pesona indonesia

pesona indonesia (547)

21
May

Hari ini kami akan memperkenalkan Malamang, kegiatan membuat makanan tradisional yang disebut lemang di Sumatera Barat.

menjelang bulan Ramadhan, atau pada kegiatan keagamaan lain, setiap daerah memiliki tradisinya sendiri dalam merayakannya. Salah satunya Sumatera Barat, khususnya Minangkabau dengan Tradisi Malamangnya.

tradisi Malamang ini memiliki arti “Memasak Lemang”. Lemang adalah penganan yang berasal dari bahan ketan, kemudian di masukkan ke dalam bambu yang sudah berlapis daun pisang muda. Kemudian di panggang di atas bara api. Biasanya Lemang disajikan dengan tapai atau ketan hitam yang sudah difermentasikan. Lemang ini akan disajikan untuk para tamu yang hadir dalam acara adat tersebut.

kegiatan Malamang ini dapat ditemui hampir di seluruh wilayah Minangkabau, baik di daerah darek (darat), seperti Solok, Bukittinggi, Payakumbuh ataupun daerah pesisir seperti, Padang, Pariaman, dan Painan. Dalam adat Minang, Tradisi Malamang ini dilakukan secara bergotong-royong, dan tidak dilakukan oleh pribadi untuk kepentingan pribadi. Tradisi ini merupakan bagian dari kebiasaan yang dilakukan secara bersama oleh sekelompok masyarakat atau kerabat. Pelaksanaan Tradisi Malamang ini, dilaksanakan untuk kepentingan tertentu, beberapa hari sebelum datangnya bulan Ramadhan, acara Maulid Nabi, dan acara adat lainnya.

untuk menyambut datangnya bulan Ramadhan sebagai event yang penting dalam acara saling bermaaf-maafan, Lemang dihidangkan pada saat menerima tamu yang berkunjung untuk silahturahmi. Penghidangan Lemang sebagai menu kudapan dianggap sebagai bentuk penghormatan terhadap tamu. Sementara itu, di sebagian masyarakat Minangkabau seperti di Solok, tradisi Malamang juga dilaksanakan pada saat memperingati hari kematian. Biasanya pada peringatan empat belas hari kematian, empat puluh hari kematian, atau seratus hari kematian. Tujuannya pun tidak jauh berbeda dengan yang lain, yaitu untuk menjamu tamu.

20
May

Hari ini akan mengajak anda untuk mengagumi keindahan salah satu pantai yang terdapat di Lombok, yaitu Pantai Tanjung Aan. Pulau Lombok memang terkenal memiliki pantai-pantai yang mengagumkan, terlebih di wilayah selatan Pulau Lombok. Salah satunya adalah Pulau Tanjung Aan. Satu hal yang membedakan Pantai Tanjung Aan dengan pantai-pantai lainnya yang ada di Lombok adalah pasirnya yang berbentuk bulat seperti merica. Pantai Tanjung Aan sangat tepat bagi anda yang gemar bersnorkling dan berenang. Karena Ombak di Pantai Tanjung Aan ini cukup tenang dengan kedalaman yang relative dangkal

Pantai Tanjung Aan ini dikelilingi oleh beberapa bukit. Anda bisa dengan mudah mencapai bukit tersebut untuk melihat pemandangan Pantai Tanjung Aan yang indah dari ketinggian. Di sekitar pantai Tanjung Aan ini, anda akan melihat beberapa payung kayu dengan rajutan jerami sebagai atapnya. Dan salah satu cara untuk menikmati Pantai Tanjung Aan ini adalah dengan berbaring di bawah payung tersebut sambil menikmati kelapa muda yang dijajakan di pantai ini. Dan kalau anda lapar, anda bisa memilih restoran yang menyediakan berbagai macam masakan dari daerah lain dan juga menu-menu masakan setempat.

Pantai Tanjung Aan terletak sekitar 75 Km dari kota Mataram . Jika anda dari kota Mataram menggunakan kendaraan pribadi, maka anda akan menempuh perjalanan tersebut kurang lebih 1, 5 jam, dengan rute Mataram-Cakranegara-Kediri-Praya-Batunyale- Sengkol-Rambitan-Sade-Kuta dan terakhir Tanjung Aan. Selain kendaraan pribadi , disarankan untuk menyewa sepeda motor atau mobil dari kota Mataram, karena sarana angkutan umum akan membuang waktu dan relatif lebih repot.

sebelum anda mengunjungi Pantai Tanjung Aan, ada beberapa persiapan yang harus diperhatikan karena sangat panas, pastikan juga untuk membawa kacamata hitam, penutup kepala seperti topi dan juga memakai tabir surya. Selain itu tentu saja jangan lupa untuk membawa baju ganti apabila anda berencana untuk melakukan kegiatan di air. Disarankan juga untuk memakai alas kaki seperti sepatu yang nyaman, sehingga anda tidak akan direpotkan apabila anda mendaki bukit di pantai Tanjung Aan ini. Dan yang terpenting jangan sampai lupa membawa kamera, untuk mengabadikan keindahan Pantai Tanjung Aan . Anda tidak perlu khawatir apabila anda lupa membawa peralatan snorkeling, karena di pantai ini tersedia persewaan alat untuk snorkeling. Dan waktu yang tepat untuk snorkeling adalah menjelang sore, karena pada saat itu permukaan air laut akan mulai naik, dan menjadikan Pantai Tanjung Aan ini tempat yang tepat untuk berselancar

                        

18
May

Pada edisi kali ini, akan memperkenalkan ‘’ Bubur Kanji Rumbi, Masakan Khas Aceh Untuk Berbuka Puasa’’.

Bubur adalah jenis makanan yang dimasak sampai bahannya menjadi sangat lunak. Selain berbahan dasar beras, bubur juga bisa dibuat dari ketan atau kacang hijau. Makanan ini dapat dengan mudah ditemukan di mana-mana. Karena teksturnya yang lembut, bubur juga dapat dikonsumsi oleh anak balita sampai orang lanjut usia. Setiap daerah di Indonesia mulai Aceh hingga Papua punya jenis bubur. Budaya makan bubur dibawa para pedagang China saat bertransaksi di Nusantara. Sejak itu kebiasaan tersebut mulai ditiru oleh orang Indonesia hingga sekarang.Di Indonesia, bubur yang memiliki rasa asin jenisnya cukup beragam dan memiliki perbedaan di setiap daerah. Misalnya, bubur ase khas Betawi, bubur Manggul khas Madura, bubur tinutuan dari Manado, atau bubur Kanji Rumbi khas Aceh. Bubur Kanji Rumbi merupakan bubur berbuka puasa khas Aceh yang tak pernah ketinggalan untuk disajikan di bulan Ramadhan.

Bubur ini kaya nutrisi dengan aneka sumber protein dan sayuran yang membuat hidangan terasa istimewa. Biasanya di bulan Ramadhan, masjid-masjid besar akan membuat hidangan berbuka puasa ini dalam jumlah besar. Bubur tersebut akan disajikan saat berbuka bersama di masjid. Jika bubur tersebut masih ada, bubur akan dibagikan ke seluruh warga sekitar masjid serta musafir.Bubur kanji memliki rasa yang khas karena kaya akan bumbu. Bahan utamanya adalah beras dan sayar-sayuran serta rempah-rempah yang telah digiling. Ada kentang, wortel, kunyit, jahe, bawang, daun sop, santan kelapa, daun pandan, serai, serta lainnya. Bagi masyarakat Aceh, kanji rumbi bukan sekadar makanan berbuka puasa, tapi juga memiliki multi khasiat yang ampuh sebagai obat masuk angin dan maag.Memasak bubur ini butuh waktu dua sampai tiga jam, dalam belanga bergaris-tengah semeter lebih, dan api di tungku yang menggunakan kayu bakar tak boleh padam. Karena itu kayu bakar harus selalu tersedia.

Menjaga tradisi memasak Kanji Rumbi adalah kesepakatan bersama seluruh masyarakat desa. Dananya dikumpulkan bersama oleh warga sebelum Ramadan. Hal ini bertujuan menjaga silaturahmi sesame warga. Di Banda Aceh, selain di Masjid Beurawe, Kanji Rumbi dapat ditemui di pusat-pusat kuliner. Di luar Ramadan, sangat sulit mencari bubur khas yang berkhasiat itu.

17
May

 

Di Indonesia sebagian besar umat muslim memiliki tradisi yang sama dalam merayakan Lebaran atau Idul Fitri. Mereka ada yang mudik atau pulang kampung untuk merayakan Lebaran, Shalat Ied, Silaturahmi dan ziarah. Umat muslim juga menyajikan ketupat dan opor sebagai kuliner pada hari Raya Lebaran. Selain itu, di Indonesia juga memiliki beragam adat istiadat , suku dan budaya . Salah satu tradisi yang unik sehubungan dengan Lebaran adalah tradisi Meriam Karbit di Pontianak, Kalimantan Barat.

Tradisi Meriam Karbit memiliki sejarah yang menarik. Konon, dahulu Kesultanan Kadriah di Pontianak yang berdiri pada tahun 1771 – 1808 membunyikan meriem untuk mengusir hantu, khususnya kuntilanak yang ada di Kota Pontianak. Karena pada waktu itu, Raja pertama Pontianak yang bernama Syarif Abdurrahman Alkadrie ketika membuka lahan untuk bertempat tinggal di Pontianak sempat diganggu oleh hantu-hantu. Lalu Sultan memerintahkan pasukannya untuk mengusir hantu itu dengan meriam . Pontianak menurut cerita adalah sebuah kota yang memiliki hantu kuntilanak. Karena pada dasarnya Pontianak berasal dari kata bunting dan anak. Selain itu bunyi yang keras dari meriam karbit menandakan waktu azan magrib.

Sekarang ini seiring berjalan waktu, meriam karbit dihidupkan untuk daya tarik pariwisata. Meriam tradisional ini dibuat dari kayu pohon durian atau pohon kelapa yang cukup keras dan kemudian diikat dengan tali rotan seberat 100 kg, agar meriam tidak bergerak pada waktu berdentum. Selain itu meriam dicat dengan warna-warni yang menarik. Panjang meriam karbit kurang lebih 4-7 meter. Meriam karbit ini dilubangi bagian tengah untuk disulut api hingga meriam berbunyi. Untuk satu kali permainan dibutuhkan sekitar 3-5 ons karbit.

Meriam yang akan turut serta dalam permainan Tradisional Meriam Karbit harus mengikuti persyaratan yang sudah ditentukan oleh forum komunitas Tradisi Meriam Karbit, seni dan budaya Pontianak. Persyaratan itu antara lain, meriam harus dihias dengan beragam dekorasi, seperti berlatar belakang masjid. Oleh karena itu untuk membuat 1 meriam biaya yang diperlukan sekitar 3 sampai 5 juta rupiah. Permainan tradisi Meriam karbit ini menjadi keunikan tersendiri di kota Pontianak dalam menyambut Hari Raya Idul Fitri. Bahkan permainan tradisional Meriam Karbit sekarang dilombakan dan sudah masuk dalam kalender pariwisata . Kegiatan ini menjadi yang sangat dinantikan oleh masyarakat kota Pontianak.

Lokasi dari Permainan Tradisi karbit ini adalah di sepanjang bantaran Sungai Kapuas. Biasanya permainan ini dimulai sejak 3 malam sebelum Lebaran. Meriam karbit sudah berjajar di dua sisi bantaran sungai Kapuas. Menjelang azan magrib meriam ditembak sebagai penanda waktunya buka puasa. Dentumannya sangat keras bahkan terdengar hingga radius 5 Km.

16
May

 

Sulawesi Utara tak hanya terkenal akan keindahan tempat wisatanya, tapi juga beragam kuliner khasnya yang unik. Cita rasa kuliner khas Sulawesi Utara pun tak kalah dengan kuliner dari daerah lain di Indonesia. Oleh karena itu, tak lengkap rasanya jika mengunjungi Sulawesi Utara tanpa menyicipi kuliner khas Sulawesi Utara. Salah satu kuliner khas Sulawesi Utara yaitu Sate Kolombi.

 

 Sate kolombi berbahan dasar daging kolombi yaitu siput dengan ukuran yg cukup besar yang berwarna emas atau hitam. Kolombi ini banyak ditemukan hidup di Danau Tondano. Untuk mendapatkan kolombi, biasanya para pencari menggunakan jaring. Selain itu, mereka harus datang di pagi hari, karena jika sudah mulai terasa panas maka kolombi yang muncul di permukaan air, menenggelamkan dirinya ke dalam danau.

 

 Kuliner khas Sulawesi Utara ini bisa anda temukan di Kawasan Kuliner Boulevard Tondano, Kabupten Minahasa, Sulawesi Utara. Terdapat puluhan warung makan yang berjejer di sepanjang jalan. Selain itu, lokasinya yang berada di kawasan persawahan, membuat anda dapat mencoba Sate Kolombi ini sekaligus melihat pemandangan yang dapat memanjakan mata. Sebab, kawasan ini berada di anah datar dan dikelilingi pegunungan yang membentuk lingkaran  sehingga seolah anda berada di sebuah kawah raksasa.

 

cita rasa Sate Kolombi ini pedas karena sesuai dengan selera mayoritas masyarakat di Sulawesi Utara. Bumbu-bumbu yang dipakai adalah bawang putih, bawang merah, cabai rawit, jahe, kemiri, kunyit, jeruk nipis, gula, dan garam. Cara memasaknya pertama pisahkan daging dengan cangkangnya. Setelah itu daging direbus dan dibersihkan. Kemudian gigi keong yang masih tersisa dikeluarkan. Setelahnya, daging direndam dengan bumbu-bumbu. Setelah beberapa jam direndam, daging kemudian direbus untuk membuat dagingnya empuk. Lalu daging pun siap dibakar. Setelah dibakar, campuran bumbu yang sudah disiapkan terlebih dahulu lalu disiram ke atas Sate Kolombi.

 

15
May

 

Memasuki salah satu situs bersejarah di Minahasa Utara ini butuh sedikit perjuangan. Letaknya yang berada di belakang perumahan dan lahan penduduk membuat salah satu situs bersejarah di Sulawesi Utara ini agak tersembunyi. Inilah Situs Waruga Sawangan yang merupakan kuburan tua peninggalan zaman megalitik orang Minahasa.

Waruga di Minahasa diperkirakan berkembang pada sekitar awal abad ke-13 sebelum Masehi. Kemunculan Waruga pertama kali di daerah Bukit Kelewer, Treman, dan Tumaluntung, Kabupaten Minahasa Utara. Kemunculan Waruga kemudian terus berkembang di berbagai daerah di Sulawesi Utara hingga awal abad ke-20 Masehi.

Pada zaman pra-sejarah masyarakat Minahasa masih percaya jika roh leluhur memiliki kekuatan magis. Untuk itu, kuburan dibuat secara khusus dan seindah mungkin. Waruga terdiri dari dua bagian, bagian badan dan bagian tutup. Bagian badan berbentuk kubus dan bagian tutup berbentuk menyerupai atap rumah

Uniknya, waruga tidak dibuat oleh kerabat atau keluarga dari orang yang meninggal akan tetapi dibuat sendiri oleh orang yang akan meninggal. Ketika orang itu akan meninggal maka dengan sendirinya akan memasuki waruga yang dibuatnya itu setelah diberi bekal kubur lengkap. Suatu hari bila itu dilakukan dengan sepenuhnya akan mendatangkan kebaikan bagi keluarga yang ditinggalkan.

Sebenarnya di Sulawesi Utara banyak terdapat situs Waruga, salah satunya di Desa Sawangan Kecamatan Airmadidi, Kabupaten Minahasa Utara. Terdapat 143 buah Waruga di desa ini yang dibagi dalam beberapa ukuran yang dikelompokkan menjadi 3 kelompok.

kelompok pertama, Waruga berukuran kecil dengan ketinggian antara 0-100 cm sebanyak 10 buah. Kedua, Waruga berukuran sedang dengan ketinggian antara 101-150 cm sebanyak 52 buah. Ketiga, Waruga berukuran besar dengan ketinggian antara 151-250 cm sebanyak 81 buah.

Waruga sendiri berasal dari bahasa Tombulu, yakni dari suku kata Wale Maruga yang memiliki arti rumah dari badan yang akan kering. Waruga juga memiliki arti lainnya yakni Wale Waru atau kubur dari Domato atau sejenis tanah lilin.

14
May

Hari ini akan memperkenalkan Tradisi Dugderan dari Jawa Tengah. beberapa daerah memiliki tradisi yang dilakukan untuk menyambut datangnya bulan suci Ramadhan. Salah satunya adalah tradisi Dugderan dari Semarang, Jawa Tengah. Tradisi Dugderan ini sudah dilakukan sejak tahun 1881 dan sampai saat ini masih dilakukan oleh masyarakat Semarang. Bedanya Dugderan saat ini berupa pesta rakyat yang rangkaian acaranya adalah tari-tarian, karnaval, dan tabuh bedug.

nama Dugderan berasal dari “Dug” yang merupakan suara pukulan bedug, dan “Der” yang merupakan suara ledakan petasan. Nama tersebut sebagai penanda puasa, yakni diawali dengan bedug dan diakhiri dengan petasan. Tradisi ini digelar untuk mengingatkan warga bahwa bulan Ramadhan sudah dekat. Selama seminggu sebelum bulan Ramadhan, akan ada pasar kaget yang menjual berbagai macam barang, dan ada maskot yang terkait dengan festival ini, yaitu “Warak Ngendok”.

Dugderan akan berakhir satu hari sebelum puasa, dan acara puncak tradisi dugderan diisi dengan karnaval budaya. Karnaval budaya ini biasanya dimulai dari halaman balaikota Semarang. Pembukaan acara ditandai dengan pemukulan bedug oleh Walikota Semarang.

Usai upacara pembukaan, Walikota menaiki kereta kencana yang dikawal oleh Pasukan Pandanaran menuju Masjid Agung Semarang Kauman. Disana Walikota akan disambut Warak Ngendok. Warak Ngendok ini mewakili akulturasi budaya dari keragaman etnis yang ada di Kota Semarang, yaitu etnis Tiongkok, Arab dan Jawa.

tradisi Dugderan telah dimulai sejak tahun 1881 pada masa pemerintahan Bupati Kyai Raden Mas Tumenggung Purbaningrat, didasari oleh keprihatinan beliau terhadap kedamaian masyarakat Semarang, karena adanya gerakan yang memecah belah sejak kedatangan Kolonial Belanda. Sampai terjadi pengelompokan masyarakat di Semarang.

Tradisi Dugderan ini dimaksudkan untuk mengumpulkan seluruh lapisan masyarakat dalam suasana suka cita untuk bersatu, berbaur dan bertegur sapa tanpa pembedaan. Selain itu dapat dipastikan pula awal bulan Ramadhan secara tegas dan serentak berdasarkan kesepakatan Bupati dengan imam Masjid. Sehingga terlihat semangat pemersatu sangat terasa dalam tradisi tersebut.

09
May



Edisi kali ini, akan memperkenalkan salah satu tradisi dari Provinsi Nusa Tenggara Timur yaitu Tradisi Batu Pemali. masyarakat Kabupaten Belu dan Malaka, Nusa Tenggara Timur (NTT), melakukan Tradisi Batu Pemali setiap tahunnya di bulan Juli hingga November. Tradisi ini berupa sebuah ritual pemotongan hewan. Biasanya hewan yang dijadikan persembahan adalah kerbau dan ayam. Selain itu, dalam ritual ini juga mempersembahkan beberapa daun sirih dan pinang.

Tradisi Batu Pemali merupakan sebuah ritual persembahan yang dilaksanakan sebagai bentuk rasa syukur dan terima kasih kepada para leluhur dan Sang Pencipta. Persembahan ini dilakukan di tempat pemali, seperti Ksadan Lulik (batu pemali) yang berada di puncak Gunung Mandeu, Kecamatan Raimanuk, Desa Faturika. Lokasi ini dapat ditempuh selama dua jam dari Kota Atambua.

menurut kepercayaan masyarakat Belu, roh leluhur dan alam sangat kental hubungannya. Mereka yakin jika leluhur mendiami sebuah media di alam semesta ini. Salah satunya yaitu di Batu Pemali yang terdapat di hutan adat dan tempat-tempat pemali. Batu Pemali atau Ksadan Lulik ini berbentuk susunan batu yang ditata rapi dalam lingkaran bulat setinggi satu meter atau lebih. Dapat dikatakan jika Batu Pemali ini menyerupai punden berundak.

ritual ini diawali dengan mengucapkan sumpah atau janji adat. Setelah mengucap sumpah, peserta ritual diminta untuk tidak melanggar, sebab akan berdampak buruk bagi yang melanggar. Oleh karena itu, pengucapan sumpah ini harus mendapat kesepakatan terlebih dahulu dari para kepala adat.Dalam Tradisi Batu Pemali ini, Kepala Suku Belu beserta warganya wajib hadir sehingga semua dapat menyaksikan dan mendengar aturan yang disepakati. Setelah ritual sumpah, persembahan diletakkan di susunan batu yang menyerupai punden berundak. Tempat ini merupakan tempat utama untuk meletakkan persembahan. Kemudian setelah meletakkan persembahan, peserta ritual bergotong royong membersihkan makam leluhur.

08
May

 

Edisi kali ini, akan memperkenalkan ”BAPONGKA, tradisi penangkapan ikan laut suku Bajo yang menghargai alam”. Tetaplah bersama kami di RRI World Service-Voice of Indonesia yang bisa anda dengar melalui www.voinews.id

Bajo adalah sebuah etnik yang tidak terpisahkan dengan laut, pola pemukiman masyarakat Bajo sangat unik, rumahnya kebanyakan berada di atas air, dahulu kala justru bertempat tinggal di perahu-perahu atau Lepa. Kini orang Bajo telah menyebar di seluruh penjuru nusantara, yang terbanyak di wilayah Sulawesi. Ada satu tradisi penangkapan ikan yang biasa mereka lakukan, yang mengharuskan mereka melakukan perjalanan sampai jauh, tradisi tersebut adalah Bapongka.Bapongka adalah tradisi masyarakat Bajo yang menggunakan peralatan tradisional dan tetap memelihara lingkungan laut dari kerusakan.

Bapongka adalah berlayar mencari nafkah atau hasil-hasil laut ke daerah atau provinsi lain, selama beberapa minggu bahkan beberapa bulan. Mereka pergi melaut secara berkelompok. Setiap kelompok terdiri dari tiga sampai lima perahu, masing-masing perahu terdapat satu orang. Pembentukan kelompok kecil bapongka lebih sering dilakukan berdasarkan kedekatan hubungan. Biasanya kelompok kecil tersebut akan bertemu dengan kelompok kecil yang lain di suatu lokasi penangkapan dan akhirnya membentuk kelompok besar yang jumlahnya bisa mencapai 15 bahkan 20 perahu.

Perahu tradisional yang mereka gunakan disebut lepa, yang dilengkapi cadik dan atap yang terbuat dari daun sagu. Umumnya perahu dijalankan dengan dayung, meskipun saat ini ada beberapa perahu dilengkapi mesin katinting. Pada saat bapongka mereka membawa cukup banyak bahan makanan seperti sagu dan perlengkapan, seperti lampu petromaks, tempat air, perlengkapan memasak dan makan, perlengkapan tidur, perlengkapan memasak teripang, serta peralatan menangkap untuk teripang dan hasil laut lainnya.

Bapongka berdampak baik bagi kelestarian laut, khususnya terumbu karang, karena hanya menggunakan peralatan sederhana. Dalam tradisi Bapongka suku Bajo punya beberapa pantangan yang harus mereka patuhi. Pantangan-pantangan tersebut bagi orang Bajo diyakini dapat mempengaruhi hasil tangkapan, seperti tidak boleh membuang sesuatu di laut saat melakukan Bapongka. Saat sedang Bapongka tidak boleh membuang air cucian beras, arang kayu bekas memasak, ampas kopi, air cabe, air jahe, kulit jeruk , abu dapur ke laut. Pada saat mencuci beras air cuciannya ditampung di dalam perahu, dan akan dibuang setelah mendekati daratan. Demikian juga dengan arang kayu bekas memasak, abu dapur, kulit jeruk, air cabe dan air jahe.

Kesederhanan perahu dan peralatan mengambil hasil laut dan pantangan yang harus dilakukan, dimana mereka tak boleh melanggarnya karena dipercaya akan terjadi bencana karena alam laut diyakini ada penguasa dalam bentuk roh yakni Mbo. Hal-hal ini membuat tradisi Bapongka sangat menghargai dan melestarikan alam, sebagai sebuah kearifan lokal masyarakat Bajo.

07
May

Di bagian Timur pulau Flores, Nusa Tenggara Timur, terdapat sebuah perkampungan nelayan yang mayoritas adalah Suku Bajo yang berasal dari Sulawesi Selatan. Perkampungan itu bernama Kampung Wuring, sebuah perkampungan nelayan yang terletak di pinggiran kota Maumere, tepatnya di Kelurahan Wolomarang, Kecamatan Alok Barat.Kampung Wuring adalah perkampungan yang rumah penduduknya banyak didirikan di atas laut. Karena itu, ketika mengunjungi perkampungan ini, anda akan disajikan dengan pemandangan laut yang sangat indah. Kampung nelayan memang banyak ditemui di Indonesia, tetapi ada yang membedakan antara Kampung Wuring dengan kampung nelayan lainnya, yaitu meskipun wilayah pantai digunakan untuk tempat tinggal warga, air lautnya masih cukup jernih.

pada tahun 1992, saat di Flores terjadi bencana gempa dan tsunami, kampung yang perumahannya berdiri di atas air laut ini, hancur tersapu gelombang tsunami dan memakan banyak korban. Setelah bencana tersebut, ada beberapa penduduk yang pindah ke lokasi lain, namun sebagian besar memilih untuk tetap membangun kembali rumah mereka.

masyarakat Kampung Wuring terkenal sangat ramah. Mereka akan menyapa dengan senyum ketika berpapasan dengan pendatang yang memasuki wilayah mereka. Bagi anda yang ingin mengunjungi kampung ini tidaklah terlalu sulit karena jalur darat yang ada cukup mudah dilalui. Dari kota Maumere, anda akan menuju jalan Trans Flores yang menuju arah barat, setelah 1 km dari kota, akan ada belokan, pilih jalur arah kanan dan selanjutkan anda akan tiba di Kampung Wuring.