. Masakan khas Bangka Belitung ini mudah dijumpai di berbagai rumah makan disana. Harganya relatif murah sekitar Rp. 15.000. hingga Rp. 20.000 per porsi lengkap dengan lalapan, seperti berupa terong bulat ungu, kecipir, kembang kunyit, dan timun.