Pulau Sumba adalah pulau yang berada di bagian barat daya provinsi Nusa Tenggara Timur. Pulau Sumba menyimpan banyak wisata alam yang tersembunyi, seperti Pantai Mandorak. Pantai ini adalah pantai yang terletak di Desa Pero Batang, Kecamatan Kodi, Sumba Barat Daya, Nusa Tenggara Timur.
Pantai Mandorak seperti surga tersembunyi di Pulau Sumba. Pantai ini luasnya paling kecil diantara pantai yang ada di Pulau Sumba, garis pantainya hanya sekitar 50 meter. Ini karena Pantai Mandorak dikelilingi oleh tebing-tebing yang tinggi dan curam. Tebing ini juga menjadi sebuah daya tarik karena bentuknya seperti pintu gerbang menuju laut lepas.Pantai ini memiliki hamparan pasir putih yang bersih seperti mutiara dengan air laut yang juga bening. Deburan ombaknya juga cukup keras, sehingga banyak wisatawan yang datang untuk berselancar di pantai ini. Karena arusnya yang cukup keras, pengunjung harus berhati-hati jika ingin berenang di pantai ini.
Di pantai ini, pengunjung dapat melakukan trekking menuju ke atas tebing dan menikmati indahnya pantai dari atas tebing. Selain itu, mereka juga dapat memancing dari atas tebing ini. Pengunjung juga dapat menikmati pemandangan matahari terbenam yang indah dari Pantai Mandorak.Pantai Mandorak berjarak sekitar 42 Kilometer dari ibukota Sumba Barat Daya, Tambolaka. Dari Kupang, Tambaloka bisa dicapai dengan pesawat udara. Dari bandara Tambolaka, anda dapat menyewa motor atau pun mobil. Fasilitas di pantai ini masih cukup terbatas karena berada di tempat yang cukup terpencil.
Hari ini akan memperkenalkan kepada anda Curug Pamutuh Tasikmalaya, kota berjarak sejauh 6 jam perjalanan dari Jakarta ini dikenal sebagai kota UKM atau Usaha Kecil Menengah, karena kota ini memiliki segudang kerajinan beraneka bentuk dan rupa yang mampu menyerap ribuan tenaga kerja. Kerajinan khas Tasikmalaya antara lain adalah Bordir Tasikmalaya yang telah mendunia, Payung Geulis yang telah menjadi ikon Jawa Barat, Kelom Geulis, sandal tradisional asli buatan bangsa Indonesia, batik Tasikmalaya dengan ciri khasnya, dan kerajinan–kerajinan lainnya. Disamping Kerajinan khasnya yang tersohor, Tasikmalaya juga menjadi daerah kunjungan wisatawan dengan objek-objek wisatanya yang memukau. Salah Satunya Curug Pamutuh.
Kata Pamutuh (Pamutus) berasal dari ritual yang sering dilakukan oleh orang-orang yang datang ke Air Terjun ini. Pamutus artinya Putus atau sengaja melepaskan diri dari segala yang mengikat dirinya dengan sang Pencipta. Berbeda dengan curug atau air terjun pada umumnya, keistimewaan Curug Pamutuh terletak pada aliran air yang berada di samping dinding tebing, dan langsung jatuh ke bagian Leuwi (kolamnya). Aliran airnya pun tidak terlalu deras sehingga anda dapat menikmati pemandangan eksotis dan menyejukkan mata. Terlebih curug ini dikelilingi tumbuhan hijau.
Curug Pamutuh juga memiliki kolam yang cukup lebar yang dinamakan Leuwi Hejo. Nama itu terinspirasi dari warna air yang berada di kolam tersebut. Dalam bahasa Sunda, 'Hejo' berarti hijau. Awalnya, curug ini tidak memiliki kolam dan tidak berwarna hijau seperti sekarang, namun akibat longsoran tanah dari dinding tebing, membuat aliran sungai terbendung dan terbentuklah kolam yang dalam dan berwarna hijau. Di dalam kolam inilah, anda dapat berenang sepuasnya. Namun karena kolam ini tergolong dalam, anda harus berhati-hati, terlebih bagi anda yang tidak bisa berenang. Anda masih bisa menikmati airnya dengan berenang menggunakan pelampung.
Curug Pamutuh terletak di dusun Gegerhanjuang, desa Linggamulya, kecamatan Leuwisari kabupaten Tasikmalaya.Untuk menuju curug ini dari Tasikmalaya membutuhkan waktu hanya sekitar 1 jam lebih. Posisi curug ini berada di lereng Dingding Ari Gunung Galunggung tepat di belakang area Prasasti Geger Hanjuang yang merupakan sebuah situs peninggalan bersejarah di Tasikmalaya.
Edisi kali ini, akan memperkenalkan salah satu destinasi wisata dari Aceh.
Kabupaten Aceh Tengah, Aceh, memiliki banyak sekali pesona wisata. Daerah ini berada di dataran tinggi Gayo. Wilayah Gayo mencakup tiga kabupaten yaitu Aceh Tengah, Bener Meriah, dan Gayo Lues. Daerah ini juga dikenal dengan daerah penghasil kopi terbaik.
Selain pengunungan dan kopi, satu dari sejumlah daya tarik wisatawan ialah Danau Lut Tawar.
Danau Laut Tawar, masyarakat Aceh sering menyebutnya dengan nama Danau Lut Tawar. Tempat wisata ini berada di kawasan Dataran Tinggi Gayo. Kawasan ini masuk dalam bagian panjang Pegunungan Bukit Barisan, tepatnya di Kabupaten Takengon. Pegunungan besar ini membentang dari utara ke selatan Pulau Sumatera, dari Aceh sampai ke Lampung. Panjang Bukit Barisan sekitar 1.650 km. Berada di hijaunya pepohonan Bukit Barisan, danau ini seperti oase yang memberikan kesegaran.
luas danau Lut Tawar mencapai 5.472 hektare, dengan lebar 3,219 km dan panjang 17 km. Di dalam kawasan Danau Lut Tawar, terdapat beragam flora dan fauna, seperti moluska dan puluhan jenis ikan. Sementara itu, di lingkungan sekitar danau, dapat ditemukan kucing hutan, kijang, trenggiling, landak, hingga harimau.
Di tempat wisata ini, suasananya sangat menenangkan. Jadi, tak heran jika Danau Lut Tawar kerap dijadikan destinasi wisata keluarga.
Setiap akhir pekan, tempat ini ramai dikunjungi oleh rombongan keluarga yang berlibur bersama.
Terutama di area pinggiran danau yang memang segar dan menyejukkan. Dari sini, terlihat pemandangan asri dari jejeran bukit yang keindahannya luar biasa.
waktu yang paling tepat untuk menikmati keindahan Danau Lut Tawar ialah di pagi hari. Sebelum matahari terbit, air danau tampak seperti embun. Di atasnya kabut putih menggantung tidak terlalu tinggi. Pemandangan ini, bisa dinikmati sekitar 30 menit.
Selain menikmati pemandangan asri nan indah, keistimewaan lain yang bisa dinikmati di Danau Lut Tawar adalah keberadaan keramba-keramba ikan. Di sekitar keramba ikan, terdapat tempat makan yang menjual berbagai olahan ikan segar yang langsung diambil dari keramba.
Hari ini kami akan memperkenalkan Pulau Pombo di Maluku. Maluku adalah sebuah provinsi di Indonesia yang meliputi bagian selatan Kepulauan Maluku. Karena provinsi ini terdiri dari banyak pulau, maka ia menyimpan banyak sekali potensi wisata bahari berupa pantai. Salah satunya adalah Pulau Pombo yang merupakan pulau tak berpenghuni yang menyajikan pemandangan alam dan pemandangan bawah laut yang indah.Pulau Pombo terletak di Kecamatan Salahhutu, Kabupaten Maluku Tengah dan berada di tengah-tengah Pulau Ambon dan Pulau Haruku. Pulau Pombo adalah pulau kecil yang sangat indah. Luas pulau ini hanya sekitar 4 kilometer persegi. Selama perjalanan menuju ke pulau ini, anda akan melihat seolah-olah pulau ini mengapung sendirian di tengah laut. Ditambah dengan pasir putih dan air laut yang jernih akan membuat siapa pun yang datang ke pulau ini terpukau akan keindahannya.
Pulau Pombo disebut sebagai salah satu spot snorkling dan diving baru di Maluku yang mulai menarik minat banyak penyelam, baik dari dalam atau pun luar negeri. Ketika menyelam ke dasar perairan Pulau Pombo, anda akan menyaksikan kekayaan biota lautnya, mulai dari berbagai jenis ikan, kerang, rumput laut, hingga terumbu karang dengan beragam bentuk yang unik.
pemandangan bawah laut Pulau Pombo memang sangat memukau, namun keindahan daratan Pulau Pombo juga tidak kalah memesona. Pulau ini dapat anda kelilingi selama kurang lebih 1 jam. Selama mengelilingi pulau ini, anda dapat menemukan hewan endemik pulau ini, yaitu Burung Pombo dan beberapa burung lainnya. Keindahan pulau ini juga cukup menakjubkan ketika air sedang surut. Daratan baru yang awalnya merupakan perairan dangkal perlahan mulai terlihat dan berubah menjadi pasir-pasir yang membentuk daratan.
pulau ini hanya berjarak sekitar 5 kilometer dari ibu kota Maluku, yaitu Kota Ambon. Untuk mencapai pulau ini anda dapat menggunakan kendaraan umum dari Kota Ambon selama kurang lebih 1 jam ke Pelabuhan Tulehu. Kemudian dari pelabuhan anda dapat menggunakan speed boat selama 10 menit untuk sampai di Pulau Pombo.Pulau ini memang tidak memiliki penginapan, tetapi biasanya pulau ini digunakan sebagai tempat berkemah karena suasananya yang sangat cocok untuk mendirikan tenda. Di tengah pulau juga banyak pohon-pohon rindang yang dapat digunakan untuk berteduh.
Hari ini kami akan memperkenalkan kepada anda Tanjung Palette dari Bone, Provinsi Sulawesi Selatan .
Berkunjung ke Sulawesi Selatan kurang lengkap rasanya apabila anda tidak mengunjungi kota Bone. Kota Bone merupakan salah satu kerajaan terbesar di Sulawesi Selatan. Di sini anda juga bisa berwisata bahari ke Pantai Tanjung Palette. Tanjung Palette adalah salah satu kawasan wisata di kabupaten Bone yang berhadapan langsung dengan laut Teluk Bone, sekitar 12 Km sebelah timur kota Watampone. Pantai ini memiliki pemandangan alam yang indah dan didukung fasilitas yang memadai seperti kolam renang , kafe, dan gazebo. Di sini juga sudah tersedia hotel yang bisa memanjakan anda dan keluarga.
dari kota Makasar ke pantai Tanjung Palette yang terletak di kecamatan Tanete Riattang desa Pallete , memerlukan waktu kurang lebih 3 jam. Untuk sampai ke Pantai Tanjung Palette ini anda akan melewati jalanan yang berliku, tikungan dan juga tanjakan yang tajam, karena dulunya akses menuju kota Bone adalah dataran pegunungan yang dibelah. Walaupun demikian perjalanan menuju Tanjung Palette ini sangat menyenangkan. Di sepanjang perjalanan, akan disuguhi dengan pemandangan yang indah berupa hamparan sawah yang menghijau dan kawasan tambak ikan bolu milik masyarakat setempat。
ciri khas pantai Tanjung Palette adalah pantai dengan karang terjal dan pemandangan bukit karang yang cantik disertai denga deburan ombak yang keras。. Walaupun kawasan Tanjung Palette ini berupa pantai karang yang terjal, namun hal itu justru semakin menambah keindahan kawasan Tanjung Palette. Dari Pantai karang ini anda bisa menikmati pemandangan indah dari puncak-puncak karang ada ada. Anda juga bisa merasakan hembusan angin dan deburan ombak yang silih berganti.
Kawasan Tanjung Palette bukan berupa hamparan pasir putih seperti kawasan pantai lainnya. Bagi anda yang mau berenang, di kawasan ini juga tersedia kolam renang .dibalik keindahan kawasan Tanjung Palette, ada cerita rakyat turun temurun yang menarik, di mana pada waktu kerajaan Bone berkuasa, pantai ini digunakan sebagai tempat “Mallabu Tau “ atau menenggelamkan orang karena pelanggaran yang berat. Biasanya orang yang “dilabu” atau ditenggelamkan adalah pasangan yang sudah berkeluarga tetapi selingkuh. Mereka yang berselingkuh akan diikat dan dibuang bersama di sini. Sampai sekarang, pada umumnya masyarakat Bone dan masyarakat Bugis menganggap selingkuh menjadi hal yang sangat dihindari.
setelah memanjakan diri di tanjung Palette, dalam perjalanan pulang anda bisa menikmati seafood seperti kepiting bakau yang menjadi ikon kabupaten Bone. Selain itu anda juga bisa membeli pisang Bone dan aneka olahan hasil rakyat Bone sebagai oleh-oleh juga sebagai teman dalam perjalanan pulang anda . Pastikan untuk tidak terlewatkan membeli pisang khas Bone ini karena selain harganya murah, rasanya juga enak sekali.
demikian Pesona Indonesia edisi kali ini tentang tanjung Palette di kabupaten Bone provinsi Sulawesi Selatan. Bila anda belum menemukan tempat yang cocok untuk anda berlibur, mungkin tanjung Palette ini bisa menjadi destinasi liburan anda yang akan datang.
Hari ini akan memperkenalkan kepada anda Tradisi Mamiang Bagas. Ada tradisi unik yang hingga kini masih dilestarikan masyarakat Desa Aek Banir, Kecamatan Panyabungan, Kabupaten Mandailing Natal (Madina), Provinsi Sumatera Utara (Sumut). Mereka punya tradisi angkat rumah secara beramai-ramai yang dikenal dengan sebutan dalam bahasa Mandailing, yakni "Mamiang Bagas". Mamiang Bagas merupakan tradisi mengangkat rumah panggung yang terbuat dari kayu secara beramai-ramai. Bagi warga yang hendak memindahkan rumahnya akan dibantu oleh warga sekitar dengan sukarela. Bobot rumah yang dipindahkan tentu saja tidak ringan, bisa saja ratusan kilogram beratnya. Jarak rumah yang dipindahkan ke lokasi baru juga tidak dekat. Tradisi turun temurun ini terus dilakukan sebagai cerminan dari sifat gotong royong masyarakat yang masih terjaga di Kabupaten Madina, Sumut.
kegiatan Mamiang Bagas, diawali dengan undangan musyawarah dari pemilik rumah untuk menentukan tanggal pelaksanaan kegiatan. Pada musyarawah tersebut, biasanya para pemuda desa berkumpul bersama. Pada hari yang telah ditentukan, batang bambu yang telah dipersiapkan mulai diikat di setiap tiang penyanggah rumah. Selain batang bambu, rute yang akan dilalui juga sudah dibersihkan dan diamankan sehingga dapat dilalui. Melalui satu teriakan komando, rumah panggung itu pun mulai terangkat dari permukaan tanah dan bergerak.
warga harus memanggul rumah kayu ini secara bersamaan. Tak jarang warga harus berkali-kali menurunkan rumah karena terlalu berat, lalu diangkat kembali. Untuk sampai di tujuan, bisa memakan waktu hingga berjam-jam, apa lagi jika lokasi yang baru melewati jalan dan daerahnya sempit. Suara teriakan para warga ini terdengar bersahut-sahutan membuat suasana semakin semangat dan ramai. Pada akhirnya, rumah panggung tersebut dapat menempati lokasi baru.
setelah rumah panggung berhasil dipindahkan ke lokasi yang baru, kegiatan dilanjutkan dengan acara syukuran, dengan tujuan agar rumah yang baru saja dipindahkan terhindar dari bencana dan malapetaka. Tradisi Mamiang Bagas diakhiri dengan acara makan bersama sebagai bentuk ikatan silaturahmi kekerabatan yang erat antar warga. Makan bersama adalah ungkapan terimakasih dari pemilik rumah kepada semua warga yang telah bersedia meluangkan waktu dan tenaga membantu memindahkan rumahnya
Hari ini akan memperkenalkan kepada anda Ritual Gumbregan. bagi petani, hewan seperti sapi dan kerbau amatlah berarti. Kedua hewan tersebut banyak digunakan untuk membantu para petani di sawah atau ladang. Karenanya, petani selalu berharap hewan ternaknya selalu sehat bahkan terus beranak-pinak. Harapan ini, bagi sebagian masyarakat petani mereka visualisasikan melalui ritual, salah satunya ritual Gumbregan. Selain berdoa agar hewan ternak sehat dan beranak pinak, ritual ini juga sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Selain itu, ritual ini juga digelar untuk mempererat tali persaudaraan antar warga tanpa memandang latar belakangnya.
Gumbregan hingga kini masih dilestarikan turun-temurun oleh masyarakat dusun pokoh 2, Dlingo, Bantul, Yogyakarta. Tahun ini, ritual Gumbregan dilakukan dengan mengarak sapi, kambing, dan gunungan (tumpukan makanan hingga berbentuk gunung) keliling kampung. Warga mengarak hewan yang dihias seperti pengantin pada bagian depan. Kemudian disusul iring-iringan gunungan, kesenian, dan tokoh serta pemuka dusun. Arak-arakan hewan ternak ini menuju ke lapangan kampung. Arak-arakan diiringi alunan alat musik reog dan doger. Setelah sampai, puluhan hewan ternak ditempatkan di tempat teduh menunggu upacara dimulai.
berkumpul di lapangan, warga membawa tumpeng nasi putih dan gudangan. Gudangan adalah sayur rebus dicampur dengan parutan kelapa. Kemudian warga mengambil air dari pancuran dengan wadah menuju tempat hewan ternak warga. Air dicipratkan ke ternak menggunakan daun dadap serep. Daun dadap serep dipercaya bisa memberikan rasa tenang pada hewan, bahkan daun ini masih banyak digunakan untuk pengobatan tradisonal masyarakat setempat. Selanjutnya tokoh masyarakat dan masyarakat setempat mendoakan nasi gudangan. Kemudian pemilik hewan ternak memberikan nasi gudangan ke hewan ternaknya. Sapi dan kambing warga memakan nasi dengan lahapnya.
Disela ritual Gumbregan, warga juga dihibur pementasan kesenian berupa penampilan seni tari tradisional dari sanggar setempat. Sementara pada malam harinya diadakan pagelaran wayang kulit. Ritual unik ini terus dilestarikan turun-temurun oleh pemerintah daerah setempat, karena bisa menjadi penambah daya tarik wisata daerah mereka, apalagi jika dikemas lebih menarik.
Edisi kali ini, akan memperkenalkan salah satu destinasi wisata dari Bali. Jadi,
Pulau Bali merupakan salah satu destinasi favorit dari Indonesia bagi wisatawan domestik maupun mancanegara. Pulau ini tak hanya terkenal akan keindahan alamnya yang menawan, tapi juga nilai budayanya. Meski banyak tempat menarik yang bisa dikunjungi, masih ada beberapa destinasi wisata di Bali yang masih tergolong sepi. Salah satunya Pantai Suluban.
meski tergolong sepi dari wisatawan, nama Pantai Suluban terkenal di kalangan pecinta surfing atau olahraga selancar. Destinasi ini memiliki ombak besar. Oleh karena itu, Suluban dikenal sebagai spot favorit untuk olahraga selancar. Pantai ini juga dikenal sebagai Blue Point Beach. Sebutan tersebut berasal dari nama hotel yang letaknya tak jauh dari destinasi wisata ini. Disebut demikian agar bisa memudahkan wisatawan asing kembali ke pantai yang letaknya tersembunyi ini.
di Pantai Suluban ada tebing karang eksotis yang menakjubkan. Ombak yang menghantam tebing karang seakan menjadi pemandangan istimewa yang tak akan ditemukan di tempat lain.Meski lebih cocok digunakan untuk berselancar, destinasi wisata dengan tiket masuk gratis ini memiliki kegiatan seru lainnya yang bisa dilakukan. Wisatawan dapat melihat habitat monyet di sekitaran pantai atau juga menikmati hidangan kuliner khas Bali di restoran yang berada tak jauh dari pantai. Dari sini panorama alamnya semakin terlihat menakjubkan. Terlihat perpaduan warna putih pada pasir pantainya, hijau tosca di bagian tepi pantai dan biru tua di bagian laut dalam.
sepanjang perjalanan menuju pantai, wisatawan akan disambut oleh masyarakat setempat. Sebagian besar duduk di gubug dan menghabiskan waktu untuk menenun kain. Meski terlihat sibuk, warga setempat sangat ramah dengan wisatawan. Wisatawan bisa bercengkerama dengan masyarakat setempat sambil mencari tahu lebih dalam keunikan dari pantai eksotis yang berada di bagian selatan Bali ini.
Hasil tenun buatan masyarakat dijual di toko cenderamata. Selain kain tenun dengan motif yang cantik, toko tersebut juga menawarkan aneka aksesoris, seperti topi, kalung, dan gelang.
Pantai Suluban berada di Desa Pecatu, Kuta Selatan, Kabupaten Badung. Dari Bandara Ngurah Rai menuju pantai ini membutuhkan waktu kurang lebih 45 menit dengan kendaraan bermotor. Jalan menuju objek wisata ini pun sudah memadai, bahkan ada papan petunjuk yang memudahkan wisatawan. Namun, di sini tidak ada transportasi umum yang memadai, jadi disarankan untuk menggunakan kendaraan pribadi atau sewa.
11 September diperingati sebagai hari Radio nasional, sekaligus merupakan peringatan hari ulang tahun Radio Republik Indonesia (RRI). Tahun ini RRI berulang tahun ke-73. Dalam rangka ulang tahun RRI, edisi pesona Indonesia kali ini mengajak anda lebih dekat lagi dengan Radio Kebanggan bangsa Indonesia dengan mengunjungi Museum Penyiaran RRI Solo di Jawa Tengah. Museum Penyiaran RRI sangatlah bersejarah. Pasalnya, melalui radio, sejarah pengumuman kemerdekaan tersiar ke seluruh wilayah Republik Indonesia pada tahun 1945 silam.
Museum Penyiaran diresmikan bertepatan dengan peringatan ulang tahun ke-68 Radio Republik Indonesia (RRI), 11 September 2013. Museum tersebut didirikan sebagai bentuk penghormatan kepada Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara VII, yang membentuk Solose Radio Vereniging (SRV) pada 1 April 1933. SRV adalah cikal bakal dari RRI Surakarta sekarang ini. Museum Penyiaran RRI Solo diresmikan oleh Direktur Utama Lembaga Penyiaran Publik (LPP) RRI, Rosalita Niken Widiastuti melalui video streaming dari Jakarta. Berdirinya Museum Penyiaran diharapkan dapat memelihara memori masyarakat tentang sejarah RRI di Surakarta dan penyiaran di Indonesia.
Museum Penyiaran berada di kompleks RRI Surakarta di Jalan Abdul Rachman Saleh Nomor 51. Letaknya tak jauh dari pusat kota Solo. Museum ini berada di lantai dua auditorium RRI Solo dengan menempati ruangan dengan panjang sekitar 14 meter dan lebar 4,8 meter. Museum ini buka dari Senin hingga Jumat.
Untuk masuk kedalam, anda tidak perlu membayar tiket masuk. Hanya saja, anda harus izin terlebih dahulu ke pihak RRI Solo.
Masuk ke dalam museum anda akan melihat patung tokoh pelopor radio nasional, Mangkunegara VII. Di dalam museum ini, tertata rapi koleksi radio kuno beserta perangkat pendukung penyiaran dari masa ke masa.
Ada banyak Benda bersejarah dipajang di museum, seperti radio receiver merek Phillip buatan Belanda tahun 1948, alat perekam yang menggunakan pita reel buatan Belanda pada 1948, pemutar piringan hitam buatan 1948 dari Inggris, alat ukur peralatan studio siaran buatan Jerman pada 1976, dan alat mengukur distorsi peralatan studio siaran buatan Inggris pada 1976. Koleksi lainnya yaitu piringan hitam, kaset siaran, alat pencampur suara atau mixer buatan Jerman pada 1980, dan pemancar radio buatan Indonesia pada 1970. Bahkan masih tersimpan di Museum ini, sebuah alat pembangkit listrik manual yang dulu digunakan untuk menghidupkan pemancar Radio Kambing. Radio Kambing kini diletakkan di Monumen Pers di Solo, sangat berperan besar terhadap penyiaran di masa perang gerilya tahun 1949 terutama saat Serangan Umum Empat Hari di Surakarta. Selain itu tersimpan pula, Kursi penyiar dari rotan dilengkapi poros besi ulir yang bisa berputar 360 derajat yang sudah ada sejak SRV berdiri.
jumpa lagi dalam Pesona Indonesia, Hari ini akan memperkenalkan Desa Wisata Organik Lombok Kulon di Jawa Timur. Jawa Timur memiliki banyak wisata alam yang sudah mendunia seperti Gunung Bromo, Pantai Pasir Putih, Kawah Ijen, dan yang lainnya. Namun, tidak hanya wisata yang sudah terkenal, provinsi ini juga miliki banyak potensi wisata yang sampai saat ini masih dikembangkan, seperti Desa Wisata Organik, Lombok Kulon. Desa Lombok Kulon ini berada di Kecamatan Wonosari, Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur.
sejak tahun 2009, desa Lombok Kulon mulai mengangkat konsep “Kampung Organik”, maksudnya hampir semua produk pertanian di desa ini ditanam secara organik. Selain itu, ada sekitar 40 kolam ikan untuk budidaya ikan Gurami, ikan Nila, dan ikan Patin. Tentu saja budidaya ikan ini juga menggunakan konsep organik.
Pada awalnya, konsep desa organik ini dilakukan secara swadaya oleh masyarakat desa. Mereka menerapkan pertanian organik di rumah masing-masing, dan menyediakan homestay untuk pengunjung yang ingin bermalam di desa ini.
ditahun 2013, produk beras desa ini mendapat sertifikasi organik dari Lembaga Sertifikasi Organik Seloliman (Lessos). Kemudian, desa ini ditetapkan sebagai Desa Wisata Organik, dan mulai mengembangkan berbagai aspek wisata seperti, pembinaan pemandu wisata, promosi desa wisata, dan lain-lain.
Jika berkunjung ke desa ini, Rumah Organik adalah salah satu tempat yang paling diminati oleh pengujung. Karena di Rumah Organik ini, pengunjung dapat mengetahui secara detail mengenai proses budidaya sayur organik serta dapat memetik dan berbelanja langsung hasil produk organiknya.
untuk pergi ke Desa Lombok Kulon ini, memakan waktu sekitar 30 menit dari Kota Bondowoso. Meskipun jalan menuju desa wisata ini cukup sempit, namun akses jalan ke tempat wisata ini sudah cukup nyaman untuk dilalui kendaraan. Berkunjung ke Desa Wisata Organik Lombok Kulon, pengunjung tidak hanya dapat menikmati kuliner dan pertanian organik saja.
Ada juga atraksi lain yang dapat dinikmati, yakni River Tubing atau kegiatan meluncur bebas di aliran sungai dengan menggunakan sebuah ban. Dengan River tubing, pengunjung dapat menikmati arus sungai Wonosroyo yang bersih dan dingin sepanjang dua kilometer. Disana, tersedia sekitar 25 ban untuk aktifitas river tubing ini.