VOInews, Bandar Lampung: Taman Kupu-Kupu Gita Persada di Bandar Lampung, yang pertama kali dibuka pada tahun 2003, menawarkan pengalaman wisata ekowisata unik dan mendidik di Jalan Wan Abdurrahman, Kedaung, Kemiling. Sebelum menjadi destinasi wisata, taman ini telah lama menjadi pusat konservasi kupu-kupu untuk keperluan penelitian, menjadikannya satu-satunya konservasi kupu-kupu di Pulau Sumatra.
Sebagai salah satu tujuan wisata edukatif di Lampung, Taman Kupu-Kupu Gita Persada menyediakan berbagai fasilitas dan aktivitas yang memanjakan pengunjung. Di taman ini, wisatawan bisa menikmati keindahan alam serta melakukan beragam kegiatan, mulai dari menjelajahi lokasi penangkaran kupu-kupu, bermain di arena khusus anak, hingga bersantai di aula atau pendopo yang tersedia. Taman ini juga menyediakan spot foto menarik dan museum yang kaya akan informasi.
Salah satu pengalaman menarik di taman ini adalah kesempatan untuk melihat proses metamorfosis kupu-kupu secara langsung, mengamati kupu-kupu terbang bebas, bahkan berpartisipasi dalam pelepasan kupu-kupu kembali ke alam. Saat ini, sekitar 200 spesies kupu-kupu telah berhasil dikembangbiakkan di Taman Kupu-Kupu Gita Persada, termasuk kupu-kupu dari berbagai ekosistem seperti hutan hujan, hutan bakau, padang rumput, hingga pegunungan.
Menurut pengelola taman, kupu-kupu paling aktif dan banyak beterbangan antara pukul 08.00 hingga 15.00 WIB. Setelah itu, mereka biasanya beristirahat dan bersembunyi di balik dedaunan. Untuk pengunjung yang ingin lebih mendalami pengetahuan tentang kupu-kupu, tersedia pula museum dengan koleksi kupu-kupu yang diawetkan, foto-foto, hingga lukisan kupu-kupu. Museum ini juga memiliki sudut suvenir serta ruang baca yang nyaman.
Bagi wisatawan yang ingin menambah wawasan, Taman Kupu-Kupu Gita Persada menawarkan paket tur edukatif dengan pemandu, di mana pengunjung bisa belajar lebih banyak tentang perilaku dan habitat alami kupu-kupu. Melalui kegiatan ini, taman ini berupaya menanamkan kesadaran akan pentingnya pelestarian ekosistem di berbagai daerah di Indonesia.
Keberagaman spesies dan pengalaman edukatif yang ditawarkan menjadikan Taman Kupu-Kupu Gita Persada sebagai destinasi wisata yang tak hanya menyegarkan mata, namun juga menambah pengetahuan dan meningkatkan kesadaran lingkungan. Bagi Anda yang sedang berada di Lampung, kunjungan ke taman ini akan menjadi pengalaman yang tak terlupakan.
Pesona Indonesia/VOI
Kopi khop di Banda Aceh. (ANTARA/HO- instagram kopi khop)
VOInews, Yogyakarta: Daerah Istimewa Yogyakarta selalu menjadi magnet bagi para wisatawan dengan keindahan alamnya yang memikat. Di antara tempat-tempat wisata yang mempesona, tersembunyi sebuah surga alam di kabupaten Bantul, yaitu Air Terjun Tuwondo. Destinasi ini menawarkan pesona alam yang luar biasa dengan keunikan bentuk air terjunnya yang menyerupai tangga batu alami.
Nama Tuwondo sendiri diambil dari bahasa Jawa, yang merupakan gabungan dari kata watu (batu) dan ondo (tangga), sehingga secara harfiah berarti "batu bertangga". Nama ini sangat cocok menggambarkan bentuk air terjun yang terdiri dari beberapa tingkatan batu, menambah daya tarik tersendiri bagi para pengunjung yang datang untuk menikmati keindahannya.
Air Terjun Tuwondo memiliki tiga tingkatan yang berbeda, dengan ketinggian bervariasi antara 3 hingga 5 meter. Lingkungan di sekitar air terjun masih sangat asri, dihiasi oleh pepohonan rimbun yang menciptakan suasana sejuk dan menenangkan. Tak heran jika banyak pengunjung yang betah berlama-lama di sini, duduk di atas bebatuan, merasakan kesejukan air, dan menikmati harmoni alam yang begitu damai.
Meskipun fasilitas di kawasan ini belum terlalu lengkap, keindahan alami yang ditawarkan sudah cukup untuk memberikan pengalaman wisata yang tak terlupakan. Waktu terbaik untuk mengunjungi Air Terjun Tuwondo adalah di pagi hari, saat sinar matahari yang lembut menyinari air terjun, menciptakan pemandangan yang sangat eksotis dan sempurna untuk diabadikan dalam foto.
Lokasi air terjun ini berada di Dusun Banyakan 3, Desa Sitimulyo, Kecamatan Piyungan, Bantul, sekitar 14 kilometer dari pusat kota Yogyakarta. Pengunjung disarankan untuk menggunakan kendaraan pribadi atau sewaan karena belum tersedia transportasi umum menuju lokasi ini. Selama perjalanan, pemandangan batuan andesit dan kapur akan menemani, menambah kesan petualangan menuju surga tersembunyi ini.
Namun, perlu diperhatikan bahwa Air Terjun Tuwondo adalah destinasi wisata musiman. Keindahan air terjun ini hanya bisa dinikmati saat musim hujan, di mana aliran air terjun menjadi deras dan memukau. Sebaliknya, pada musim kemarau, aliran air terjun akan mengering, menjadikannya kurang menarik untuk dikunjungi.
Bagi Anda yang sedang berada di Yogyakarta, jangan lewatkan kesempatan untuk merasakan keindahan Air Terjun Tuwondo. Nikmati suasana alam yang menyejukkan dan pemandangan eksotis yang ditawarkan oleh salah satu permata tersembunyi di Bantul ini.
Sumber: Pesona Indonesia/VOI
Tarian dari NTT (Foto: Dinas Pariwisata, Ekonomi Kreatif dan Kebudayaan Kabupaten Manggarai)
VOInews, Jakarta: Jika Anda berkunjung ke Aceh, ada minuman tradisional yang patut dicoba, yaitu Boh Manok Weng. Minuman ini kerap disingkat sebagai BMW dan merupakan salah satu kopi khas Aceh. Nama Boh Manok Weng berasal dari bahasa Aceh, di mana boh manok berarti ayam dan weng berarti diputar. Minuman ini terbuat dari campuran kopi, telur ayam kampung, dan pinang muda, menciptakan cita rasa yang unik dan berbeda. Bahan-bahan tersebut sudah menjadi bagian dari tradisi masyarakat Aceh sejak lama.
Proses pembuatan Boh Manok Weng tergolong unik. Para pedagang biasanya menggunakan alat bor yang dilengkapi pengocok telur, atau ada juga yang menggunakan mikser. Penggunaan alat ini menghasilkan kecepatan pengocokan yang lebih baik dibandingkan dengan cara manual, sehingga telur mentah dapat mengembang dan berbusa. Setelah itu, campuran kopi ditambahkan ke dalamnya. Pinang muda pun disajikan sebagai pendamping, menambah keunikan minuman ini.
Meski menggunakan telur ayam kampung, Boh Manok Weng tidak meninggalkan bau amis. Rasa kopi yang kuat berpadu dengan kelembutan telur dan tekstur kenyal dari pinang muda, menciptakan sensasi rasa yang menyegarkan. Selain rasanya, minuman khas Aceh ini juga dipercaya memiliki khasiat tertentu. Telur ayam kampung disebut-sebut bisa menambah stamina, sementara pinang muda dikenal bermanfaat untuk melancarkan pencernaan.
Minuman ini sangat cocok dinikmati bersama lemang, yaitu penganan tradisional Aceh yang terbuat dari beras ketan dan santan yang dipanggang dalam bambu. Saat ini, Boh Manok Weng dapat ditemukan di berbagai tempat, mulai dari warung kopi tradisional hingga kedai kopi modern di Aceh. Variannya juga semakin beragam, seperti yang dicampur dengan teh, susu bubuk, atau bahkan yang hanya terdiri dari telur dan gula saja.
Boh Manok Weng menjadi salah satu minuman yang wajib dicoba saat berkunjung ke Aceh. Harganya pun terjangkau, sekitar 18.000 hingga 20.000 rupiah per gelas. Minuman ini tidak hanya menawarkan cita rasa yang khas, tetapi juga memberikan pengalaman unik menikmati kopi ala Aceh yang kaya akan tradisi dan keunikan rasa.
VOInews, Jakarta: Tersembunyi di balik rimbunnya hutan wisata, Air Terjun Coban Baung menawarkan keindahan alam yang memukau dan suasana damai yang jauh dari hiruk-pikuk perkotaan. Terletak di Desa Cowek, Kecamatan Purwodadi, air terjun ini berjarak sekitar 65 kilometer dari Surabaya dan dapat dijangkau dalam waktu sekitar 90 menit perjalanan.
Pengunjung hanya perlu membayar tiket masuk sebesar Rp5.000 untuk menikmati keindahan alam ini. Namun, perjalanan menuju air terjun memerlukan sedikit usaha, karena pengunjung harus berjalan kaki sekitar 200 meter melalui anak tangga yang terbuat dari batu dan semen.
Dengan ketinggian sekitar 100 meter, Coban Baung tidak hanya memukau karena keindahannya, tetapi juga karena menjadi pertemuan dua sungai: Sungai Welang dan Sungai Beji. Aliran air yang terus mengalir sepanjang tahun membuat kawasan ini sangat ideal untuk aktivitas rafting. Pengalaman rafting di sini tak terlupakan, dengan durasi sekitar 2,5 hingga 3 jam yang mengajak peserta menikmati pemandangan hutan yang masih terjaga keasriannya, lengkap dengan satwa dan tanaman khas hutan dataran rendah.
Selain rafting, pengunjung juga bisa merasakan kesegaran air dengan bermain di kolam alami di sekitar air terjun. Momen keindahan tebing-tebing air terjun pun tak boleh terlewatkan, sehingga jangan lupa membawa kamera untuk mengabadikannya.
Bagi para pencinta alam yang ingin merasakan pengalaman lebih mendalam, kawasan wisata ini juga menawarkan kesempatan untuk berkemah, memberikan nuansa petualangan yang sempurna di tengah alam yang menawan.
Air Terjun Coban Baung bukan sekadar tempat wisata, melainkan juga sebuah pelarian keindahan alam yang menawarkan ketenangan dan kesegaran, menjadikannya salah satu destinasi wajib bagi para penggemar alam di Jawa Timur.
VOInews, Yogyakarta: Pantai Torohudan, sebuah destinasi wisata baru yang terletak di Desa Kanigoro, Kecamatan Saptosari, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta, kini mulai menarik perhatian, terutama bagi para pecinta kegiatan memancing. Letaknya yang tersembunyi di balik ladang dan persawahan warga membuat pantai ini masih relatif sepi dari wisatawan. Akses menuju pantai ini tidaklah mudah, pengunjung harus berjalan kaki selama sekitar 10-15 menit melewati jalan terjal dan berbatu setelah menitipkan kendaraan mereka.
Meskipun perjalanan menuju pantai ini cukup menantang, pengunjung akan segera disambut oleh suasana yang asri dan sejuk berkat pepohonan yang tumbuh subur di sekitar pantai. Air laut yang biru, tebing-tebing yang mengapit di kedua sisi pantai, serta hamparan pasir putih yang agak kasar menciptakan suasana damai dan menenangkan. Ombak di pantai ini relatif tenang, menjadikannya aman untuk berenang atau sekadar bermain air di tepi pantai.
Keindahan alam Pantai Torohudan yang memukau juga memberikan manfaat bagi kesehatan mental dan fisik. Suara ombak yang lembut dan semilir angin laut menciptakan suasana yang menyegarkan dan mendamaikan, membuatnya menjadi tempat ideal bagi mereka yang ingin melepas penat dari hiruk-pikuk perkotaan.
Selain menikmati pemandangan dan bersantai, pengunjung Pantai Torohudan juga dapat melakukan berbagai aktivitas lain seperti berkemah di tepi pantai, berenang, hingga menikmati indahnya matahari terbenam. Pemandangan sunset di pantai ini begitu mempesona, menjadikannya spot yang romantis bagi pengunjung yang datang bersama pasangan atau keluarga.
Namun, untuk mencapai Pantai Torohudan, pengunjung harus berhati-hati karena medan yang cukup terjal dan berbatu. Dianjurkan untuk tidak mengunjungi pantai ini saat musim hujan, karena kondisi jalan setapak yang licin dan sulit dilalui. Meskipun begitu, tantangan ini akan terbayar lunas begitu tiba di pantai dan disuguhi keindahan alam yang luar biasa.
Pantai Torohudan, yang berjarak sekitar 50 km dari pusat kota Yogyakarta, merupakan destinasi wisata yang cocok bagi mereka yang mencari ketenangan dan keindahan alam yang eksotis. Wisatawan yang ingin menikmati pesona tersembunyi Gunungkidul patut mempertimbangkan pantai ini ke dalam whist vacation list.
Batik dan Tenun Gedog di Kabupaten Tuban. Foto: Diah Asri/JNR/DinasKominfoProvinsiJawaTimur
VOInews, Jakarta: Setiap tanggal 2 Oktober, Indonesia merayakan Hari Batik Nasional (HBN) dengan semangat dan kebanggaan akan warisan budaya yang kaya. Tahun ini, perayaan mengusung tema “Bangga Berbatik,” dengan Batik Tulis Tenun Gedhog Tuban sebagai ikon. Batik Gedhog Tuban bukan sekadar kain; ia adalah simbol akulturasi budaya antara masyarakat pesisir Tuban, Jawa Timur, dan budaya Tiongkok, yang terlihat dari motif khasnya yang menampilkan burung Phoenix.
Musik yang menggugah semangat mengisi suasana, membawa pendengar mengenang keindahan seni batik yang mendalam. Batik Gedhog Tuban adalah batik kuno yang dihasilkan di pedalaman Kota Tuban, Jawa Timur. Nama "Gedog" berasal dari proses pembuatannya yang unik, yang dimulai dari pemintalan kapas menjadi benang, lalu dianyam menjadi kain menggunakan alat manual yang mengeluarkan bunyi khas “dog..dog”. Dari sinilah asal usul nama tersebut. Proses pembuatannya tidaklah singkat; batik ini membutuhkan waktu hingga tiga bulan, mulai dari pemintalan kapas, menenun, hingga mewarnai dengan bahan alami.
Kain dan selendang batik Tuban dikenal memiliki warna kecoklatan yang menjadi ciri khas Batik Gedhog Tuban. Motifnya terinspirasi oleh sejarah, khususnya dari Kerajaan Majapahit yang menguasai daerah Tuban pada abad ke-12 hingga ke-16. Salah satu motif yang paling terkenal adalah Panji Serong, yang dulunya digunakan oleh para priyayi, namun kini dapat dikoleksi oleh semua kalangan.
Batik Gedhog Tuban terbagi menjadi dua ukuran, yaitu kain tapih berukuran dua meter dan selendang. Kain tapih ini sering muncul dalam bentuk sarung atau kain panjang, dan dilengkapi dengan motif religi seperti kijing miring dan ilir-ilir. Keindahan batik ini tidak hanya terletak pada motifnya, tetapi juga pada fungsinya, di mana batik Tuban sering digunakan sebagai hantaran pernikahan dari pihak laki-laki kepada mempelai perempuan.
Hari Batik Nasional tahun ini menjadi momen penting untuk mengingat dan merayakan keberagaman budaya Indonesia. Dengan kebanggaan yang mengalir, masyarakat diajak untuk terus melestarikan seni batik, agar warisan yang kaya ini dapat dinikmati oleh generasi mendatang.