Umma Bokulu adalah sebutan untuk rumah adat Sumba. Ada yang mengatakan Umma Bokulu berarti rumah besar, sedangkan Umma Mbatangu adalah rumah bermenara. Tetapi keduanya ini benar semua. Karena Umma Bokulu dan Umma mbatangu semuanya menunjuk pada rumah panggung khas Sumba dengan atap menara yang menjulang tinggi. Umma Bokulu ini dibangun di kampung adat Wainyapu, kecamatan Kodi, Sumba Barat. Sedangkan bentuk rumah adat di luar kampung adat umumnya tidak bermenara. Puncak atap Umma Bokulu ini tinggi sekali, kurang lebih 20 meter. Oleh karena itu disebut rumah menara.
Rumah ini dibangun dari bahan-bahan alami. Lantai dan kerangkanya dari bambu. Atapnya dari rumput ilalang atau jerami. Kekuatan bangunan ini terletak pada 4 tiang utama berupa batang kayu gelondongan ukuran raksasa yang disebut Kambaniru Ludungu. Di sekitar tiang utama terdapat 36 tiang pendukung yang disebut Kambaniru. Umma Bokulu dibangun secara bergotong royong melalui upacara adat. Untuk membangun rumah besar tidak mempergunakan paku, tetapi dengan tali rotan. Saat memasang atap ilalang, mereka tidak boleh beristirahat makan sebelum penutupan atap selesai. Keunikan Umma Bokulu adalah bentuk bubungan yang mengerucut yang disebut toko umma. Di dalamnya terdapat ruangan yang digunakan sebagai lumbung untuk menyimpan bibit, bahan makanan dan benda-benda pusaka.
Di lantai atas Umma Bokulu merupakan ruang hunian yang disebut bei uma. Di tengah-tengah ruangan, di antara 4 tiang utama digunakan sebagai dapur. Di depan dapur diletakkan meja makan, dan di depan meja makan ada beranda tempat bapak-bapak bermusyawarah. Pada bagian beranda atau teras biasanya diipasangi tanduk kerbau atau taring babi. Ini sebagai bukti kalau pemilik rumah telah memotong hewan ternak, selain itu juga sebagai tanda si pemilik rumah merupakan orang penting di masyarakat. Tinggal di umma Bokulu sangat nyaman. Udara yang bebas keluar masuk melalui celah-celah lantai dan dinding bambu, membuat udara di Umma Bokulu ini sangat nyaman. Lantainya juga tidak perlu dipel atau disapu, karena di antara batang bambu gelondongan yang ditata menjadi lantai, terdapat celah-celah sehingga debu dan kotoran langsung jatuh ke kolong rumah. Kolong Umma Bokulu ini disebut kali kabunga. Kolong ini biasanya digunakan untuk menyimpan kayu bakar dan juga digunakan sebagai kandang ternak. Pendengar, rumah adat khas Sumba sampai sekarang masih terjaga keasliannya. Rumah-rumah menara beratap ilalang ini bisa di jumpai di desa-desa adat seperti di Wainyapu, Ratenggaro, Tarung, Waitabar, Lamboya, Wanokaka.
VOI PESONA INDONESIA Pulau Air adalah stasiun kereta api tertua di Sumatera Barat. Setelah 44 tahun tak beroperasi, stasiun tersebut akan diaktifkan kembali. Rencananya stasiun tersebut digunakan untuk akses menuju sejumlah kawasan wisata. Anggaran sebesar Rp 40 miliar disiapkan untuk menghidupkan kembali Stasiun Pulau Air beserta jaringan rel baru sepanjang 2,5 km menuju Stasiun Padang. Salah satunya Pelabuhan Muaro yang menjadi pintu masuk menuju Kepulauan Mentawai. Dibukanya kembali Stasiun Pulau Air bersamaan dengan hadirnya Bandar Udara Internasional Minangkabau dengan fasilitas kereta bandara, Minangkabau Ekspress. Dikutip dari buku Sejarah Perkeretaapian Indonesia, Stasiun Pulau Air adalah bagian dari jaringan kereta api pertama di Pulau Sumatra. Jaringan tersebut selesai dibangun pada tahun 1891 oleh Sumatra Staatspoorwegen, jawatan kereta api milik pemerintahan Hindia Belanda di Sumatra.
Jalur kereta api ini berawal dari Stasiun Pulau Air ke Padangpanjang yang menempuh jarak sekitar 70 kilometer. Jalur tersebut berlanjut ke Kota Bukittingi sejauh 90 kilometer. Jalur ini resmi dipakai pada 1 Oktober 1892 bersamaan dengan dioperasikannya Pelabuhan Emmahaven, yang sekarang dikenal sebagai Pelabuhan Teluk Bayur. Adanya jaringa kereta api tersebut tak lepas dari adanya tambang batu bara di Omblin, Kota Sawahlunto pada tahun 1868 oleh geolog terkemuka Hindia Belanda, Willem Hendrik de Greve. Awalnya jalur tersebut digunakan untuk mengangkut batu bara, serta hasil perkebunan dan penunpang menuju Pelabuhan Muaro dan Emmahaven yang berada di Kota Padang.
:
Nama Stasiun Padang adalah nama baru Stasiun Simpang Haru yang merupakan stasiun utama Minangkabau Ekspress. Upaya menghidupkan kembali jalur kereta Stasiun Pulau Air bukanlah perkara mudah. PT Kereta Api Indonesia (KAI) pun mengganti seluruh besi rel dengan model baru dan membangun ulang bangunan baru serta mendirikan pagar pembatas di sepanjang jalur rel. Sementara itu bangunan stasiun lama Pulau Air tetap dipertahankan dan ditambah dengan bangunan baru yang dilengkapi sejumlah fasilitas. Di antaranya, ruang kepala stasiun, ruang khusus laktasi, musala, toilet, serta peron baru. Stasiun pun dilengkapi lapangan parkir untuk 15 kendaraan mobil dan 40 motor. Stasiun itu juga menjadi akses tercepat menuju kawasan Kota Lama dan Kampung Cina, obyek wisata heritage Kota Padang.
VOI PESONA INDONESIA Pesona Indonesia Hari ini akan memperkenalkan kepada anda Museum W.R Soepratman. Pendengar, Melalui Keputusan Presiden Nomor 10 Tahun 2013, setiap tanggal 9 Maret, masyarakat Indonesia kini merayakan Hari Musik Nasional. Hari Musik Nasional jatuh pada 9 Maret karena dianggap sebagai tanggal lahir Wage Rudolf Soepratman, seorang pahlawan dan pencipta lagu 'Indonesia Raya'. Karenanya, di peringatan Hari Musik Nasional ini, kami ajak anda berkelana ke Museum W.R Soepratman. Museum W.R Soepratman berlokasi di Jalan Mangga 21, Tambaksari, Surabaya. Museum ini diresmikan oleh Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini pada 10 November 2018. Risma menyatakan bahwa tujuan dibangunnya museum itu adalah sebagai tanda apresiasi bagi para pahlawan yang pernah mewarnai sejarah perjuangan bangsa di Surabaya. Selain itu juga, sebagai pengingat dan pembelajaran bagi generasi bangsa agar tahu dan menghargai jasa para pahlawan.
Museum WR Soepratman merupakan bekas rumah tinggal W.R Soepratman selama di Surabaya. Rumah ini sebenarnya adalah milik kakak dari W.R Soepratman, yaitu Rukiyem Supratijah. Pada 1936, barulah W.R Soepratman menempati rumah tersebut untuk bersembunyi dari kejaran pasukan Belanda akibat menciptakan lagu Indonesia Raya.Bentuk Museum ini pun masih tetap dibuat sama seperti rumah W. R Soepratman dahulu dengan aksen tempo dulu yang khas. Mengunjungi Museum ini, anda akan melihat tepat di depan museum patung W.R Soepratman tengah memainkan biola di samping bendera merah putih.Biasanya, wisatawan akan berfoto di spot depan patung W.R Soepratman ini.
ada banyak spot foto menarik di Museum ini dengan nuansa vintage atau zaman dulu. Misalnya, anda bisa berfoto di depan berbagai kotak kaca koleksi museum. Ada juga koleksi replika biola W.R Soepratman di museum ini. Ada juga satu ruangan yang menggambarkan beberapa penghargaan dari negara untuk W.R Soepratman, misalnya perangko lama, uang rupiah bergambar W.R Soepratman, hingga nama jalan di beberapa titik Kabupaten - Kota di Jawa Timur. Museum W.R Soepratman buka setiap Selasa sampai Minggu mulai pukul 09.00 hingga 17.00 WIB. Pengunjung tak dipungut biaya untuk tiket masuk alias gratis. Museum ini juga dilengkapi dengan fasilitas pendingin ruangan dan WiFi gratis.
Batu Angus merupakan salah satu wisata andalan Kota Ternate. Batu Angus merupakan objek wisata paling diminati wisatawan baik dari dalam maupun luar negeri. Wisatawan yang berkunjung ke Ternate, pasti akan mengunjungi Batu Angus. Objek wisata Batu Angus letaknya sekitar 10 kilometer dari Kota Ternate. Objek wisata ini bisa dijangkau menggunakan angkutan kota dengan tarif sekitar Rp3.000 atau menggunakan taksi. Tiba di lokasi, anda masih harus berjalan sejauh 200 meter hingga tiba di Batu Angus.
Batu Angus merupakan hamparan batu yang tampak seperti hangus terbakar. Hamparan batu itu membentang dari kaki Gunung Gamalama hingga ke pantai. Bebatuan ini merupakan sisa lahar letusan Gunung Gamalama pada abad ke-17. Lahar yang telah berubah menjadi batu itu tampak seperti batu yang hangus terbakar. Karenanya masyarakat setempat menamainya Batu Angus. Selain terdapat hamparan batu yang hangus terbakar, di kawasan Batu Angus juga ada situs sejarah berupa tempat tewasnya seorang tentara Jepang yang parasutnya tidak terbuka normal setelah terjun dari pesawat pada Perang Dunia II.
Pemandangan menarik berupa hamparan bebatuan hangus ini menjadi daya tarik wisatawan berkunjung ke Batu Angus. Kebanyakan wisatawan yang datang mengabadikan pemandangan unik ini dengan berfoto. Selain berfoto, anda yang datang ke Batu Angus juga bisa menyaksikan dan menikmati pemandangan Gunung Gamalama yang menghijau, bentangan laut dan juga pulau Halmahera yang bisa dilihat dari ketinggian di kawasan Batu Angus. Di lokasi seluas 10 hektar ini, anda pun bisa berkemah sambil menanti pemandangan matahari terbenam yang indah. Sayangnya, di lokasi wisata ini belum tersedia rumah makan. Karenanya, anda harus membawa sendiri bekal makanan anda.
VOI NEWS Air Tiga Rasa Rejenu merupakan satu diantara obyek wisata di Kabupaten Kudus yang mempunyai keunikan. Obyek wisata Air Tiga Rasa Rejenu yang terletak di Desa Japan Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus dipercaya memiliki berbagai manfaat dan khasiat kesehatan. Lokasi obyek wisata Air Tiga Rasa atau yang dikenal dengan Air Tiga Rasa Rejenu itu terletak di kompleks Makam Syaikh Syadzali. Untuk mencapai lokasi ini, pengunjung cukup menempuh jarak sekitar 20 km dari pusat kota Kudus atau sekitar 3 km dari makam Sunan Muria. Setelah sampai di Desa Japan, wisatawan yang mengendarai roda empat bisa parkir di lokasi yang disediakan dan meneruskan perjalanan sekitar 2 km dengan ojek.
Menurut kepercayaan yang berkembang di masyarakat setempat, air dari Air Tiga Rasa Rejenu ini mempunyai rasa dan khasiat yang berbeda. Yang pertama ini memiliki rasa yang sedikit asam, sumber air ini dipercaya dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit. Sumber air yang kedua memiliki rasa seperti minuman bersoda pada umumnya. Khasiat dari sumber air yang kedua ini adalah bisa menambah rasa percaya diri dalam diri pengunjung yang meminumnya. Sedangkan sumber mata air ketiga memiliki rasa yang menyengat seolah seperti minuman keras. Air dari sumber mata air ketiga ini berkhasiat dapat memperlancar rejeki. Tetapi ketika tiga air tersebut dicampurkan akan menghasilkan air yang tawar rasanya.
Meskipun objek wisata ini berada di tengah hutan dan di puncak bukit Gunung Muria, yang belum mempunyai aliran listrik, tetapi pengunjung masih dapat menikmati berbagai fasilitas yang tersedia, misalnya, ojek bagi yang tidak mau berjalan kaki, warung makan yang buka 24 jam, kamar penginapan sederhana, musholla, dan kamar mandi.
Pendap atau babatuk merupakan salah satu makanan khas dari Provinsi Bengkulu. Pendap atau biasa disebut ikan pais ini ini selain sudah sampai ke daerah lain di Indonesia seperti Jakarta, Lampung, Palembang dan daerah lainnya di Indonesia, juga sudah mulai dikenal oleh wisatawan dari negara mancanegara. Makanan khas dari Bengkulu ini juga menjadi makanan favorit Presiden pertama Indonesia, Soekarno ketika menjalani pengasingan di Kota Bengkulu dari tahun 1938 sampai tahun 1942. Masakan Pendap juga pernah diusulkan menjadi warisan budaya tak benda oleh provinsi Bengkulu.
Pendap yang berbahan dasar ikan kembung ini diolah dengan bumbu khusus bersama dengan kelapa parut dan dimasak dalam bungkusan daun talas dan daun pisang. Bumbu khusus di sini terdiri dari bawang putih, bawang merah, ketumbar, cabai, lengkuas, jahe. merica, kencur, garam dan penyedap. Bumbu tersebut kemudian dihaluskan dan dicampur dengan parutan kelapa muda lalu dilumurkan merata pada ikan. Kamudian ikan dibungkus dengan daun talas dan bagian luarnya dibungkus lagi dengan daun pisang. Setelah itu diikat dengan daun pandan. Ikan yang sudah dibungkus kemudian direbus selama 8 jam hingga matang.
Biasanya proses memasak ini dilakukan di atas tungku besar dan masih menggunakan kayu bakar agar rasanya tetap sama seperti peninggalan leluhur. Inilah yang membuat bumbu meresap ke dalam ikan dan daun keladi yang membungkus ikan tersebut. Pendap yang bercita rasa gurih dan pedas ini sangat cocok dimakan bersama nasi panas. Selain untuk makan bersama keluarga , pendap juga sering disajikan pada upacara adat.
Di kedai Pendap di Bengkulu, Pendap dijual dengan harga Rp. 10.000 sampai dengan Rp. 15.000. Selain menjadi hidangan wajib di Bengkulu, wisatawan yang berkunjung ke Bengkulu juga bisa membawa Pendap yang dipercaya kaya akan gizi sebagai oleh-oleh, karena kuliner ini bisa tahan beberapa hari.
saat berkunjung ke Bengkulu jangan lewatkan untuk mencicipi makanan khas daerah ini.
Pantai Peyuyon merupakan destinasi baru di desa Kanigoro, Kabupaten Gunung Kidul, DIY. Akses jalannya baru dibuka pada tahun 2017, sehingga belum semulus pantai besar di Gunungkidul. Tetapi tidak perlu takut kecewa saat berkunjung ke pantai ini. Karena pantai ini memiliki pemandangan alam yang indah, tenang dan suasana yang berbeda dibandingkan dengan pantai lainnya.
Di pantai Peyuyon anda akan disuguhi dengan hamparan pasir putih, berpadu dengan ombak lautan yang berwarna biru dan rimbunnya daun pandan, membuat suasana pantai semakin terlihat alami. Bagi anda yang mempunyai hobi memancing, lokasi pantai ini juga menjadi spot favorit untuk memancing. Pada bagian barat, anda akan melihat goa alami di bawah tebing yang cocok buat acara berkemah. Sensasi berkemah di pinggir pantai Peyuyon pasti bisa menjadi sebuah pengalaman liburan yang tidak akan terlupakan. Pemandangan di pantai juga terlihat cantik dan asri dengan adanya rimbunan pohon pandan di sekitar pantai. Letak pantai yang berada di lereng bukit akan memberikan pemandangan yang indah dan cukup menyejukkan.
Letak pantai Peyuyon ini sekitar 60 Km dari kota Jogja. Untuk mencapai lokasi pantai diperlukan waktu sekitar 1,5 sampai 2 jam perjalanan. Dari area parkir kendaraan masih hari berjalan lagi sekitar 500 meter untuk sampai di Pantai Peyuyon. Di sepanjang jalur treckking anda akan dimanjakan dengan suasana alam yang damai ditambah dengan kicauan burung yang menambah nyaman suasana di sini. Untuk sampai ke bibir pantai, anda masih harus melalui tangga kayu sederhana menuruni tebing setinggi kurang lebih 4 meter. Untuk masuk ke pantai Peyuyon, anda hanya harus membayar tiket masuk Rp 5000. Tetapi belum termasuk parkir.
Jika anda sedang berada di Yogjakarta dan ingin mencoba sensasi liburan dengan sedikit nuansa petualangan , datanglah ke Pantai Peyuyon.
Pesona Indonesia kali ini akan memperkenalkan kepada anda Tari Cokek. Tari Cokek merupakan perpaduan antara kebudayaan Betawi dengan unsur China yang sudah ada sejak awal abad ke-20.
Kata cokek sebenarnya berasal dari bahasa Cina, yakni cukin, berarti selendang yang panjangnya kurang dari satu meter, dipakai oleh para penari wanita untuk menggaet pasangannya. Ada pula yang mengartikan 'cokek' sebagai "penyanyi merangkap penari" dan biasanya cokek dipanggil untuk memeriahkan suatu hajatan, saat kenduri, atau perayaan. Para Cokek disamping menyemarakan suasana pesta dengan nyanyian dan tarian, mereka juga membantu para tamu dalam perjamuan, seperti menuangkan minuman, menambah nasi atau lauk pauk dengan sikap luwes. Pada perkembangan selanjutnya, cokek diartikan sebagai tarian pergaulan yang diiringi oleh orkes gambang kromong dengan penari-penari wanita yang disebut wayang cokek. Para tamu diberi kesempatan untuk ikut menari bersama, berpasangan dengan para cokek.
Keistimewaan Tari Cokek terlihat pada gerakan tubuh penarinya yang bergerak perlahan-lahan, sehingga mudah untuk diikuti. Tarian diawali dari formasi memanjang, di mana antara satu penari dengan penari lainnya saling bersebelahan. Setelah itu, kaki para penari digerakkan melangkah maju mundur dengan diikuti rentangan tangan setinggi bahu. Rentangan tangan itu disesuaikan dengan gerakan kaki yang bergerak maju mundur tersebut. Gerakan ini kemudian dilanjutkan dengan ajakan kepada para penonton untuk ikut bergabung menari. Ajakan kepada para penonton itu dilakukan dengan cara mengalungkan selendang ke leher. Penari menariknya maju ke depan. Proses menari bersama ini dilakukan berdekatan antara penari dengan penonton, namun tidak saling bersentuhan.
Pada awal kemunculannya, Tari Cokek dimainkan oleh tiga penari perempuan. Sekarang, pertunjukan Tari Cokek seringkali dimainkan oleh lima hingga banyak orang penari perempuan dan beberapa orang laki laki sebagai pemain musik yang sebagian ikut mengiringi tarian wanita. Busana yang dipakai penari tari Cokek berupa baju kurung dan celana dari bahan semacam sutra dengan warna yang mencolok. Pada ujung bawah celana biasanya diberi hiasan dengan kain yang serasi. Selembar selendang panjang terikat di pinggang dengan kedua ujungnya terjurai ke bawah. Rambut penari tersisir rapi ke belakang. Ada juga yang dikepang kemudian disanggulkan dengan bentuk tidak terlalu besar, lalu dihias dengan tusuk konde bergoyang-goyang. Kemudian diberi hiasan benang wol yang dikepang atau dirajut. Menurut istilah setempat disebut "burung hong", semacam burung pheonix yang dipercaya sebagai burung pembawa keberuntungan.
Pesona Indonesia kali ini akan memperkenalkan kepada anda Nasi Gemuk. 5 Februari lalu, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno melakukan wisata kuliner saat berkunjung ke Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Layang, Kepulauan Bangka Belitung. Disana, Sandiaga Uno menyantap nasi gemuk bersama Gubernur Kepulauan Bangka Belitung, Erzaldi Rosman; Bupati Belitung, Sahani Saleh; dan Wakil Bupati Belitung, Isyak Meirobie. Sandiaga Uno mengatakan hidangan lokal nasi gemuk merupakan wisata kuliner yang lezat dan mampu menarik wisatawan saat berkunjung ke Kepulauan Bangka Belitung.
Nasi Gemuk merupakan kuliner khas masyarakat Bangka Belitung, Jambi dan Sumatera Selatan. Asal usul nama nasi sendiri tidak diketahui secara pasti. Namun banyak yang menyebut alasannya karena nasi berminyak dan menggunakan santan dalam jumlah besar. Nasi ini sudah popular sejak 1970an. Nasi Gemuk adalah nasi yang dimasak dengan santan kelapa dan daun pandan. Ketika disantap, rasa gurih begitu terasa. Penggunaan santan itulah yang menjadi kunci rasa gurih nasi gemuk. Selain santan, ada tambahan berbagai bumbu lain pada pembuatan nasi seperti daun salam, daun pandan, serai dan daun jeruk. Agar rasanya makin nikmat, nasi gemuk juga diberi bumbu halus. Antara lain campuran bawang merah, bawang putih, lada, ketumbar dan jintan.
Nasi Gemuk biasanya dinikmati sebagai menu sarapan pagi. Saat disantap, nasi gemuk dinikmati dengan lauk pelengkap yang jadi ciri khasnya. Diantaranya irisan telur dadar, telur rebus, mentimun, bawang goreng, sambal dan kerupuk. Kari ayam atau sapi, kacang tanah dan ikan teri goreng juga sering ditambahkan dalam nasi gemuk. Harganya pun relatif terjangkau. Nasi Gemuk dijual seharga Rp. 8.000 hingga Rp. 10.000 per porsi.
Wisata Bogor tidak selalu daerah Puncak Cisarua. Namun, ada juga alternative lain seperti wisata persawahan yang cantic. Salah satunya adalah Kampung Tematik Mulyaharja di Bogor propinsi Jawa Barat. Menikmati akhir pekan bersama pasangan atau keluarga, cocok dilakukan di Agro Edukasi Wisata Organik (AEWO) Mulyaharja atau dikenal juga sebagai Kampung Tematik Mulyaharja. Di sana, Anda akan disambut hamparan sawah yang menyegarkan mata.
Wisata persawahan Mulyaharja sangat unik dibandingkan wisata sejenis seperti di Tegalalang, Ubud Bali atau Suargabumi di Magelang karena sawah ini berada di kawasan pertanian organik dan dikelola langsung oleh masyarakat lokal. Menurut Ketua Kelompok Penggerak Pariwisata (Kompepar) Mulyaharja , Oji atau akrab disapa Kang Ojos, area persawahan ini sudah dikembangkan Kelompok Tani Dewasa sejak 1987. Lalu pada 2013, sawah ditanami padi organik dan pada 2017 dikembangkan menjadi lokasi wisata edukasi pertanian. Selama 3 tahun, AEWO Mulyaharja dikembangkan menjadi kawasan wisata pertanian organik terpadu. Hingga pada akhir 2020, Kompepar Mulyaharja diberikan dana hibah sebesar Rp 2,8 miliar dari Pemerintah Kota Bogor untuk semakin memantapkan wisata di sana. Sejumlah fasilitas sudah berdiri di sana. Mulai dari spot foto instagramable, saung untuk bersantai, kafe dan kios UMKM, serta sarana edukasi seperti kandang domba, pembuatan biogas dari kotoran sapi, sampai kolam lele.
Kompepar Mulyaharja memiliki target terciptanya segitiga emas Mulyaharja yang menggabungkan wisata edukasi, kuliner, dan lokasi nongkrong kekinian. Saat ini, untuk menikmati wisata di AEWO Mulyaharja, Anda cukup membayar Rp 10 ribu. Anda bisa datang mulai pukul 07.00 pagi sampai dengan pukul 17.30 WIB. Banyak kegiatan seru yang bisa kamu lakukan di Kampung Tematik Mulyaharja. AEWO Mulyaharja terdiri atas 23 hektar sawah padi organik. Namun hingga saat ini, masih 5 hektare yang sudah dilengkapi dengan fasilitas wisata. Bagi Anda yang hobi berfoto tidak perlu khawatir karena kampung tematik Mulyaharja juga menyediakan beberapa spot foto yang Instagramable. Edukasi pertanian organik merupakan keunggulan Kampung Tematik Mulyaharja dibandingkan desa lainnya. Bagi Anda yang ingin mencoba paket kegiatan ini dapat melakukan reservasi terlebih dahulu. Harganya adalah Rp 2,5 juta untuk 30 orang. Ini sudah termasuk dengan fasilitas tanam, instruktur, dan kudapan. Satu lagi kegiatan asyik yang bisa Anda nikmati adalah tinggal bersama warga yang berprofesi sebagai petani. Kegiatan ini cocok buat Anda yang rindu suasana kampung halaman. Di AEWO Mulyaharja tersedia 20 rumah yang akan dengan senang hati menyambut Anda. Untuk paket menginap selama 3 hari 2 malam, Anda dapat merasakan bercengkrama bersama warga dan mendapatkan makan 3 kali sehari. Biasanya tiap rumah mampu menampung 5 wisatawan. Jika Anda ingin merasakan sensasi tinggal bersama warga ini dikenakan biaya mulai Rp 300 ribu per orang.
Selain belajar bertani organik dengan menanam padi, menginap di rumah penduduk, ada juga paket trekking menjelajah kampong Wisata sambal belajar mengenal alam lebih jauh dengan paket Rp 100.000-Rp 135.000 per orang dengan minimal lima orang. Selama trekking, wisatawan akan ditemani pemandu dari warga lokal. Setelah lelah berwisata di lokasi sudah ada tempat khusus bersantap dengan menu paket yang bervariasi bisa dipesan untuk perorangan maupun per rombongan. Menu yang ditawarkan adalah sajian kuliner khas Jawa Barat, nasi liwet, ayam goreng, ikan asin, pepes, Karedok, semur jengkol, oncom dan minuman Bajigur. Di samping itu ada juga minuman kekinian berupa kopi, teh, dan cokelat di Kafe Saungkopi.
Untuk mencapai lokasi wisata ini, jarak yang ditempuh adalah kurang lebih 70 Km ke arah Selatan kota Jakarta. Melalui jalan bebas hambatan Tol Jagorawi akan semakin mempercepat sampai ke tujuan wisata Mulyaharja. Dari pusat kota Bogor ke Kampung Tematik Mulyaharja yang berlokasi di RT 05/RW 01, Mulyaharja, Bogor Selatan, Kota Bogor dibutuhkan waktu kurang lebih 30 menit dengan jarak sekitar 10.3 Km dengan menggunakan mobil pribadi. Liburan bersama keluarga tentu akan lebih seru di kampong wisata Tematik Mulyaharja Bogor dan Jangan lupa tetap menerapkan protokol kesehatan ya.